Optika.id - Sebelum Pemilu Presiden 2024, hasil survei menunjukkan kemungkinan persaingan untuk kursi RI-1 bisa selesai dalam satu putaran, dengan potensi kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Willy Aditya, Ketua DPP Nasdem dan Tim Sukses Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, mengkritik hasil survei tersebut, menyatakan bahwa survei sekarang lebih merupakan gambaran situasi daripada prediksi yang pasti. "Bagi orang yang memiliki moral dan etik, tanggung jawab mereka kepada publik dan media, mereka mengatakan ini bukan prediksi tapi potret," kata Willy dalam Indonesia Lawyers Club pada Minggu malam, (19/11/2023).
Baca Juga: Lanjutkan Kampanye Hari ke-9, Anies Canangkan Pasar AMIN di Bengkulu
Dia menyoroti bahwa hasil survei saat ini tampaknya lebih sebagai serangkaian propaganda. "Hingga kita tidak tahu ini ular atau belut, atau apa makhluk yang terjadi ini," ujarnya sebagai Anggota DPR RI.
Willy menekankan bahwa masalah survei harus diperhatikan, menyatakan bahwa kita tidak boleh berlebihan menyikapi hasil survei. "Jadi, toh kalau harus bertaubat pada proses ini. Ini yang harus kita letakkan," jelasnya.
Selanjutnya, Willy terkait dengan inisiasi revisi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik di DPR saat ini. "Karena konteks seperti ini kemudian dia bisa membuat cacing jadi naga, naga jadi cacing! Yang hitam bisa jadi putih, yang putih bisa jadi hitam. Hajab si rajab bin mustajab," ujarnya.
Willy menggarisbawahi bahwa nalar akan hilang jika dalam nalar akademik dan ilmiah itu tidak memiliki stand point yang clear. Dia mengungkapkan bahwa konteks harus dibenarkan karena memiliki nalar ilmiah dengan pendekatan saintifik yang jelas.
Baca Juga: Unik, Pedagang Tissue Ini Sosialisasikan Cara Mencoblos Anies Baswedan
"Tapi, tidak bagian kemudian. Eh bos, eh bro, eh mas kalau njenengan itu posisinya poster ya poster, kalau njenengan konsultan ya silakan," tambahnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Willy juga mempertanyakan lembaga survei yang, menurutnya, dalam praktiknya mengayunkan isu, seperti isu masa jabatan Presiden tiga periode yang sebelumnya muncul. "Tiga periode kejedot mentok, abis itu Prabowo-Jokowi mentok kejedot. Sekarang satu putaran. Nauzubillahi minzalik," katanya.
Dia menyebut bahwa pasangan Anies-Muhaimin atau Amin, nomor urut satu dalam pencalonan capres dan cawapres, seharusnya menjadi pembicaraan tentang satu putaran. Namun, dia mengakui bahwa pihaknya tidak berupaya untuk mewujudkan hal tersebut.
Baca Juga: Anies Lirik Ignasius Jonan, Jubir Timnas AMIN: Itu Punya Rekam Jejak Bagus!
"Ini kan kami tidak dalam kerangka itu. Kenapa? Satu kita lihat kalau kita verifikasi secara detail hasil-hasil survei yang beredar ini," ungkap Willy.
Selain itu, Willy menyebut hasil riset lembaga survei Utting Research yang berbasis di Australia yang menunjukkan bahwa 81 persen rakyat menginginkan perubahan. "Kalau referensinya Utting dari Australia itu 81 persen rakyat menginginkan perubahan," ucap Willy.
Menurutnya, survei tersebut menunjukkan bahwa 80 persen khususnya dari generasi milenial dan gen Z merasa gelisah karena masalah lapangan pekerjaan yang sangat mendesak.
Editor : Pahlevi