Optika.id - Pengamat Politik dan juga akademisi, Rocky Gerung, mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan sengaja menggunakan seniman Butet Kartaredjasa karena kehabisan cara untuk menghalangi Anies Baswedan.
Baca juga: Pertemuan Tertutup Jokowi dan Prabowo: Momen Penting di Solo
Diketahui, Butet menyampaikan monolog dalam acara peringatan Bulan Bung Karno yang diselenggarakan oleh PDIP pada Sabtu, (24/6/2023).
"Di sini semangat meneruskan, di sana ingin perubahan. Begitulah sebuah persaingan. Di sini disebut banjir, di sana disebut air yang parkir. Ya, begitulah jika pikirannya kacau," katanya.
Pepes ikan dengan sambal terong, semakin nikmat ditambah dengan daging empal. Orangnya diperhatikan KPK karena mencuri, eh kok, teriak-teriak ingin dihentikan.
Jagoan Pak Jokowi rambutnya sudah putih, gigih bekerja sampai terbalik. Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih jika nanti ada presiden yang hobi menculik.
Cucu komodo yang keriput menjadi kadal, tidak enak dimasak gulai meskipun menggunakan santan. Jika pemimpin hanya berorientasi pada transaksi, itu pasti bukan teladan seorang negarawan.
Baca juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
Monolog tersebut diduga ditujukan untuk menyindir bakal calon presiden yang bukan berasal dari PDIP, termasuk Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Menanggapi monolog tersebut, Rocky mengatakan bahwa hal itu merupakan pesanan yang merendahkan pihak lain.
"Bahkan budayawan atau seniman diarahkan untuk memuja Jokowi. Orang juga mengkritik hal tersebut, bahwa puisi harus dipesan supaya memuji Jokowi atau merendahkan orang lain," kata Rocky dalam saluran YouTube pribadinya, dikutip pada Minggu (2/7/2023).
Baca juga: Dosa-dosa Jokowi
Lebih lanjut, karena perilaku Presiden Jokowi tersebut, Rocky juga menyoroti penurunan kualitas kehidupan budaya bangsa.
"Bayangkan, seharusnya budayawan atau seniman menjadi pengarah dalam aspek kultural dan artistik bangsa ini, tapi justru menjadi buzzer. Buzzer-buzzer inpres, termasuk budayawan-budayawan inpres," ujarnya.
Editor : Pahlevi