Perlunya Gaya Selingkung Penerbit dalam Perspektif Kerjasama

Reporter : Seno

Oleh: Dr. Zalzulifa, M.Pd (Kepala Bidang Kerjasama APPTI Pusat)

Baca juga: Diskusi APPTI, Para Pakar Soroti “Masa Depan Profesi Editor dan Penerbitan di Indonesia”

Optika.id - Penulis hadir mewakili Ketua Terpilih APPTI (2023-2027) Bapak Dr. Purnomo Ananto, M.M dalam forum diskusipenerbitan antar negara (Malaysia, China, Korea, Jerman) di area IIBF-ICE BSD (27 September 2023). Banyak hal yang didiskusikan meliputikerjasama pembelian dan pengalihan hak cipta, penerbitan dan penjualan buku edisi cetak dan digital, serta kerjasama alih bahasa atau penerjamahan.

Dari forum diskusi  yang berjalan santai, selaku Ketua BidangKerjasama di Kepengurusan Afiliasi Penerbit PerguruanTinggi (APPTI) Pusat, penulis ingat ketika dalam forum rapat koordinasi di Botani Square Bogor oleh tuan rumahIPB Press, 2017 menyampaikan perlunya APPTI mendorong terbentuknya organ setingkat wilayah selainberbasis geografi di 34 propinsi juga dimungkinkannya terbentuk organ dengan basis karakteristik teologi dan sosiologi sebagai penentu kebijakan gaya selingkung penerbit perguruan tinggi. Pada saat itu mucullan istilah APPTIMU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah, APPTINU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Nahdathul Ulama, APPTIKI wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Kristen, dan APTIBU wadah organ di lingkungan Perguruan Tinggi Budha.

Gagasan ini muncul dari pemahaman dan pengalaman empirik penulis selaku mantan Wadir Bidang Kerjasama Polimedia yang merasakan betapa kerja-kerja kolaborasiakan menghadapi kendala baik dari aspek biaya maupun luas dan banyaknya target layanan APPTI mencapai 3000-an PTN/PTS yang ada di Indonesia.

Wacana inipunbergulir terus termasuk kemungkinan dilakukanpenambahan klausul di AD/ART sebagai solusi peranfasilitator, motivator dan inovator APPTI mewadahi berkembangnya unit penerbitan di setiap perguruan tinggimenuju kemandirian akademis dalam memasuki era koopetisi secara global.

Untuk mampu menjadi bagian dari pergaulan masyarakat global maka perlu dipahami bahwa dunia penerbitan harus mampu beradaptasi dengan tuntutan kolaborasi yang bersifat koopetisi alih-alih kompetisi dalam dunia kreatifitas.

Bahkan era pergaulan dunia tanpa batas saat ini menuntut perubahan perilaku individu manusia yang pada awalnya mengandalkan kekuatan modal atau Economical Based  Capital menjadi kekuatan pengetahuan atau knowledge Based Capital. Apalagi dunia penerbitan dapat dikatakansebagai orkestranya tujuh belas (17) sub sektor industry kreatif dimana majunya dunia penerbitansekaligus juga akan berdampak terhadap kemajuan industri kreatif lainnya, seperti:  periklanan, arsitektur, seni, kerajinan. desain, fashion, film, musik, seni pertunjukkan, penerbitan, Penelitian dan Pengembangan (R&D), perangkat lunak, mainan dan permainan, Televisi dan Radio, dan Permainan Video.

Kepentingan APPTI dalam hal ini adalah Upaya menyamakan persepsi sehingga setiap perguruan tinggi mampu melakukan peran aktif dalam upaya peningkatan mutu buku ajar maupun buku referensiantar dan lintas Perguruan Tinggi baik negeri maupunswasta di Indonesia.

Membaca Potensi Kolaborasi Unit Penerbitan PerguruanTinggi
Sejarah telah mencatat bahwa Bidang Kerjasama Appti melalui kegiatan semiloka berhasil mendorong lahirnya Afiliasi Penerbit Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiah (APPTIMA) yang berlangsungdi Alium Hotel Tangerang dari tanggal 15-17 November 2019. Salah satu hasil kegiatan semiloka adalah tersusunnya draf naskah Gaya Selingkung atau Pedoman Penerbitan yang dapat diterap sesuaikan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah se-Indonesia.

Pedoman penerbitan ini meliputitiga jenis produk terbitan, yaitu: Pedoman Penerbitan Buku, Pedoman Penerbitan Jurnal, dan Pedoman Penerbitan Majalah Kampus.  Dalam pelaksanaannya, masing-masing perguruan tinggi tentunya dapatmengembangkan aspek teknis menyesuaikan kondisi lapangan dan ketersediaan alat maupun saranapendukung kegiatan penerbitan.

Inisiatif komunitas penerbit perguruan tinggi yang bernaung dibawahkoordinasi organisasi Muhammadiyah sudah menyusunpedoman penerbitan yang dapat dijadikan gaya selingkung di internal 187 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyah se-Indonesia. Selaku ketua Bidang Kerjasama Appti Pusat tentunya kami menyambut gembira inisiatif ini sebagai bentuk nyata semakin tumbuh dan berkembangnya budaya literasi di Indonesia.

Adalah tidak dipungkiri dalam halmembangun budaya literasi tentunya peran Pendidikan Tinggi  sangat diharapkan. Berharap Appti sebagai wadah koordinasi unit kegiatan penerbitan di semua perguruan tunggi akan senantiasa mendorongtumbuhnya dan berkembang kegiatan penerbitan di semua kampus baik negeri maupun swasta.

Selaku personal yang menakodai bidang kerjasamaAPPTI, penulis melihat tingginya potensi sinergi antardunia pendidikan dalam perspektif kerjasama kolaborasibersifat koopetisi alih-alih kompetisi di lingkungan Perguruan Tinggi. Publik tahu bahwa Perguruan Tinggi merupakan salah satu di bidang pendidikan selain pendidikan tingkat dasar dan menengah oleh Persyarikatan Muhammadiyah.

Dalam hal ini, Suara Muhammadiyah, edisi 2023 mendata sebaran dan jumlah 162 dengan klasifikasi 154 Pergurun Tinggi Muhamamdiyah (PTM) dan 8 Perguruan Tinggi Aisyiah Perguruan Tinggi Aisyiyah (PTMA), diantaranya berbentuk 6 Akademi, 5 Politeknik, 9 Institut, 83 Sekolah Tinggi, dan 59 Universitas. Memperhatikan begitu besarnya potensiamal usaha pendidikan tinggi muhammadiyah maka selayaknya gerakan pencerahan menuju Indonesia berkemajuan (amanat Muktamar ke 47 di Makassar) juga menjadi acuan membangun pendidikan tinggi melalui keberadaan lembaga penerbit di internal masing-masing pendidikan tinggi.

Keberadaan unit penerbitan tidak lagi menjadi domain usaha berbasis modal atau kapital, akantetapi apa yang disebut oleh Jhon Howkin, 2009 sebagai Intelectual Based Capital. Ini artinya membangun Penerbit Perguruan Tinggi tidak lagi orientasi mesin cetaksebagaimana kesan yang ada pada University Pressselama ini.

Untuk memberikan pemahaman secara komprehensif tentang peluang membangun unit penerbitan di lingkungan pendidikan tinggi maka berharap adanya pengaruh meningkatknya akreditasi kelembagaan sejalan denganpeningkatan kompetensi dan eksistensi dosen maupun Perguruan Tinggi Melalui keberadaan Penerbit Pendidikan Tinggi (University Publishing).

Pergerakan unit penerbitandi lingkungan PTMA misalnya tidak terlepas dari kepercayaan APPTI yang menetapkan Universitas Muhammadiyah Tangerang (UMT) sebagai tuan rumahRakerwil APPTI Jabodetabek 10 Desember 2016. Rapatkerja ini pun terlaksana sebagai tindak lanjut MusyawarahKerja Nasional APPTI yang dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta selama 2 hari, Jumat-Sabtu tanggal 15-16 April 2016, dimana momen tersebut juga telah berlangsung audiensi pengurus APPTI dengan Majelis Dikti Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah Yoya.

Setidaknya kepercayaan sebagai tuan rumah tersebut menjadi salah satu pemicusemangat untuk lebih giat  lagi membangun optimalisasi peran unit penerbitan di masing-masing perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan semakin berkembangnyaperbukuan Nasional dan merupakan syarat nilai terhadap sertifikasi dosen maupun tenaga kependidikan di lingkungan Perguruan Tinggi.

Untuk itu, keberadaan PTMA sebagai anggota APPTI adalah bagian dari implementasiUndang-undang Sistem Perbukuan Nasional 2017. Dengan adanya Unit Penerbitan Perguruan Tinggi makakarya-karya ilmiah para pendidik di universitas semakin diakui dan Perguruan Tinggi semakin di kenal secara akademis. Terkenalnya perguruan tinggi tidak hanya namabesar dan gedung bertingkat, namun mampu melahirkankarya-karya akademis dan tenaga pendidik professional yang mampu dilihat sebagai bukti nyata khususnya bukuyang dihasilkan dari perguruan tinggi tersebut.

Semiloka pendidikan tinggi yang dilaksanakan pada Jumat, Sabtu, Minggu (20 s/d 22 Oktober 2017) di Hotel Atria Residence, CBD Gading Serpong mampumelahirkan kesadran kolektif unsur Pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah terhadap pentingnya Pembentukan dan Pengembangan Penerbit Pendidikan Tinggi di lingkungan Perguruan Muhamamdiyah se-Indonesia.

Pemahaman kolegial unsur pimpinan perguruan tinggi adalah bagian dari sukses sebaran undangan semiloka oleh Ketua Majelis Dikti Litbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah No. 734/I.3/D/2017  dengan jumlah peserta semiloka yang hadir 21 orang berasal dari 20 Perguruan Tinggi yang mewakili Perguruan Tinggi Muhammadiyah Se-Indonesia.  

Dari rangkaian kegiatan semiloka diatas, setidaknyaada enam (6) rangkuman hasil berupa rekomendasiPembinaan Penerbit Perguruan Tinggi MuhammadiyahAisyiah, yaitu:

1. Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Majelis Pendidikan Tinggi mendorong lembaga-lembaga penerbitan perguruan tinggi khususnya di bawah persyarikatan Muhammadiyah untuk diberi perhatian serius dan dikembangkan. Keberadaan lembaga penerbitan di perguruan tinggi yang sangat membantu dosen untuk menulis bahkan berperan strategis meningkatkan kompetensi dosen dan mendukung kenaikan pangkat serta akreditasi institusi.

2. Ketua Asosiasi Penerbitan Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI), Dr Richardi Adnan mengatakan produksi pengetahuan dari publikasi perguruan tinggi besar di dunia menganggap publikasi adalah bagian terpenting untuk kenaikan kepangkatan. Untuk itu, APPTI siap memfasilitasi perguruan tinggi untuk memiliki penerbit khususnya PT Muhammadiyah yang memiliki potensi besar.

3. Rektor Universitas Muhammadiyah Tangerang diwakili Wakil Rektor III Dr. Desri Arwen, MPd pada sesi akhir acara dilakukan penandatangan MoU antara UM Tangerang dengan APPTI disaksikan Prof Dr Edy Suandi Hamid serta perwakilan PTM se-Indonesia.

4. Ketua Umum Asosiasi Penulis Profesional Indonesia, Bambang Trim mengatakan, buku pendidikan yang diterbitkan oleh perguruan tinggi harus memenuhi syarat isi sesuai dengan Pasal 42 Undang-Undang No 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan Nasional.

5. Ketua Kwarwil APPTI Jabodetabek, Dr Purnomo Ananto menambahkan, penerbit perguruan tinggi merupakan garis depan dari perguruan tinggi dalam mentransfer informasi ke masyarakat melalui berbagai terbitannya. Namun, saat ini banyak penerbit perguruan tinggi yang belum berkembang dengan optimal karena tidak memiliki kapabilitas dan pengalaman penerbitan yang memadai. Salah satunya karena keterbatasan SDM dalam mengelola penerbitan.

