Optika.id - Calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Gibran Rakabuming Raka kerap bungkam ketika menanggapi pernyataan kritis. Baru-baru ini, Gibran memilih bungkam dan menghindar ketika ditanya perihal lawannya, Anies Baswedan yang mengkritik megaproyek pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Di sisi lain, Gibran justru lebih reaktif ketika pribadinya disinggung misalnya ketika dirinya dituduh dokter Tifa hanya lulusan sekolah menengah atas (SMA).
Baca juga: Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo Subianto, Siapa Saja?
"Besok (Senin, 20/11), teman-teman media seperti biasa, jam 7 pagi di Balai Kota (Solo). Nanti, saya bawain ijazah [lulus kuliah] saya, ya. Dicek saja, asli atau palsu. Kalau enggak percaya, saya pesanin tiket ke Singapura, datangin ke sekolahnya " ujarnya di media, Minggu (19/11/2023) lalu.
Lebih jauh, pasangan Prabowo-Gibran tidak serajin para pesaingnya yang lain seperti pasangan Anies-Cak Imin (AMIN) dan Ganjar-Mahfud MD dalam menyampaikan gagasannya secara aktif. Total dari 17 forum dialog terkait penyampaian visi misi capres-cawapres yang digelar oleh berbagai pihak, jagoan Koalisi Indonesia Maju (KIM) ini absen sebanyak 10 kegiatan. Baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri dengan berbagai alasan. Padahal, kedua pasangan pesaingnya masing-masing baru absen 1 kali saja.
Adapun salah satu forum yang absen dihadiri oleh Gibran adalah dialog publik yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim) pada Jumat (24/11/2023) lalu. Alih-alih demikian, putra sulung Jokowi ini memilih untuk berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah, Mojokerto, Jawa Timur.
Ketidakhadiran sosok Gibran dalam dialog tersebut disayangkan oleh pengurus Relawan Bergerak 1912 sekaligus Nasyiatul Aisyiyah yang menilai bahwa sebagai cawapres termuda, Gibran seharusnya memiliki ruang pemikiran yang luas serta harus didengarkan oleh generasi muda.
Mangkirnya Prabowo-Gibran dalam berbagai forum ilmiah turut disayangkan oleh Pengamat Politik Yusak Farchan. Pasalnya, Yusak menilai jika adanya forum tersebut adalah sebagai gambaran kepada masyarakat tentang visi misi kandidat sehingga seharusnya masing-masing paslon menghadirinya.
Menurutnya, visi misi yang disiapkan dan dipaparkan semestinya tidak sebatas pada dokumen di atas kertas saja. Melainkan juga harus dijabarkan dan dijelaskan secara teknis dan konkret kepada publik dalam berbagai dialog.
Baca juga: Ahmad Muzani: Megawati Dipastikan Tak Bisa Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran
"Justru ini (dialog) yang ditunggu masyarakat [untuk mengetahui] sejauh mana program-program capres-cawapres. Kalau hanya mengandalkan debat yang difasilitasi KPU (Komisi Pemilihan Umum), tentu tidak akan cukup karena terbatas, baik durasi maupun intensitasnya," kata Yusak, Selasa (28/11/2023).
Sebagai informasi, KPU berencana akan mengadakan 5 sesi debat kandidat Pilpres 2024 sesuai dengan mandate Undang-Undang (UU) Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. Tiga kegiatan di antaranya untuk capres, sedangkan 2 lainnya untuk cawapresnya. Adapun debat kandidat akan digelar selama masa kampanye yang dimulai pada 28 November 2023.
Absennya pasangan capres-cawapres dalam dialog ilmiah yang diadakan oleh publik, sambung Yusak, akan merugikan mereka juga nantinya apabila tidak disikapi dengan baik. Mengingat waktu pemilihan kurang dari 3 bulan, dia mengingatkan agar adanya pembagian tugas baik capres-cawapres apabila mereka berpeluang absen.
Meskipun demikian, dirinya mengakui apabila timses Prabowo-Gibran ini gencar menyosialisasikan visi misi baik di darat maupun udara. Baginya, tindakan tersebut cukup penting untuk memperluas jangkauan pemilih.
Baca juga: Prabowo-Gibran akan Dilantik Hari Ini, Apa Isi Sumpahnya?
"Tidak hanya melalui forum-forum tatap muka, tetapi juga sosmed (social media). Memasuki musim kampanye 28 November nanti, saya kira, mereka harus lebih intensif lagi," sarannya.
Lebih lanjut dirinya menyarankan sebaiknya pemaparan visi misi harus dilakukan langsung oleh kandidat. Pasalnya, timses seharusnya hanya menjadi "perpanjangan tangan" dari capres dan cawapres itu sendiri.
"Idealnya memang disampaikan langsung oleh kandidat," ucapnya.
Editor : Pahlevi