Maju Ketum PBNU, Siapakah Sosok KH Dr As'ad Said Ali?

Reporter : Seno
Dr KH Asad Said Ali (kanan) didampingi Ketua PWNU Aceh Teungku Faisal Ali saat menyampaikan kesediaan dicalonkan sebagai Ketua Umum PBNU di Institut KH Abdul Chalim, Pacet, Senin (13/11/2021). (Istimewa)

Optika.id - KH Dr Asad Said Ali, tokoh Nasional Nahdlatul Ulama memberikan statement, bersedia dicalonkan sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) pada Muktamar ke-34 NU di Lampung, 23 25 Desember 2021.

Seperti dikutip dari bangsaonline, Senin (13/12/2021) malam, di Guest House Institut KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur, statement itu disampaikan. Menyusul desakan para kiai dan pengurus NU dari berbagai daerah yang meminta kepastian, Kiai Asad Said Ali bersedia dicalonkan sebagai Ketum PBNU.

Baca juga: Massa Demonstrasi, PBNU Temui Jokowi Singgung Perkara Tambang

Saat menyampaikan pernyatan itu Kiai Asad Ali didampingi Ketua PWNU Aceh, Teungku Faisal Ali.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Malam ini saya bersama saudara saya, Pak Abu Faisal dari Aceh (Teungku Faisal Ali, Ketua PWNU Aceh, red) yang datang ke sini untuk menanyakan kepada saya, apakah saya siap dicalonkan sebagai salah satu ketua umum PBNU. Saya mengatakan kepada beliau (Teungku Faisal Ali), bahwa atas keinginan para kiai, misalnya Kiai Asep Saifuddin, Kiai Malik Madani, dan kiai-kiai lain, saya tawaddlu kepada kiai-kiai itu, saya akan ikut serta di dalam proses pemilihan ketua umum PBNU. Wassalamuaalaikum warahmatullahi wabarakatuh, tegas Kiai Asad Said Ali.

Pernyataan Kiai Asad Ali ini membuat lega para kiai yang selama ini menginginkan calon alternatif Ketua Umum PBNU. Selain KH Said Aqil Siraj dan KH Yahya Cholil Staquf. Bahkan dukungan terus mengalir kepada Kiai Asad Ali lantaran menemukan sosok yang tepat dan sejuk di tengah gegap gempita kontroversi kandidat yang lain.

Sementara itu, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, menyatakan, Kiai Asad Ali bersedia dicalonkan menjadi Ketua Umum PBNU asal dibantu Kiai Asep. Kiai Asep mengaku siap membantu Kiai Asad Ali.

Bahkan kiai miliarder ini juga siap membiayai PBNU jika Kiai Asad Ali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU. Saya tak ingin jadi Ketua Umum PBNU, tapi saya ingin bermanfaat bagi NU, tegas putra KH Abdul Chalim Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat yang juga pendiri NU.

Saya sudah menemui Kiai Asad Ali. Saya tanya apakah bersedia jadi Calon Ketua Umum PBNU. Kiai Asad Ali menjawab bersedia, asal dibantu Kiai Asep, kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada wartawan. Kiai Asep mengaku siap membantu Kiai Asad Ali, jika bantuan dirinya menjadi syarat.

Catat kata-kata saya. Saya siap berkorban harta untuk NU, seperti selama ini saya berkorban untuk Pergunu. Saya telah mendirikan 514 Cabang, PW Pegunu dan 10.000 ranting dari 17 ribu ranting. Sekali lagi, saya siap membiayai NU. Saya tak akan mengingkari kata-kata saya. Saya punya orang yang secara khusus melayani tiket. Namanya Pak Dofir. Tinggal telpon Pak Dofir aja kalau pengurus PBNU perlu tiket. Selama ini pengurus Pergunu juga begitu. Tinggal tinggal telepon Pak Dofir. Dalam satu bulan saya biayai tiket kadang sampai Rp 300 juta, tandasnya, Minggu (12/12/2021).

Kiai Asep dikenal luas sebagai ulama gemar sedekah. Bahkan semua tamu yang datang ke Amanatul Ummah diberi sarung dan uang. Tiap hari Kiai Asep menghabiskan uang ratusan juta. Pada Ramadan lalu Kiai Asep mengeluarkan sedekah dan zakat Rp 8 miliar, dibagikan kepada masyarakat secara terbuka. "Pak Yai itu gatel tangannya, kalau gak memberi uang," kata istrinya, Nyai Hj Ali Fadlilah.

Kiai Asep mengaku tak takut kehabisan uang. "Penghasilan saya bersama istri tiap bulan Rp 9 miliar. Istri saya saja tiap bulan penghasilannya Rp 2 miliar," tegas ketua umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pegunu) itu.

Kiai Asep juga tak mau disumbang, termasuk oleh Pemerintah. Pak Jokowi dan Bu Khofifah pernah nawari sumbangan untuk pondok saya tapi saya secara halus menolak. Saat itu saya ketemu Pak Jokowi. Pak Jokowi ditemani Pak Pratikno. Lalu Pak Pratikno nawari saya untuk membangun asrama di pondok saya. Saya jawab, terima kasih. Saya lebih baik mandiri Pak Presiden," kata Kiai Asep sembari mengatakan tidak adil jika dirinya menerima sumbangan dari pemerintah, sementara banyak pesantren kecil tak mendapat sumbangan.

"Kalau saya menerima sumbangan Pak Jokowi, paling cuma Rp 200 miliar. Saya lebih suka minta barokahnya saja. Buktinya, sekarang saya bisa terus membangun. Saya sekarang harus memulai membangun International University yang akan memberikan beasiswa kepada semua negara, terutama negara-negara yang berpenduduk muslim. Masak kita kalah dengan Mesir, Maroko dan Yaman. Padahal secara ekonomi Mesir dan Yaman itu lebih miskin dari kita. Tapi mereka punya perguruan tinggi yang memberikan beasiswa kepada negara lain, akhirnya terkenal," katanya.

Kiai Asep yang kini memiliki 12.000 santri sembari mengatakan, untuk rintisan perguruan tinggi bertaraf internasional harus ada yang berani memulai agar Indonesia menjadi kiblat Pendidikan dunia. Menurut Kiai Asep, lahan untuk International University itu sudah siap. Sepanjang 2 kilometer. "Nanti nyambung dari pondok atas (Amanatul Ummah) ke Institut KH Abdul Chalim, tegas Kiai Asep yang kini punya tanah 100 hektar.

Dia mengaku dirinya konglomerat kecil. Tapi soal kepedulian sosial nomor satu. Kalau dibanding dengan para konglomerat nasional, mungkin saya nomor 1 juta atau buncit. Tapi saya akan terus mengajak semua aghniya, para orang kaya untuk berbagi. Bersodaqoh. Kalau para konglomerat mau peduli, Indonesia ini selesai. Kemiskinan teratasi," tutupnya.

Grassroot NU Dukung KH As'ad Said Ali

Selain itu, dukungan dari Nahdliyin grassroot (akar rumput) di sejumlah daerah agar KH As'ad Said Ali maju sebagai ketua umum dalam Muktamar ke-34 NU terus mengalir. Salah satunya datang dari Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kabupaten Barru Sulawesi Selatan, Irham Djalil.

Irham Djalil mengatakan konsep kemandirian Kiai Asad patut diperhitungkan. Dia berharap, Kiai Asad bisa membuat NU menjadi organisasi yang benar-benar mandiri dan maju.

"Konsep yang diusung Kiai Asad konsep kemandirian NU. Sesungguhnya itu yang dicari-cari warga Nahdliyin sekarang ini, baik di NU kultural maupun NU struktural. Kita ini berharap sebenarnya ada kemandirian NU," ujar Irham dalam keterangannya, Rabu (15/12/2021).

Dia yakin Kiai Asad akan membuat organisasi NU menjadi lebih baik lagi ke depannya. Dengan konsep kemandirian yang diusung Kiai Asad, kata dia, warga nahdliyin tidak perlu lagi untuk meminta bantuan dana kepada pihak-pihak lain.

"Jadi kalau ke mana-mana gak perlu tenteng proposal minta-minta. Itu adalah bagian dari kemandirian. NU ini tidak perlu ada kekuatan luar yang bisa mempengaruhi NU. Saya lihat ini kalau Kiai Asad usungannya seperti itu ya ini sangat luar biasa. Dan ini saya kira harus diapresiasi warga NU maupun NU struktural," imbuhnya.

Baca juga: Makin Kuat, PBNU Desak PKB Tentang Peran Ulama di Partai

Irham memang menyayangkan nama Kiai Asad Said Ali yang baru diusung bekalangan ini untuk maju sebagai calon alternatif Ketum PBNU.

Kendati demikian, lanjutnya, tidak ada kata terlambat demi kemandirian NU di masa mendatang.

"Tapi, meskipun agak terlambat startnya, kalau Nahdliyin ini, khususnya struktural ini mau menggunakan nurani, tidak ada kata terlambat. Karena ini kan belum juga Muktamar," kata Irham.

Dia mengatakan, sudah menjadi rahasia umum bahwa sekarang ini ada dua kubu yang akan maju pada Muktamar ke-34 di Lampung, yaitu kubu KH Said Aqil Siraj dan KH Yahya Cholil Staquf. Karena itu, dia khawatir pada Muktamar nanti akan terjadi kekacauan.

Jika terjadi kekacauan, lanjutnya, maka Kiai Asad bisa menjadi alternatif untuk memimpin NU ke depan. "NU ini organisasi besar yang sudah bertahun-tahunmengkader. Kalau buntu kiri dan buntu kanan, harus ada alternatif dan alternatif itu bukan ban serep," jelas Irham.

Dia pun mengaku senang jika banyak kader NU yang akan maju sebagai calon Ketum PBNU pada Muktamar tahun ini. Menurutnya, hal itu akan menunjukkan bahwa NU tidak pernah kekurangan kader pemimpin.

"Saya senang kalau misalnya banyak kader-kader NU yang tampil bersiap-siap untuk memegang estafet kepemimpinan. Itu berarti kalau NU itu tidak kekurangan kader. Oleh karena itu, tidak ada kata tadah cari kiri-kanan, harus sudah siap dari awal. Saya kira Kiai Asad ini yang bisa menangkap peluang ini," tukasnya.

Momentum Muktamar Bukan Agenda Perebutan Kekuasaan

Sementara, Mantan Asisten Pribadi Ketua PBNU, Kiai Hasyim Muzadi, Fairouz Huda mengatakan, momentum Muktamar NU ke-34, nanti bukanlah agenda pertahankan atau merebut kekuasaan di NU untuk masa periode ke depan. Tapi momentum merumuskan skema perjuangan NU, dan menyiapkan kepemimpinan sejarah yang tepat untuk melaksanakan amanah perjuangan.

Fairouz mengaku prihatin dengan situasi jelang muktamar NU ke-34 saat ini. Menurutnya para elit NU menunjukkan tingkah akrobatik perebutan pemilik suara yang sangat mencolok. Bahkan dianggap tidak beradab. Padahal adab merupakan pegangan utama di tubuh NU.

"Memilih pemimpin, harus didasari atas hasil riyadloh para Kyai. Dan dilengkapi dengan kriteria kepemimpinan, berbasis pada sebuah gagasan, yang menjangkau masa depan. Bukan grudak gruduk dengan tekanan politik, lebih-lebih naudzubillah dengan transaksi suara melalui materi," ujar Fairouz, Sabtu (11/12/2021).

Baca juga: Cak Imin Tolak Panggilan PBNU Soal Mandat Benahi PKB!

Fairouz menyebut akar rumput NU sempat bersyukur saat mendengar pernyataan Mantan Katib Am PBNU, Kiai Malik Madani dan Ketua Umum PP PERGUNU Kiai Asep Saifuddin Chalim bahwa Kiai Asad Said Ali ikut menjadi kandidat Ketua Umum PBNU.

Sosoknya sebagai mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2010-2015. Lalu, pernah juga menjabat sebagai mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) era Presiden Abdurahman Wahid alias Gus Dur dinilai cukup kompeten.

"Jika Kiai Asad bersedia, sungguh ini akan menjadi oase di tengah dinamika ambisius dari ke dua kelompok kandidat lain yang penuh dengan drama akrobatik menjelang pelaksanaan Muktamar, apalagi pada saat hari pelaksanaannya nanti," ujar Fairouz.

Menurutnya, sosok Kiai Asad sangat konsisten dalam merintis tradisi kaderisasi NU meski saat ini tidak ada dalam struktur. Pengalaman dia saat mendampingi Kiai Hasyim Muzadi, seringkali sang miao memberikan cerita positif sosok Kiai Asad.

"Siapa yang tidak tahu tentang keikhlasan Kiai Asad Said Ali dalam merintis tradisi kaderisasi di NU dengan PKPNU-nya. Bahkan meskipun beliau tidak ada dalam struktur, tetap konsisten mengawal proses ibadah kaderisasi yang dilakukan se Indonesia ini. Semisal, bagaimana Abah (Kiai Hasyim Muzadi) bercerita tentang perjuangan membangun Gedung PBNU, dimana Kiai Asad mengambil peran penting dalam pelaksanaannya. Begitu pun dengan program merintis media berbasis digital seperti NU online," kata Fairouz.

Fairouz pun bercerita pada Jumat (10/12/2021), dia berkomunikasi dengan salah satu kiai panutan di Jatim. Dia meminta arahan terkait munculnya nama Kiai Asad dalam bursa calon ketua umum PBNU. Setelah berpikir panjang dan melalui berbagai pertimbangan. Sosok Kiai panutan itu langsung memberikan restu dan dukungannya kepada Kiai Asad Ali.

Keikhlasan berjuang di NU menjadi ukuran fundamental dalam menentukan kepemimpinan ormas terbesar se-dunia ini. Bukan ukuran materialistik, dan irisan politik. Guru saya tidak langsung memberi jawaban. Butuh satu hari satu malam untuk mendapatkan arahan beliau. Dan Alhamdulillah siang ini beliau memberi jawaban dengan merestui saya untuk terlibat mengawal Kiai Asad dalam proses bermuktamar nanti, pungkasnya.

Reporter: Amrizal

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru