Menembus Batas Panggung: Pertunjukan Teater Rooftop Pertama di Gresik

Reporter : Pahlevi

Optika.id - Ketika kita membayangkan sebuah pertunjukan teater, barangkali yang pertama terlintas dalam benak kita adalah panggung yang megah, pencahayaan dramatis, serta aktor-aktor yang tampil dengan penuh penghayatan di depan penonton yang duduk rapi dalam auditorium tertutup. Teater telah lama identik dengan ruang yang memberi jarak interaksi antara pemain dan penonton, di mana keduanya dipisahkan oleh batas panggung dan kursi.

Namun, bagaimana jadinya jika batasan itu dihilangkan? Jika sebuah pertunjukan teater tidak lagi dibatasi oleh ruang panggung, melainkan dipentaskan di tempat yang terbuka, di bawah langit luas dengan pemandangan malam kota yang terbentang?

Sesuatu yang berbeda ini dihadirkan oleh Kendati Chaos, kelompok yang menampilkan teater dalam rangkaian program pameran "The Jumping City" yang diselenggarahkan oleh Yayasan Gang Sebelah. Sebuah pengalaman berbeda bagi pecinta seni pertunjukan, yakni menonton teater di atas sebuah rooftop bangunan tua berusia lebih dari 120 tahun, milik Sualoka.Hub yang berara di kampung kemasan.

Rooftop yang umumnya dikenal sebagai tempat bersantai, menikmati pemandangan kota, atau bahkan sekadar melepas penat, tadi malam (16/3/2025) disulap menjadi panggung hidup yang menghadirkan cerita, emosi, dan eksplorasi artistik yang unik. Untuk pertama kalinya di Gresik, sebuah pertunjukan teater digelar di atas rooftop, menghadirkan sensasi baru dalam menikmati seni pertunjukan.

Dalam kesempatan ini, kelompok teater Kendati Chaos, yang disutradarai oleh Choiruz Zaman, menampilkan naskah berjudul "Aku Ingin Menyebut Laut dengan Huruf Kapital di Depannya", sebuah naskah karya dari Shohifur Ridhoi. Pertunjukan ini merupakan Sebuah eksplorasi tentang ingatan, laut, dan kehidupan yang terus bergulir di tengah kegelisahan. Membicarakan laut yang tinggal ingatanlaut yang lungkrah, tak lagi asin, hanya pahit.

Pertunjukan ini juga menghadirkan pendekatan yang unik dalam penempatan penonton duduk di kursilayaknya cafe atau warung kopiyang berada di tengah, sementara para aktor-aktornya bergerak dan beraksi mengelilingi mereka. Seperti Damar kurung, cerita yang membingkai cahaya. Dengan konsep ini, pertunjukan seperti membongkar batas antara pemain dan penonton, menciptakan pengalaman yang lebih dekat dan intim.

Setiap ekspresi wajah, gerakan tubuh, hingga perubahan nada suara para aktor dapat dirasakan lebih intens oleh penonton, seolah-olah mereka bukan hanya menyaksikan, tetapi juga menjadi bagian dari cerita yang sedang berlangsung. Satu hal lagi yang menarik, penonton melihat gambar yang disorot ke arah atap rumah tua yang ada di dalam kampung Kemasan, sambil menikmati pemandangan pabrik-pabrik kota industri di malam hari.

Ditambah lagi, pertunjukan tetap berlangsungsetelah ditunda beberapa jammeskipun hujan mengguyur Gresik. Penonton bersedia menyaksikan pementasan teater dengan menggunakan jas hujan yang disediakan oleh panitia, bertahan lebih dari tiga puluh menit dengan tenang. Seperti ada rasa saling percaya antara pemain dan penonton. Atau pertunjukan ini menjadi sesuatu yang penting dan sayang sekali jika dilewatkan. Maka, meskipun dalam keadaan basah, pementasan teater tetap berlangsung khusuk.

Setelah pertunjukan teater usai, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi. Diskusi diawali dengan pertanyaan kepada sutradara mengenai gagasan yang ingin disampaikan kepada penonton melalui pertunjukan ini. Choiruz Zaman menuturkan, bahwa teater ini merupakan refleksi dari realitas di Gresik serta aktivitas yang kita jalani sehari-hari.

Pertunjukan ini pun mendapat respon baik dari penonton. Dari pertunjukan ini saya merasakan adanya luapan emosi seperti amarah dan kekecewaan, serta menangkap gambaran hiruk-pikuk kehidupan di Gresik yang tergambarkan dalam pementasan. Hal ini dianggap sebagai bentuk kritik tersirat terhadap kondisi lingkungan, khususnya terkait alam dan laut di kota ini, ujar Harry Koko Priutama.

Para aktor pun mengungkapkan pendapat mereka tentang apa yang mereka rasakan saat berperan, ada yang merasa bahwa sangat relate dangan apa yang ia rasakan di Gresik ini dan ada yang merasa bahwa pertunjukan ini mencerminkan kondisi Gresik yang penuh dengan polusi dan suhu yang panas, sehingga mereka merasa sangat terhubung dengan cerita yang disampaikan.

Melalui pertunjukan ini, Yayasan Gang Sebelah tidak hanya mendistribusikan hiburan semata, tetapi juga sebuah tawaran ruang yang membuka kemungkinan baru dalam seni pertunjukan di Indonesia. Teater di atas rooftop bukan hanya tentang lokasi yang tidak biasa, tetapi juga tentang bagaimana ruang dapat mempengaruhi pengalaman, makna, dan resonansi sebuah cerita.

Acara ini akan berlangsung pada 16 Maret 2025, bertempat di rooftop Sualoka.Hub, yang berlokasi di Jl. Nyai Ageng Arem-Arem Gg. II No. 20, Kampung Kemasan, Gresik.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru