Curhat PKL Malioboro: Diduga Ada Konspirasi Kapitalis Dibalik Relokasi!

author Seno

- Pewarta

Kamis, 16 Des 2021 01:55 WIB

Curhat PKL Malioboro: Diduga Ada Konspirasi Kapitalis Dibalik Relokasi!

i

IMG-20211215-WA0049

Optika.id, Yogyakarta - Semua Pedagang Kaki Lima (PKL) yang ditemui oleh Optika.id menjerit merespons adanya rencana relokasi PKL kawasan Malioboro, Yogyakarta.

Seperti yang dikatakan oleh Bambang salah seorang pedagang pakaian yang ditemui Optika, Senin (13/12/2021) pagi. Menurutnya dibalik rencana relokasi PKL Malioboro, dia menduga ada konspirasi kapitalis.

Ditanya maksud dari konspirasi kapitalis? Dia mengungkapkan bahwa orang dalam keraton lah yang bermain dalam rencana relokasi PKL Malioboro ini. "Jadi mereka (orang dalam Keraton) seperti yang dibicarakan kami para PKL itu dapat project dari UNESCO mas, selain itu mereka juga mendapat pesanan dari cukong yang punya toko-toko besar di belakang saya ini," ujarnya sembari menunjuk beberapa toko besar di belakang lapaknya.

"Ya para pemilik toko itu merasa terganggu dengan adanya kami para PKL, karena merusak pemandangan mungkin ya," ujarnya sembari terkekeh.

"Bayangkan saja mas kita disuruh pindah hanya dalam waktu 3 bulan saja itu kan impossible, yakni November, Desember dan Januari, ini ada apa? kok cepat sekali waktunya, kayak buru-buru gitu," imbuh pedagang yang juga mengklaim dirinya sebagai aktivis ini.

Menurut Bambang, nantinya di bekas tempat jualan para PKL ini mungkin akan dibuat kursi-kursi lagi sehingga nanti akan terlihat lapang. Dan toko-toko itu langsung terlihat dari jalan raya.

Dia mengatakan sempat ikut aksi 'Jogja Ora Didol' (Jogja Tidak Dijual) pada beberapa waktu yang lalu. Karena dia ingin pemerintah dalam hal ini Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta agar lebih care dengan para rakyat kelas bawah, seperti para PKL Malioboro.

"Angkatlah berita yang sesuai realita rakyat ya mas. Jangan haus akan kekuasan dengan mengorbankan rakyatnya. Semua kata-kata yang sultan dulu ucap kini tidak ada artinya lagi. Bahkan tidak memihak rakyatnya," pesannya memelas sembari menata barang dagangannya.

"Kami rakyat asli Yogyakarta merasa menjadi korban atas segala apa yg dilakukan pemerintah ataupun oknum-oknum yang ingin memanfaatkan lokasi yang strategis demi keuntungan orang-orang berdasi dan mempunyai jabatan," sambungnya sambil menyeka keringat yang bercucuran dari wajahnya.

Menurutnya sekarang Jogja tidak lagi kota budaya tapi sudah menjadi kota metropolitan. "Ketika raja sudah bertitah maka rakyat harus tunduk mas, memang sistem feodal itu kayak gini sih mas," ujarnya tanpa menerangkan apa yang dimaksud.

Bertahan Hidup Pakai Uang Tabungan

Sementara itu, Suparno salah satunya. Pedagang aksesoris di kawasan Malioboro sejak 10 tahun silam itu takut jika relokasi jadi terealisasi pada Bulan Januari 2022.

Kakek 3 orang cicit ini bercerita, sejak pandemi Covid-19 dia harus menggunakan tabungan miliknya untuk bertahan hidup.

[caption id="attachment_10447" align="alignnone" width="300"] Pedagang penjual kaos di Malioboro. (Optika)[/caption]

Suparno tak sendirian, pandemi selama dua tahun ini juga menghancurkan perekonomian PKL lainnya yang tergabung dalam Paguyuban PKL Malioboro.

Para pedagang kuliner di Malioboro juga merasakan dampak langsung dari pandemi Covid-19. Paijem salah seorang pedagang bakso, terpaksa bertahan hidup dengan menggunakan tabungannya yang dikumpulkan bertahun-tahun itu.

Pembatasan memang mulai dilonggarkan oleh pemerintah, sehingga menjadi angin segar bagi para PKL. Namun baru sekitar 2 bulan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2, dengan kelonggaran pada level 2 ini mulai membangkitkan ekonomi PKL secara perlahan.

Tetapi, kabar relokasi PKL Kawasan Malioboro membuat Paijem gundah gulana. Dia galau apakah ke depan saat relokasi terjadi, dapurnya tetap bisa mengebul, atau justru sebaliknya. Padam tak mengebul lagi.

Paijem sering mendapatkan curhatan dari PKL lain karena dirinya dituakan oleh para PKL di Kawasan Malioboro. Dia sering kebingungan bagaimana cara menentramkan hati para PKL lainnya.

"Yang jelas saya kaget, karena tidak ada angin tidak ada hujan, tahu-tahu beberapa hari lalu disosialisasi ada relokasi. Kemarin dalam sosialisasi katanya kuliner dimasukkan di bekas gedung bioskop Indra," ujarnya.

Paijem mengetahui lokasi dimana bekas gedung Bioskop Indra, tetapi ia belum mengetahui dimana dirinya akan menempati di sisi mana dari bekas gedung bioskop Indra ini.

"Saya belum pernah masuk ke dalamnya, tetapi kalau informasi dari teman lokasinya itu kecil. Jadi tidak bisa untuk jualan kuliner," ujarnya.

Jika nanti relokasi jadi dilakukan, dirinya khawatir akan kesulitan mendapatkan pelanggan. Karena jika dimasukkan ke gedung bioskop Indra, menurut dia seperti dimasukkan ke sebuah kantong.

Lokasi yang Tidak Strategis

Ditambah lagi lokasi bioskop Indra tepat di seberang Pasar Beringharjo. Para PKL Malioboro yang dipindah ke gedung bioskop secara tidak langsung akan bersaing dengan para penjual di Pasar Beringharjo. Tentunya mereka akan saling bertarung demi sesuap nasi.

"Sedangkan di depannya Pasar Beringharjo, Otomatis (bersaing dengan Pasar Beringharjo). PKL khususnya kuliner bukannya menolak tetapi juga tidak menerima, kita hanya keberatan. Selain sulit dapat pelanggan dan keberatan dengan tempat, PKL kuliner di sirip-sirip tidak dipindah," ucapnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

[caption id="attachment_10446" align="alignnone" width="169"] Eks gedung bioskop Indra. (Optika)[/caption]

Faktor yang membuatnya merasa sangat keberatan adalah saat ini, para pedagang baru bisa bangkit dari keterpurukan karena terdampak pandemi Covid-19, tetapi harus direlokasi.

"Ibarat kita ini baru mau sadar, mau normal seutuhnya untuk bangun ekonominya. Kita ga bisa jualan saat pandemi, makan tabungan entek (habis), hutang di bank untuk usaha. Ini malah ada rencana relokasi. Di belakang PKL itu ada banyak. Ada istri, anak, kita itu baru saja terpuruk kok sudah diginikan. Saya minta pemerintah punya perasaan sedikit," katanya

Dia berharap relokasi tidak dilakukan dalam waktu dekat ini tetapi relokasi dapat dilakukan 5 atau 10 tahun lagi. Namun seperti info yang didapat Optika.id, relokasi harus dilakukan di Bulan Januari 2022.

Menurutnya yang terpenting bukanlah merelokasi PKL tetapi mempercantik PKL agar tetap menarik wisatawan berkunjung ke Malioboro.

"Percantik itu PKL-nya misalnya, gerobaknya diseragamkan, untuk kuliner payungnya diseragamkan. Karena Malioboro dan PKLnya ini ikon, jangan sampai hilang ciri khasnya," sarannya.

Dia menuturkan, pada hari Selasa Wage PKL se-Malioboro diliburkan untuk bersih-bersih, pada hari itu kunjungan wisatawan sedikit jika dibandingkan dengan hari-hari biasa.

"Coba lihat saat Selasa Wage sepi sekali. Bahkan saat Selasa Wage banyak wisatawan yang gak jadi berkunjung ke Malioboro karena PKL libur," tukasnya.

Sementara itu, Suparman pedagang batik juga kaget mendengar adanya rencana relokasi Malioboro. Pasalnya, informasi relokasi Malioboro didapatnya secara mendadak.

"Kami sempat kaget terkait info relokasi, karena mendadak pada dasarnya kami keberatan adanya relokasi itu," ujarnya.

Suparman menyampaikan sosialisasi yang diterima oleh pihaknya hanya sebatas melalui sambungan telepon belum ada sosialisasi lanjutan dari pihak pemerintah.

"Ya diundang lewat telepon saat itu. Menurut pemerintah mungkin itu sosialisasi, tapi kan itu mendadak sekali kalau gitu," ucapnya.

Suparman mengatakan, para PKL sebelum dipindah ke eks gedung bioskop Indra. PKL dipindahkan ke shelter yang dibangun di dekat Hotel Grand Inna.

"Untuk pemindahan teman-teman sementara ada yang ditaruh di shelter deketnya Hotel Grand Inna, dan untuk yang teman-teman kuliner saya serta teman-teman di eks bioskop Indra," jelasnya.

Suparman dan rekan-rekan PKL lain rencananya direlokasi pada Januari 2022 mendatang. "Kalau seingat saya bulan Januari," imbuh dia.

Dia bersama rekan PKL lain menyayangkan adanya rencana relokasi PKL Malioboro ini, karena PKL di Malioboro yang membuat Jalan Malioboro ramai seperti sekarang.

Malioboro Ramai Berkat Para PKL

Suparman yang berjualan sejak tahun 1990an itu menceritakan, pada awal ia berjualan di Malioboro saat itu masih sangat sepi. Tetapi seiring berjalannya waktu Malioboro menjadi ramai seperti sekarang ini.

"Saya jualan dari tahun 1990an, Malioboro dulu sepi mungkin bagian dari kenapa Malioboro ramai karena perjuangan PKL," ujarnya.

Suparman yang tergabung dalam Paguyuban Handayani mengatakan, paguyuban itu sendiri berisi sebanyak 60 PKL. Menurut informasi yang diterima seluruh PKL baik itu yang ada di barat dan timur jalan akan direlokasi ke eks gedung bioskop Indra.

"Iya emang semua, bahkan saat mengadakan pertemuan, saya tanya sifatnya keseluruhan baik yang di timur jalan dan barat jalan," pungkasnya.

Reporter: Amrizal dan Angga

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Tag :

BERITA TERBARU