NDASMU…..

Reporter : Pahlevi


Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Saya sebagai orang kelahiran Surabaya tahun 1950-an sudah sangat familiar dengan kosa kata bahasa Jawa Suroboyo yang terkenal egaliter tapi bukan tergolong bahasa Jawa yang halus.

Baca juga: Para Pemimpin Eropa Panik

Di kehidupan kampung Surabaya saya sehari-hari mendengar dan bahkan mengucapkan kata-kata bahasa khas Surabaya itu; misalnya (mohon maaf): Jancuk, Jancuk Jaran, Ndasmu, Matamu, Raimu, Matek dsb dan kata-kata kasar yang menyebutkan nama-nama binatang seperti: Asu (anjing), Bedes (kera). Keluarga atau famili saya di Surabaya kalau memberikan info ada salah satu keluarga yang meninggal maka kalimat yang diucapkan: "wes krungu tak awakmu nek Cak Fulan sekburu matek" (= Kamu sudah dengar kalau Cak Fulan baru saja meninggal dunia?), kata matek (wafat, meninggal dunia) memang terdengar kasar di masyarakat Jawa lainnya. Ada contoh lain, almarhumah mbakyu saya bertanya kondisi kesehatan saya: "Ndasmu wes gak ngelu ta? Ngombeo obat" (=Kepalamu apa sudah gak pusing? minum lah obat).

Dalam perjalanan hidup saya bergaul dengan berbagai tingkat komunitas saya menyadari bahwa kata-kata khas Surabaya itu tidak pas digunakan dimasyarakat umum, sehingga saya mengganti kata "ndas itu dengan "sirah" bahasa Jawa yang halus untuk mengatakan "kepala".

Bapak Presiden kita Pak Prabowo adalah keturunan Jawa Tengah (dan Sulawesi Utara) tentu sangat faham bila kata "ndasmu" itu adalah bahasa Jawa yang kasar; dan itu tidak pas digunakan untuk bicara didalam kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat umum atau rakyat.

Baca juga: Elon Musk Akan Bongkar Korupsi di Kantor-Kantor Pemerintah

Pak Prabowo yang berlatar belakang militer dikenal tegas kalau berbicara dan banyak baca buku sehingga memiliki referensi yang banyak. Karena itu di arena percaturan diplomatik internasional Pak Prabowo dikagumi tokoh negara-negara lain; dengan bahasa Inggris yang lancar Pak Prabowo bicaranya lugas bila menyangkut kesetiaannya terhadap negara Indonesia.

Namun didalam negeri, gaya bicara Pak Prabowo dengan menggunakan kata bahasa Jawa kasar "ndasmu" itu menjadi boomerang, karena banyak masyarakat yang prihatin atas kondisi bangsa, kondisi perekonomian dan sebagainya dalam berbagai kegiatan termasuk lagu-lagu yang bersifat parodi, demonstrasi menggunakan kata "ndasmu" itu untuk meluapkan keprihatinan mereka kepada pemerintah dan Presiden Prabowo.

Didalam prosedur tetap kenegaraan, diplomatik negara-negara maju pada umumnya, seorang kepala negara, raja, perdana menteri sebelum melakukan pidato diberbagai even, mengucapkan pernyataan, terlibat dalam negosiasi dengan negara lain dan sebagainya selalu membaca "Briefing Materials" dari para menterinya atau "ghost writer-nya" dimana di dalam briefing materials itu termasuk masukan-masukan untuk tidak menggunakan kata-kata yang menyinggung kepala negara lain, atau berbahaya bagi image negara dan sebagainya.

Baca juga: Kawasan Bernuansa Cina

Briefing material dari bidang politik suatu Kedutaan Besar negara-negar maju selalu memberikan masukan kepada Duta Besar bila berkunjung ke sebuah pesantren harus memahami sosiologi pesantren termasuk tidak boleh menggunakan kata kasar kepada pemimpin pesantren atau Kiai. Dalam kasus Pak Prabowo ini, apakah beliau sudah mendapatkan briefing material dari para pejabat negara disekitarnya agar tidak menggunakan kata-kata kasar seperti "ndasmu" itu.

Presiden Indonesia pertama Bung Karno (Ir. Soekarno) dan Wakil Presiden nya pak Suharto yaitu Jendral TNIAD Try Sutrisno adalah orang-orang asli Surabaya yang waktu mudanya di kota Surabaya faham bahasa khas Surabaya. Bahkan ada yang cerita ketika Jendral Tri Sutrisno sewaktu masih menjabat Panglima ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) berkunjung ke kampung halamannya di kampung Genteng Bandar Lor Surabaya beliau bertemu dengan sahabat lamanya yang menjadi tukang becak dan menyapa Pak Try dengan "misuh" khas Surabaya.

Tapi seingat saya kedua tokoh nasional itu dalam pidato-pidatonya tidak pernah menggunakan kata "ndasmu".

Sebaiknya para pejabat dilingkaran satu Istana perlu memberika masukan kepada Pak Presiden Prabowo tentang bagaimana melakukan komunikasi publik yang baik.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru