Optika.id - Warga Desa Timur Jangjang, Kecamatan Kangayan, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep dikejutkan dengan ditemukannya sesosok mayat yang sudah membusuk, di pinggir Pantai Dusun Sumur Elos.
Baca juga: HUT ke 77 Tahun, PWI Sumenep Luncurkan Podcast dan Website
Mayat itu diketahui berjenis kelamin laki-laki namun tidak diketahui identitasnya, karena kondisi mayat sudah rusak dan sulit untuk dikenali, kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, Senin (2/1/2023).
Mayat itu pertama kali ditemukan Matnali, warga setempat, saat akan pergi ke pantai di belakang rumahnya. Tiba-tiba ia melihat sesuatu seperti sebuah boneka yang terdampar di pinggir pantai tak jauh dari rumahnya.
Matnali kemudian memberitahu Saiful, tetangganya. Mereka kemudian melakukan pengecekan bersama-sama. Ternyata yang dikira boneka itu adalah sesosok mayat yang terdampar di pinggir pantai.
Kondisi mayat saat ditemukan sudah dalam keadaan membusuk. Bagian kepala tinggal tengkorak, bagian wajah sudah rusak/hancur, dan bagian belakang kepala masih ada sedikit rambut, dan ada bekas disemir merah.
Sedangkan bagian perut juga sudah hancur/rusak, kemudian kedua pergelangan tangan dan jari-jari sudah tidak ada/putus. Saat ditemukan, mayat tidak memakai baju dan bagian bawah tidak memakai celana.
Baca juga: Asprov Jatim Titip Pembinaan Sepak Bola Usia Dini Usai Pelantikan Askab PSSI Sumenep
Kemudian kedua kaki dan betis sudah tidak ada atau putus, tinggal kedua paha.
Anggota Polsek dan Koramil Kangayan kemudian ke tempat kejadian perkara (TKP) bersama aparat Desa, dan tim medis, dan untuk meminta keterangan saksi-saksi.
"Akhirnya, mayat tersebut diserahkan pada Kepala Desa Timur Jangjang untuk dimakamkan selayaknya, terang Widiarti.
Baca juga: Berantas Korupsi, Bupati Sumenep Wajibkan ASN Laporkan Harta Kekayaannya
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, mayat tersebut diduga bukan warga setempat.
Karena itu, mayat ditetapkan sebagai Mr. X karena tidak diketahui identitasnya.
Mayat itu diduga korban kecelakaan laut, mengingat dalam beberapa hari ini cuaca buruk diwarnai angin kencang dan ombak besar, ujar Widiarti.
Editor : Pahlevi