Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Optika.id - Saya sebenarnya awam soal mutasi Perwira Tinggi di kalangan Tentara Nasional Indonesia TNI. Meskipun almarhum Abah saya di tahun 1950 menjadi Kiai nya Pusroh (Pusat Rohani) Kodam VIII Brawijaya di Surabaya, saya tidak paham proses mutasi para perwira tinggi TNI itu.
Cuma saya sebagai orang awam merasa heran ada seorang Letnan Jendral TNI AD yang baru tiga bulan menjabat tiba-tiba di mutasi. Pak Letjen yang dimaksud adalah Kunto Arief Wibowo putra nya mantan Wakil Presiden Jendral Purnawirawan Try Sutrisno yang populer dipanggil "Cak Su" oleh teman-temannya waktu kecilnya di kampung halamannya kampung Genteng Surabaya.
Seperti diketahui, Panglima militer Indonesia, Jenderal TNI Agus Subiyanto melakukan perombakan besar-besaran terhadap jabatan para perwira tinggi di lingkungan Tentara Nasional Indonesia. Diberitakan ada 237 perwira tinggi dari ketiga matra yang masuk daftar rotasi dan mutasi yang tertuang dalam surat keputusan nomor 554/IV/2025 itu.
Baca juga: UNUSA yang Inklusif
Dan dari ratusan nama pati itu ada dua nama yang menjadi perhatian media nasional yakni Letnan Jenderal TNI Kunto Arief Wibowo dan Laksamana Madya TNI Hersan. Dalam SK perombakan terbaru ini, Panglima TNI memutuskan untuk memutasi Letjen TNI Kunto Arief Wibowo ke Markas Besar TNI Angkatan Darat dengan jabatan sebagai Staf Khususnya Jenderal TNI Maruli Simanjuntak. Letjen TNI Kunto Arief ini baru tiga bulan jadi Pangkogabwilhan I yaitu mulai Januari 2025.
Baca juga: Indonesia Mendekat Pada China
Sementara itu, jabatan lama yang dijabat putra Wakil Presiden RI, Try Sutrisno itu, yaitu sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkobwilhan) I diserahkan kepada Laksda TNI Hersan. Sebelumnya Pak Hersan menjabat Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) III TNI Angkatan Laut dan dikenal sebagai ajudannya mantan Presiden Jokowi.
Curiosity atau keinginan tahu saya tentang mutasi perwiran di TNI membuat saya mencari informasi bagaimana sebenarnya proses dan keputusan mutasi itu.
Jendral Purnawirawan TNI Gatot Nurmantyo ketika menjabat sebagai Panglima TNI kalau tidak salah ditahun 2017 pernah menjelaskan prosedur mutasi perwira tinggi TNI. Menurut beliau proses mutasi ini dibicarakan dalam rapat Pra Dewan Jabatan dan Kepangkatan TNI yang terdiri dari Staf Umum TNI, Wakil Kepala Stad Angkaran Darat, Laut dan Udara, Irjen TNI dan Kepala Badan Intelijen Strategis Kabais TNI. Lalu juga dilibatkan lembaga-lembaga terkait seperti Lemhannas, Kemenpolhukan dan Kemenhan.
Hasil Pra Wanjakti TNI itu selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Staf Angkatan masing-masing matra. Selanjutnya ada rapat Wanjakti TNI yang dihadiri Panglima TNI, Kasad, Kasal, Kasau, Waka BIN, Wakil Gubernur Lemhannas, Sekretaris Menkopolhukam, Irjen TNI dan Kabais TNI.
Narasi normatifnya dari pihak TNI biasanya mengatakan bahwa mutasi jabatan Perwira Tinggi (Pati) di lingkungan TNI ditentukan berdasarkan kriteria penilaian sumber daya manusia yaitu profesionalitas dan Merit System melalui proses Pra Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Prawanjakti) dan Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) TNI. Mutasi itu disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Dasar untuk penilaian sumber daya manusia adalah profesionalitas dan merit system. Jadi tidak ada keputusan mutasi yang berdasarkan Like and Dislike kata mantan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
Kalau tidak salah akhir dari proses itu adalah pelaporan hasil keputusan mutasi tersebut ke Presiden. Jadi tidak mungkin seorang Presiden tidak mengetahui proses dan alasan kenapa ada perwira tinggi yang dicopot atau diganti atau dipromosikan.
Kalau proses mutasi perwira tinggi TNI itu begitu ketat dan professional itu, lalu kenapa Letjen Kunto Arief Wibowo yang "Arema" kelahiran Malang 15 Maret 1971 yang baru tiga bulan menjabat sebagai Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan dimutasi dan diganti oleh mantan ajudannya Pak Presiden Jokowi.
Masyarakat lalu pada bertanya apakah karena Pak Letjen Kunto itu putra mantan Wapres Try Sutrisno yang mengusulkan 8 poin dimana salah satu usulan mereka adalah pencopotan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka lewat MPR. Selain Try Sutrisno, terdapat nama Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Soedarto, Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, dan Marsekal TNI (Purn) Hanafie Asnan.
Baca juga: Alumni Harvard Turun Gunung Membantu Almamaternya Melawan Trump
Kita rakyat Indonesia yang mencintai TNI berharap agar TNI selalu menjaga jati dirinya sebagai alat pertahanan negara bukan alat kepentingan pemerintah atau politik sehingga tidak bisa diinterfensi oleh kekuatan politik yang memiliki tujuan jangka pendek.
Editor : Pahlevi