[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="160"] Ruby Kay[/caption]
Konsep mal yang paling baik menurut gue ya Pondok Indah Mal (PIM) di Jakarta Selatan. Malnya elit, lengkap, parkiran mobil dan motor luas. PIM selalu jadi rujukan kalangan atas ibukota untuk shopping atau sekedar hang out dengan kolega.
Baca Juga: RUU DKJ Atur Gubernur Jakarta Langsung Dipilih Presiden, Inisiatif Siapa?
Namun, manajemen mal tak melulu menyajikan brand ternama dan restoran elit bagi kalangan sosialita. Untuk karyawan yang bekerja di PIM disediakan tempat makan yang harganya sangat terjangkau buat pekerja dengan upah UMR Jakarta. Letaknya tak jauh dari parkiran mobil PIM 1. Nyebrang kali melewati jembatan, maka akan terlihat depot yang selalu ramai saat jam makan siang.
Gue pernah beberapa kali makan di situ. Ada mie ayam, bakso, nasi goreng, soto, nasi padang, sate yang dijual dengan harga belasan ribu rupiah. Celoteh pekerja mal bergosip ria membikin suasana tambah hangat. Banyak penampakan wanita berwajah cantik yang bekerja sebagai beauty advisor, waitress, barista dan lain sebagainya. Depot yang dibangun dengan nuansa terbuka membuat para perokok bisa ngebul sepuasnya. Ada pula depot makanan yang terletak dibasement PIM
2, harganya murah, tempatnya bersih, cuma hawanya agak panas. Pokoknya kalau ke PIM tapi bawa uang pas-pasan, don't worry darling . Lu tetap bisa makan enak, karena depot makanan murah meriah bertebaran dimana-mana.
Baca Juga: Tolak RUU Daerah Khusus Jakarta, Nasdem: Jangan Renggut Hak Rakyat!
Konsep PIM itu yang tidak ditiru oleh Grand Indonesia dan Plaza Indonesia. PKL tidak diberi ruang oleh pihak manajemen mal untuk menjajakan makanan kepada kelas pekerja. Akhirnya PKL meluber dipinggir jalan. Para pekerja mal selalu memadati boulevard saat jam makan siang. Ya wajar, bisa tekor mereka kalau selalu maksi direstoran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Begitulah konsep keadilan. Membangun mal mesti memperhatikan tiap entitas yang ada didalamnya. Gak cuma memfasilitasi orang kaya dengan kemewahan, tapi juga mesti menyediakan kebutuhan asupan untuk kelas pekerja.
Baca Juga: Gamang Memilih Pindah atau Tetap Bertahan Ibukota?
Ruby Kay
Editor : Pahlevi