6. Dr Ir Elang Ilik Martawijaya Selaku Wakil Ketua APPTI Pusat Menyaksikan pada sesi terakhir yang diisi dengan musyawarah pembentukan Asosiasi Penerbitan Pergu­ruan Tinggi Indonesia-Muhammadiyah dan Aisyiyah (APPTIMA). BerikutJajaran Pengurus yang dipilih, Dr Zalzulifa, M.Pd dipercaya sebagai Ketua I, dibantu, Dr Sriyanto, M.Pd, (Ketua II). Sekretaris Mulyono, SE, Bendahara, Joko Supriyanto, SSn, dan Humas Ikhamiyati.

Adapun peserta yang ikut dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU Press), UM Sumatera Barat, UM Gorontalo, SETIA Muh Selong Lombok Timur, STIKES Muhammadiyah Kudus, STIKES Muhammadiyah Lamongan, STIH Muh Kotabumi Lampung, UM Tasikmalaya, UMS Surabaya, STIE Palopo, UNISA Yogyakarta, UM Yogyakarta, UMS Solo, UM Sorong,  STIKES Muh Pekalongan, STIE Muh Palopo, STIKES Muh Manado. Forum nantinya menjadi wadah dimana penerbitan perguruan tinggi Muhammadiyah bisa saling sharing tentang cara membentuk penerbitan perguruan tinggi dan menjual produk dalam satu tempat bersama melalui online.

Sesuai catatan hasil semiloka diatas maka dengan ini penulis sampaikan beberapa catatan tindak lanjut, yaitu: (1) Agenda semiloka yang pada awalnyaakan membentuk Forum Penerbit Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FPPTM) se-Indonesia disepakati dalam rapat tim perumus dengan nama Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiah(APPTIMA); (2) Pengurus yang terpilih segera melakukan kordinasi dengan Pimpinan Majelis DiktiLitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah terkait arahan penerbitan Surat Keputusan Pengangkatan Pengurus APPTIMA Periode 2018-2022; (3) Berdasarkan Surat Keputusan tersebut maka Pengurus APPTIMA terpilihdapat menyusun gambaran awal Rencana Strategi sebagai bahan presentasi rapat kerja perdana yang disampaikan kepada Pimpinan Pusat Madikti PPM untuk dijadikan dasar kerja pengembangan Lembaga Penerbit Perguruan Tinggi Muhamamdiyah Aisyiah Se-Indonesia; (3) Keberadaan APPTIMA dengan karya perdana Biografi dari target lima buku dapat menjadi alat picu dengan menjadikan lembaga penerbit sebagai bendera kibar (flagship) menuju akreditasipendidikan tinggi berkelas dunia.

Demikian sekelumit gambaran BIDANG KERJASAMA APPTI. Tentu saja karya buku biografi 25 Tokoh Pendidikan Muhammadiyah ini adalah hasil kerja-kerja kreatif kerjasama sinergi Program Studi Penerbitan Polimedia dengan empat (4) Program studiyang ada di Fakultas Parinkraf UMT (Pariwsiata/S1; Transportasi Udara/D4; Desain Komunikasi Visual/S1; Periklanan/D3) serta didukung oleh AsosiasiPenerbit Pendidikan Tinggi Indonesia (APPTI). Keberadaan APPTIMA yang awalnya disepakati dengan nama asosiasi dan karena mengikuti aturan main yang berlaku di Kemenkumham berubah dengan sebutan afiliasi.

Selaku Ketua Bidang Kerjasama APPTI yang lebih kepada pemahaman kebijakan sistem perbukuan nasional bersama tim telah pula menyiapkan kerja-kerja kolaborasi berupa pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-PENBI) dan bahkan sudah terbentuk Forum Pengembang Buku Elektronik (FPBEI).

Akhirnya, atas semua ini besar harapan penulis agar keberadaan APPTIMA dengan potensi anggota 162 PTMA bisa meginspirasi munculnya APPTINU 100 anggota, APPTIKI dengan 35 anggota, APPTIBU dengan 2 anggota. Masing-masing dapat memiliki keunikan gaya selingkung dan tentunya semua ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dan respon positif semua pihak khususnya para penggiat dunia literasi pendidikan tinggi yang pada akhirnya memajukan dunia penerbitan Indonesia secara menyeluruh.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru