Optika.id - Klenteng Hong Tiek Hian merupakan salah satu tempat ibadah umat Konghucu di Surabaya. Klenteng ini sudah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Konon, klenteng ini dibangun oleh pasukan Tar-Tar dari Mongolia dengan bangunan pagoda yang menjadi ciri khas bangunan Tionghoa zaman dulu.
Karena pasukan Tar-Tar pada saat itu tidak memiliki tempat ibadah ketika berada di Surabaya, akhirnya mereka mendirikan klenteng. Pada saat itu, klenteng tersebut digunakan sebagai tempat ibadah 3 agama sekaligus, yaitu Budha, Tao, dan Konghucu.
Baca juga: Ingin Jadi Keluarga Politeknik Tempo? Mumpung Lagi Buka Lowongan, Jangan Sampai Terlewatkan ya!
Hong Tiek Hian berdiri pada zaman Kaisar Khu Bilai Khan pada masa awal Kerajaan Majapahit. Klenteng ini merupakan klenteng tertua di kota Surabaya. Klenteng ini memiliki gapura dan arsitektur kuno khas Tionghoa yang telah menjadi landmark di Kawasan Pecinan Surabaya.
Ketika berada disana, hal pertama yang akan terlihat adalah 2 buah bangunan utama yang terpisah oleh ruas gang. Terdapat juga 2 ekor naga yang menjaga dan menjembatani kedua bangunan tersebut.
Di lantai 1, bangunan Klenteng Hong Tiek Hian dilengkapi Altar Macko dan Kong Co. Sedangkan di lantai 2 terdapat Altar untuk Buddha, Dewi Kwan Im dan beberapa dewi-dewi.
Pada hari-hari besar warga Tionghoa, seperti perayaan tahun baru Imlek, klenteng ini ramai dikunjungi warga Konghucu untuk beribadah. Namun, selain digunakan ibadah, klenteng ini setiap harinya juga banyak dikunjungi wisatawan.
Nilai sejarah serta desain bangunan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung, baik dalam maupun luar kota Surabaya. Selain itu, ornamen naga emas dan ornamen klenteng yang menggunakan bahasa china juga memberikan nilai religius tersendiri bagi warga Tionghoa.
Ong Khing Kiong, pimpinan Hong Tiek Hian mengatakan bahwa rumah ibadah tersebut didirikan lebih dari 1 abad yang lalu. Menurut informasi, klenteng itu berdiri sejak 700 tahun lalu.
Tahun 1899 itu dipugar, bukan didirikan. Dari prasasti di tempat ibadah kami, didirikan 500 tahun sebelum dipugar. Artinya Hong Tiek Hian berdiri lebih dari 1 abad yang lalu, kata Ong seperti dikutip dari JawaPos.com, Jumat (7/10/2022).
Baca juga: Ada Lowongan di PT Campina Ice Cream Industry Tbk Untuk Posisi Utility, Yuk Buruan Daftar!
Meskipun Hong Tiek Hian sudah berkali-kali mengalami pemugaran karena kebakaran pada 1983, tapi nuansa sejarah di klenteng ini masih bisa dinikmati. Hal ini dikarenakan semua barang di klenteng tersebut masih asli sejak klenteng pertama berdiri, termasuk ornamen dalam altar suci dan hiolo.
Klenteng Hong Tiek Hian ini berlokasi di Jalan Dukuh, gang 1 dan gang 2, Nyamplungan, Surabaya Utara. Karena berada di Jalan Dukuh, masyarakat sekitar lebih mengenal klenteng ini dengan sebutan Klenteng Dukuh.
Ong juga menyebutkan, luas rumah ibadah itu dulu hanya 5×7 meter saja. Dari dulu memang tempatnya di dalam gang. Tempatnya dulu kecil. Lalu setelah dipugar jadi 2 lantai, ujar Ong.
Selain arsitektur bangunan yang unik dan bersejarah, di klenteng ini juga sering diadakan pertunjukan Wayang Potehi. Wayang Potehi adalah wayang khas Tionghoa yang berasal dari Tiongkok bagian selatan dan kini masih eksis di Surabaya.
Pertunjukkan tersebut setiap harinya dibawakan dengan durasi 2-3 jam secara serial atau berkelanjutan sehingga perlu beberapa hari untuk menyelesaikan satu cerita. Pertunjukkan tersebut biasanya di mulai pukul 09.00 13.00 WIB.
Baca juga: PT Tempo Scan Pacific Buka Lowongan, Ada Posisi HR Services dan Manager Administrasi Nih
Selain menarik wisatawan, pertunjukkan wayang potehi sebenarnya ditujukan untuk menghormati dewa-dewa klenteng.
Reporter: Leni Setya Wati
Editor: Pahlevi
Editor : Pahlevi