Artis Nyaleg Tak Hanya Modal Tenar Belaka

Reporter : Uswatun Hasanah

Surabaya (optika.id) - Pemilu serentak tahun 2024 ini diramaikan dengan deretan nama para artis dan pesohor tanah air dalam kontestasi pemilihan legislative (Pileg). Mereka yang bertarung untuk menduduki kursi di DPR RI itu mendapatkan sokongan dari parpol masing-masing.

Sebut saja Melly Goeslaw yang bertarung di Dapil Jawa Barat I yakni Kota Bandung dan Kota Cimahi. Melly yang disokong oleh Partai Gerindra itu harus bersaing dengan nama yang tak kalah tenarnya seperti Marcell Siahaan dari PDIP, Giring Ganesha dari PSI, hingga istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya Kamil.

Baca juga: Gagal Maju Pilgub Jadi Hal Untung bagi Anies, Kok Bisa?

Menanggapi banyaknya para artis yang terjun ke dunia politik ini, Dedi Kurnia Syah selaku analis politik dari Indonesia Political Opinion (IPO) menyebut jika modal popularitas dan ketenaran tidak cukup untuk menggaet masyarakat dan bisa memenangkan Pemilu. Lebih dari itu, Dedi menjelaskan jika popularitas yang tidak terkait hal kontroversial akan menjadi bekal dan dinilai memudahkan para caleg artis itu untuk mendapatkan simpati publik. namun, berbeda dengan mereka yang doyan kontroversi, maka akan kesulitan untuk meraup simpati publik.

Tentu [perlu] dilakukan, kampanye dan sosialisasi. [Misalnya] Primus Yustisio, Kris Dayanti, Hengki Kurniawan, masuk jajaran artis yang memang rajin dan mulai terbiasa ke masyarakat. Wajar, jika mereka mendapatkan porsi cukup besar, sementara Mulan Jameela, Ahmad Dhani, masuk kategori yang tidak begitu berhasil karena sisi kontroversial, jelas Dedi, kepada Optika.id, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan jika masyarakat banyak menyukai caleg artis lantaran ada political fatigue di tengah-tengah mereka. Yang mana, kepercayaan pada politisi cenderung surut dan dianggap sebelah mata. Hal inilah yang menyebabkan mereka memilih bukan lagi soal aspirasi, melainkan tren ketokohan semata.

Tokoh yang dikenal utamanya kalangan artis dipilih bukan karena bisa dipercaya, tetapi karena siapapun yang dipilih tidak akan bisa mengubah apapun, ini bisa diartikan sebagai ambang keputusasaan publik pada politik, terang Dedi.

Mengamini Dedi, Saidiman Ahmad selaku Analis Politik dari Saiful Mujani Reseach Center (SMRC) menyebut jika faktor kepopuleran bukanlah satu-satunya yang membuat caleg artis bisa lolos menjadi anggota dewan. Dedi menegaskan jika aksi, tindakan dan kontibusi langsung mereka ke tempat akar rumput wilayah mereka berlaga adalah hal yang penting dan berpengaruh.

Baca juga: Besok, PDI-Perjuangan Akan Usung Risma Jadi Kandidat Cagub Jatim

Artis yang tidak melakukan sosialisasi positif ke masyarakat bisa dikalahkan oleh caleg yang melakukan kerja-kerja politik di tingkat akar rumput, kata Saidiman.

Faktor tersebutlah yang menurut Saidiman penting untuk bekal para caleg artis agar bsia mendapatkan suara rendah atau tinggi di dapil tempat mereka bertarung masing-masing. Saidiman menegaskan jika faktor ketokohan alias populer di masyarakat tidaklah cukup. Mereka, para caleg artis itu, juga perlu mempunyia kualitas personal yang baik.

Caleg-caleg artis memang memiliki modal kedikenalan. Namun, kedikenalan bisa dinaikkan melalui kampanye dan sosialisasi, sambung Saidiman.

Baca juga: 100 Guru Besar UGM Nyatakan Sikap, Ingin KPU Jaga Marwah Jelang Pilkada

Saidiman menilai jika sebenarnya masyarakat ini sederhana. Pasalnya, mereka hanya menginginkan figure caleg yang lebih merakyat, memperhatikan mereka, dan hadir bersama mereka untuk mendengarkan aspirasi serta keluh kesah kehidupan mereka. Maka dari itu, caleg yang populer sekaligus sering terjun langsung ke masyarakat bawah menurut Saidiman memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan penerimaan publik.

Bisa dijadikan bekal ke depannya untuk para artis, selebritas, maupun publik figure lainnya yang ingin bertarung di Pemilu selanjutnya, mereka bisa mempersiapkan diri dari sekarang, pungkasnya.

 

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru