Optika.id - Bekerja menjadi satpam tidak menjadi alasan seseorang untuk tidak bisa mendapatkan gelar Sarjana, apalagi lulus dengan IPK Cumlaude. Dialah Ragita Dwi Nur Rahmadiani. Perempuan asal Mojokerto yang sudah 7 tahun menjadi satpam di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya). Ragita menjadi salah satu ratusan wisuda yang menginspirasi di wisuda 52 UM Surabaya.
Ragita mengambil jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis kelas malam di UM Surabaya. Ragita mengaku ia tidak membayangkan bahwa dirinya akan menjadi satpam, hal tersebut lantaran ia tak memiliki basicnya, saat SMK Ragita mengambil jurusan tataboga, setelah lulus SMK Ragita ingin kuliah, karena terkendala biaya ia memutuskan untuk bekerja dan menabung lebih dulu agar uangnya bisa dipakai daftar kuliah.
Baca Juga: Lusa, UM Surabaya Resmikan Gedung Kampus yang Tertinggi
"Waktu itu ada lowongan satpam perempuan di UM Surabaya. Alhamdulillah keterima. Setelah 2 tahun jadi karyawan tetap, saya memutuskan untuk kuliah mengambil kelas malam, karena pagi kerja," jelas Ragita seperti dikutip Optika.id dari laman web UM Surabaya, Rabu (19/2/2025).
Ayah Ragita (Mulyono) adalah supir truk di pabrik gula di Mojokerto, sementara ibunya (Yuni Eka Winarti) kesehariannya berjualan nasi dan kue keliling menggunakan sepeda motor.
Baca Juga: Kuliah Luar Kelas: Mahasiswa SAA FAI UMSurabaya Nonton Bioskop "Pamali Dusun Pocong"
Saat ditanya mengenai bagaimana cara membagi waktu kuliah dan bekerja, Ragita mengatakan ia menyempatkan belajar setelah pukul 3 sore.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Kebetulan kuliahnya pukul 18.00 jadi di sela sela itu saya belajar, apalagi kalau UTS dan UAS," imbuh Ragita.
Baca Juga: UM Surabaya Berikan Bonus Untuk Kapten Timnas Indonesia Rizky Ridho Ramadhani
Ragita meraih IPK Cumlaude dengan angka 3,8. Di tengah segala aktivitas menjadi satpam ia tidak menyangka ia bisa menyelesaikan studinya tepat waktu. Saat ditanya mengenai apa rencana terdekatnya, Ragita ingin bisa melanjutkan studi kembali.
"Keterbatasan finansial mungkin bukan satu-satunya alasan untuk menguburkan impian kita, melainkan Allah ingin melihat seberapa jauh kita dapat bertahan dan gigih dalam memperjuangkan impian yang ingin kita raih," pungkasnya.
Editor : Pahlevi