Janji Presiden yang Berubah

Reporter : Pahlevi


Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Ini bukan soal janji Presiden Indonesia, tapi janji Presiden baru Amerika Serikat Donald Trump yang berjanji akan menyelesaikan perang di Ukraina dalam waktu cepat. Di setiap kampanyenya sebelum terpilih menjadi Presiden, Pak Trump ini berjanji akan menghentikan perang di Ukraina melawan Rusia dalam waktu 24 jam. Begitu dia masuk Gedung Putih setelah resmi dilantik sebagai Presiden, maka dalam waktu 24 jam dia akan menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghentikan perang.

Baca juga: Tiktok-Politik Balas Budi Trump

Namun tenggat waktu 24 jam itu ternyata sudah lewat, tidak ada tanda-tanda Trump berusaha menghentikan perang seperti yang dijanjikan. Bahkan dua hari setelah dilantik Presiden Trump mengancam Rusia dengan pemberian sanksi-sanksi bila Putin tidak menghentikan perang yang berkepanjangan itu.

Seperti diketahui Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Washington dapat menjatuhkan lebih banyak sanksi terhadap Rusia jika menolak untuk terlibat dalam pembicaraan untuk menyelesaikan konflik Ukraina. Selama konferensi persnya pada hari Selasa tanggal 21 Januari 2025, Trump ditanya apakah keengganan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bernegosiasi akan menyebabkan pembatasan tambahan terhadap Moskow - di atas ribuan pembatasan yang telah diperkenalkan di bawah Joe Biden. "Kedengarannya mungkin," jawabnya. Pemerintahan Amerika Serikat dibawah pemerintahan Joe Biden sudah memberikan bermacam-macam sanksi kepada Rusia, kalau tidak salah jumlah sanksi itu sekitar 5.000 lebih.

Trump, yang sangat kritis terhadap Biden karena memasok bantuan militer ke Ukraina, tidak mengesampingkan kemungkinan Washington mengirim lebih banyak senjata ke Kiev selama masa jabatannya.

Namun, dia bersikeras bahwa negara-negara Uni Eropa harus "menyamakan" dengan Washington dalam hal jumlah dukungan yang diberikannya kepada Ukraina. Dia kembali menyatakan kesiapan untuk terlibat dalam diskusi dengan Putin untuk mengakhiri pertempuran antara Moskow dan Kiev. "Kami sedang berbicara dengan (pemimpin Ukraina) Zelensky. Kami akan segera berbicara dengan Presiden Putin dan kami akan melihat bagaimana semuanya terjadi," tegas Trump.

Presiden AS menyebut Putin "pintar", menunjukkan bahwa konflik Ukraina dimulai karena pemimpin Rusia itu "tidak menghormati" Biden. Trump juga mengatakan bahwa dia telah mendesak Presiden China Xi Jinping untuk bergabung dalam upaya menghentikan permusuhan antara Rusia dan Ukraina selama panggilan telepon mereka baru-baru ini.

Baca juga: Kedaulatan Itu Bukan Sekadar Garis

Sementara itu selama pertemuan Dewan Keamanan Nasional Rusia pada hari Senin, Putin memuji niat Trump untuk melanjutkan kontak antara Rusia dan AS yang telah dihentikan di bawah Biden. Namun, dia menekankan bahwa dialog hanya dapat terjadi pada "dasar yang setara dan saling menghormati."

Pihak berwenang di Moskow telah mencatat pernyataan oleh presiden AS yang baru dan timnya tentang keinginan mereka untuk memulihkan hubungan komunikasi dan "tentang perlunya melakukan segalanya untuk mencegah Perang Dunia Ketiga," tegas pemimpin Rusia itu. "Tentu saja, kami menyambut sikap seperti itu dan mengucapkan selamat kepada presiden AS terpilih yang menjabat," tambahnya.

Perang di Ukraina sejak Februari 2022 itu memang sangat membahayakan tatanan dunia. Perang yang belum usai sampai saat ini banyak menimbulkan distorsi perekonomian dan perdagangan global terutama dalam naiknya harga-harga komoditi minyak, gas bumi dan gandum.

Baca juga: Tidak Tanggung-Tanggung Perintahnya Langsung Dari Presiden

Sebagai contoh perekonomian negera Jerman yang dulunya terbesar di daratan Eropa sekarang menurun, banyak perusahaan yang tutup dikarenakan harus mengikuti "perintah" Amerika Serikat untuk tidak membeli minyak dan gas dari Rusia dan ikut memberikan sanksi kepada Rusia. Akibat kebijakan Jerman itu maka Jerman yang dulunya meng-impor minyak dan gas dari Rusia dengan harga murah- sekarang harus membelinya dari negara lain, bahkan dari Amerika dengan harga yang lebih mahal. Padahal Jerman sangat tergantung dengan impor minyak dan gas itu untuk pembangunan industrinya.

Kita menunggu bagaimana selanjutnya kiprah Trump yang berjanji akan menghentikan perang di Ukarina yang sudah berlangsung lama, yang sudah menelan korban 500.000 600.000 pasukan Ukarina yang mati, ribuan tentara yang diamputasi, jutaan penduduknya yang meninggalkan negeri, lebih dari 20% wilayahnya yang sudah jatuh di tangan Rusia, perekonomiannya yang ambruk dan sebagainya.

Dan kalau perang di Ukraina tidak berhenti, maka perekonomian global akan terganggu dan itu juga bisa berdampak pada perekonomian Indonesia.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru