Pariwisata Pulau Parang, Gugusan Kepulauan Karimunjawa Dapat Perhatian dari FIB Unair

Reporter : Danny

Surabaya (optika.id) - Pariwisata di pulau utama, Karimunjawa selama Juli sampai awal Agustus menunjukkan trend peningkatan. Hal itu ditunjukkan oleh jumlah frekuensi perjalanan transportasi laut seperti kapal Ferry setiap hari dan kapal cepat Express Bahari 2 kali sehari dari Jepara ke Karimunjawa. Kondisi itu menjadi indikasi bahwa pariwisata Bahari di Karimunjawa mengalami pemulihan berarti pasca covid-19.

Menurut La Ode Rabani, di tegah geliat pariwisata Karimunjawa, terdapat ruang baru dalam pengembangan pariwisata ke depan. Seperti kita ketahui bahwa Karimunjawa adalah Taman Nasional dan merupakan kawasan yang terdiri dari banyak pulau. Oleh karena itu pengembangan wisata tidakhanya berfokus pada pulau utama saja, tetapi juga harus menyasar pulau-pulau di sekitarnya. Demikian juga aspek wisata yang dikembangkan, tidak boleh hanya pariwisata baharinya saja, tetapi juga aspek pariwisata yang lain seperti, kebudayaan dan wisata yang berbasis sejarah, papar dosen Sejarah Universitas Airlangga ini di sela-sela kegiatan pengabdian masyarakat di Balai Desa Parang 5 Agustus 2024.

Baca juga: Dekan FIB Unair Serahkan Naskah Ensiklopedia Kearifan Lokal Surabaya pada Dispussip

Lebih lanjut, La Ode Rabani mengatakan bahwa sejarah kawasan kepulauan Karimunjawa sangat signifikan untuk digali dalam mendukung pengembangan pariwisata. Sebagai contoh jejak perang Dunia II, sejarah Belanda di Karimunjawa, dan peradaban pembuatan perahu dapat direkonstruksi untuk menambah aspek wisata di Karimunjawa. Penemuan keramik dalam bentuk mangkok dan piring, guci kuno, dan benda-benda lainnya di pulau Parang mengindikasikan bahwa Sejarah Kawasan Karimunjawa perlu perhatian lebih, tegas La Ode.

Menurut petinggi desa Parang, M. Zaenal Arifin, tinggalan keramik yang ada di Desa Parang diperkirakan berasal dari masa DInasti Tang yang berkuasa di Cina pada awal abad VII sampai awal abad X. Carik Desa Parang, Suyadi juga menguatkan pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa Sejarah desanya telah lama menjadi bagian dari jaringan lalulintas perdagangan internasional, sehingga keramik-keramik yang ada ditemukan di Pulau Parang adalah bukti Sejarah yang desa.

Untuk mendukung pengembangan aspek wisata berbasis sejarah, maka tim dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada Masyarakat dengan fokus pada pengembangan wisata berbasis Sejarah di Pulau dan Desa Parang, Kawasan Kepulauan Karimunjawa. Tim FIB Unair mendatangkan beberapa ahli sejarah seperti ahli museum; Edy Budi Santoso, ahli sejarah lokal; Muryadi, dan ahli sejarah maritim; La Ode Rabani.

Tim yang dikoordinir La Ode Rabani ini berfokus pada 3 halutama, yakni penguatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menyimpan dan memelihara benda-benda tinggalan bersejarah sebagai objek pemajuan kebudayaan, pelatihan menulis sejarah desa dalam konteks sejarah pulau Parang yang sejak lama telah menjadi bagian dari jaringan sejarah maritim dunia, dan publikasi potensi wisata Pulau Parang melalui media elektronik dan media sosial. Dengan tiga hal itu diharapkan Pulau Parang akan semakin dikenal dan akrab di telinga wisatawan, baik wisatawan Nusantara maupun mancanegara.

Sebagai pulau karang, temuan batu bata merah dengan ukuran lebih besar dari batu bata merah masa Kerajaan Majapahit ini telahmenjadi sejarah tersendiri dari Pulau Parang.  Semua tinggalan itu sejauh ini masih itu dalam tahap diduga objek pemajuan kebudayaan, karena belum ada penelitian serius dari warisan sejarah yang ada di Pulau Parang, tutup La Ode Rabani.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru