Optika.id - Pengamat komunikasi politik dan militer dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting, menyoroti keputusan Partai Demokrat yang mencabut dukungan dari Anies Baswedan setelah pemilihan Muhaimin Iskandar sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) Anies Baswedan.
Baca Juga: Netizen Respon Upaya Anies Dirikan Partai, Ini Penjelasannya!
Menurut Ginting, manuver Demokrat cabut dukungan dari Anies setelah pemilihan Muhaimin akan memiliki dampak serius. Ginting menilai Demokrat akan mendapatkan banyak musuh sebagai akibatnya. Hal ini terkait dengan terbatasnya langkah Demokrat setelah cabut dukungan dari Anies, dan rekam jejak Demokrat di dua kubu lainnya yang tidak baik.
"Apa mungkin ke Prabowo? Di situ King Makernya Jokowi. Kedua, secara implisit bahkan eksplisit Partai Demokrat menerjemahkan upaya kudeta kepada staf presiden Moeldoko untuk kudeta Demokrat juga di belakangnya ada Jokowi, apa mungkin gabung di situ ada Jokowi dan Moeldoko. Di 2019 ada pernyataan mengejutkan dari Partai Demokrat di mana Prabowo dituding sebagai Jenderal Kardus, jadi musuhnya banyak. Ada Jokowi, Prabowo, dan Moeldoko," ujar Ginting dalam wawancara di kanal YouTube Hersubeno Point FNN, dikutip pada Kamis (7/9/23).
Ginting juga mengingatkan bahwa pada pemilihan presiden sebelumnya, Partai Demokrat memberikan dukungan yang setengah hati, yang berujung pada ketidakpuasan Prabowo Subianto di 2014 dan 2019.
"Katakanlah Prabowo mempersilakan mungkin untuk menambah suara, tapi menurut saya kita ingat dalam Pemilu 2014 dan 2019 ada luka hati Prabowo ketika Demokrat setengah hati mendukung Prabowo di 2014 padahal ada besannya (Hatta Rajasa) tapi tidak didukung, begitu juga di 2019 ketika di akhir berharap Prabowo berpasangan dengan AHY tapi munculnya dengan Sandi," tambahnya.
Hal yang sama juga berlaku untuk hubungan Demokrat dengan PDIP. Demokrat, yang menuntut kesetaraan dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), kemudian keluar dari koalisi tersebut. Namun, Ginting berpendapat bahwa Demokrat akan kesulitan mencari kesetaraan di kubu Ganjar Pranowo, yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri.
Baca Juga: Tokoh Masyarakat Ingin Anies Terus Jadi Pemimpin Perubahan untuk Indonesia
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Menurut Ginting, tidak mungkin ada kesetaraan dalam politik karena semuanya tergantung pada pengorbanan dan usaha yang dilakukan."
Keputusan Demokrat untuk mencabut dukungan terhadap Anies Baswedan dan meninggalkan KPP diumumkan dalam Rapat Majelis Tinggi Partai Demokrat.
"Partai Demokrat mencabut dukungan kepada Anies Baswedan sebagai calon presiden dalam Pilpres 2024," kata Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng pada Jumat (1/9/2023).
Baca Juga: Meski Tak Ikut Kontestasi Pilgub, Pengamat Prediksi Karier Anies Tak Meredup!
Demokrat juga menyatakan bahwa mereka tidak akan mengharuskan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk menjadi Cawapres di koalisi lainnya.
"Saya rasa kita menyerahkan itu (AHY sebagai Cawapres) kepada partai-partai politik yang bersedia bekerja sama dengan kita," kata Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman.
Editor : Pahlevi