Pernyataan yang Penuh Ancaman

author Pahlevi

- Pewarta

Senin, 27 Jan 2025 16:53 WIB

Pernyataan yang Penuh Ancaman


Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Belum satu bulan menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sudah mengeluarkan beberapa pernyataan yang bernada mengancam kepada negara-negara lain. Dia pernah berjanji akan menghentikan perang antara Ukraina dan Rusia sehari setelah dilantik secara resmi sebagai Presiden AS.

Baca Juga: Ahli Ilmu Politik ini Naik Tangga ke Pusat

Namun sudah lebih dari satu hari Donald Trump belum ada upaya untuk menghentikan perang yang masih berlangsung itu malahan mengancam Presiden Rusia Vladimir Putin dengan sanksi-sanksi ekonomi bila Rusia tidak segera berunding dengan Ukraina.

Presiden Donald Trump mengatakan dia meminta Arab Saudi dan negara-negara OPEC lainnya untuk "menurunkan biaya minyak" dan menggandakan ancamannya untuk menggunakan sanksi berupa tarif.

Dalam pidatonya kepada para eksekutif di Forum Ekonomi Dunia di Davos baru-baru ini, Presiden AS mengatakan dia "terkejut" bahwa OPEC tidak menurunkan harga minyak sebelum pemilihan. "Saat ini harganya cukup tinggi sehingga perang itu akan berlanjut," katanya, mengacu pada konflik Rusia-Ukraina dan menyarankan bahwa harga minyak mentah yang lebih tinggi membantu mempertahankan pendanaan untuk konflik di Moskow. "Anda harus menurunkan harga minyak," katanya. "Itu akan mengakhiri perang itu. Anda bisa mengakhiri perang itu."

Pada tanggal 7 Januari 2025, Presiden Trump mengancam Hamas agar melepaskan para sandera Israel sebelum dia dilantik, kalau tidak "all hell will break out"- neraka akan terjadi di kawasan Timur Tengah - ancamnya. Selang beberapa hari "neraka" yang dia sebutkan malah terjadi di negara bagian California, Los Angeles dimana kebakaran hutan yang mengerikan telah membumi hanguskan lebih dari 12.000 rumah-rumah mewah seharga ratusan milyar dampai 1,5 trilliun Rupiah, sekolah, perkantoran, tempat -tempat ibadah dan telah membunuh 25 orang.

Hal yang mengejutkan, ada yang menghitung luas kebakaran yang terjadi di Los Angeles, California itu ternyata sama dengan luas Gaza Palestina yang dibumi hanguskan Israel dengan bantuan AS.

Baca Juga: Janji Presiden yang Berubah

Presiden Donald Trump juga telah menegaskan kembali keinginannya agar AS mengakuisisi Greenland dan Terusan Panama, menyebut keduanya penting bagi keamanan nasional Amerika. Khusus tentang terusan Panama, dia menuduh bahwa Cina saat ini yang menguasai Panama. Klaim ini ditolak oleh pemerintah Cina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ditanya apakah dia akan mengesampingkan penggunaan kekuatan militer atau ekonomi untuk mengambil alih wilayah otonom Denmark atau Terusan, dia menjawab: "Tidak, saya tidak bisa meyakinkan Anda tentang salah satu dari keduanya. "Tapi saya bisa mengatakan ini, kita membutuhkan mereka untuk keamanan ekonomi," katanya kepada wartawan selama konferensi pers yang luas di perkebunannya di Mar-a-Lago di Florida.

Baik Denmark dan Panama telah menolak ancaman itu bahwa mereka harus menyerahkan wilayah. Trump juga bersumpah untuk menggunakan "kekuatan ekonomi" ketika ditanya apakah dia akan mencoba untuk mencaplok Kanada dan menyebut perbatasan bersama mereka sebagai "garis yang ditarik secara artifisial".

Baca Juga: Baru Kali ini….

Perbatasan ini adalah yang terpanjang di dunia antara dua negara dan ditetapkan dalam perjanjian yang berasal dari pendirian AS pada akhir 1700-an. Presiden terpilih mengatakan AS menghabiskan miliaran dolar untuk melindungi Kanada, dan dia mengkritik impor mobil, kayu, dan produk susu Kanada. Malahan Trump mengancam Kanada akan dijadikan negara bagian AS. Pernyataan bernada mengancam itu telah mendapatkan reaksi kerasi dari para pemimpin negara-negara itu.

Sepertinya Presiden Trump tidak menghiraukan kenyataan bahwa dunia sekarang ini sudah berubah dimana banyak negara yang mulai berani mengatakan "tidak" kepada Amerika Serikat. Negara-negara yang kena sanksi AS seperti Rusia, Iran dan Cina malah memperkuat aliansi diantara mereka untuk menghadapi Amerika Serikat.

Negara-negara Selatan atau the Global South yang banyak diantara mereka mengalami penjajahan dan penghinaan oleh negara-negara barat mulai bangkit untuk melawan tindakan sepihak oleh satu kekuatan negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU