Buat Mbak Puan...

Reporter : optikaid
Buat Mbak Puan

[caption id="attachment_19035" align="aligncenter" width="150"] Ruby Kay[/caption]

Optika.id - Etika sosial dan berpolitik mbak Puan mesti dibenahi. Jabatan anda gak main-main, ketua DPR RI. Masak prilakunya kayak emak-emak ordinary?

Baca juga: Puan Sampaikan Terimakasih pada Mahasiswa Usai Revisi UU Pilkada Batal!

Jika mbak Puan cuma rakyat jelata, selfi lah sesuka hati. Hang out dengan kolega, silahkan jeprat-jepret dalam berbagai posisi. Bibir mau dimonyongin, l don't care. Makan di restoran elit monggo divideoin. Yang begitu itu lumrah jika dilakukan rakjel, tapi menjadi aneh jika diterapkan oleh pejabat publik.

Berbicara etika, tirulah kelakuan anak-anak pak Harto. Jaman orde baru belum ada medsos, tapi mass media sekaliber Tempo dan Kompas pun gak terlalu tahu kehidupan pribadi para pangeran dan putri cendana. Tommy, Sigit, Bambang dan mbak Tutut selalu tersenyum sumringah bila berpapasan dengan kamera wartawan.

Kita sebagai rakyat jelata hanya mendengar bisik-bisik tetangga, isu yang tak pernah bisa dibuktikan sampai sekarang. Tommy playboy yang suka memacari pramugari dan peragawati, Sigit suka berjudi ke Las Vegas, mbak Tutut punya belasan rumah mewah diluar negeri, tabungan Bambang di Swiss milyaran dollar. Walau diserang dengan isu seperti itu, pangeran dan putri cendana tetap tersenyum, sama sekali gak memperlihatkan kepanikan.

Baca juga: Puan Maharani Setelah di IKN: Rumah Oke, Tidur Nyenyak

Trah Cendana matang secara emosional. Sedangkan trah Teuku Umar kelakuannya seperti anak alay. Meeting internal dengan petugas partai (presiden RI) pun dijadikan konten. Phhfff....

Grow up mbak Puan. Kalau seperti ini terus, trah Soekarno suatu saat bisa dikudeta. Sadarlah bahwa musuh dalam selimut itu jauh lebih berbahaya. Didepan anda mereka tersenyum, membungkuk. Tetapi dibelakang sedang mempersiapkan strategi untuk mempecundangi anda.

Politik itu kejam. Hari ini kawan besok bisa menjadi lawan. Walaupun anda sudah berjasa membesarkan nama seseorang, bisa berbalik menjadi bumerang. Gak ada balas budi dalam politik, kucing kurap yang diambil dari gorong-gorong suatu saat bisa balik menggigit.

Baca juga: Bicara Tentang Pemilu di Pidato Kebangsaan MPR, Puan: Yang Berhasil Indah, Yang Gagal Sulit Makan!

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru