Optika.id - Berakhirnya masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam memimpin Indonesia selama dua periode diyakini akan menimbulkan masalah baru yang disebut sebagai sindrom pasca kekuasaan.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F Silaen, post power syndrome yang dialami Presiden Jokowi diperkirakan bisa lebih parah daripada masa Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.
Baca Juga: Greenpeace Sanggah Jokowi, Sebut Food Estate Perparah Krisis Pangan dan Lumbung Masalah
"Ada banyak analisis yang menyatakan bahwa Presiden Jokowi akan mengalami sindrom pasca kekuasaan yang akut karena dinamika politik yang terjadi. Banyak pihak yang terluka karena keputusan-keputusan yang diambil oleh Presiden Jokowi," ungkap Samuel, pada Jumat (17/11/2023).
Menyimak kondisi saat ini, Samuel menilai masyarakat sudah mulai menunjukkan ketidakpuasan terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Presiden Jokowi. Salah satunya adalah keikutsertaan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dalam Pilpres 2024.
Baca Juga: Jokowi: Indonesia Butuh Investasi Wujudkan Emisi No 2060
"Belum lagi terjadi mobilisasi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau penegak hukum yang terpaksa melakukan tugas-tugas di luar ruang lingkup pekerjaannya," tambah Silaen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Silaen juga menyoroti kemungkinan kebangkitan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) jika tindakan Presiden Jokowi tidak dikontrol.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Bangun Komitmen Negara Makmur dengan Ekonomi Maju
"Kami khawatir akan ada peningkatan praktik KKN yang mengingatkan pada zaman Orde Baru, bukan melawan KKN, tetapi malah membiarkan KKN berkembang di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi," tegasnya.
Editor : Pahlevi
