Optika.id - Indonesia resmi batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Hal ini dinilai berimplikasi pada dinamika politik dalam dan luar negeri Indonesia.
Baca Juga: Bayang-Bayang Sanksi FIFA Usai Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
Dosen Hubungan Internasional Universitas Airlangga (HI Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, menilai pembatalan tersebut mendatangkan kerugian besar bagi Indonesia, baik dari segi material maupun nonmaterial. Kerugian tersebut berupa turunnya reputasi Indonesia di mata dunia serta sanksi yang akan diberikan FIFA kepada Indonesia.
Apalagi, Indonesia sudah mengeluarkan modal cukup banyak untuk menyiapkan gelaran Piala Dunia. Mulai dari penyiapan stadion, sarana dan sebagainya. Kata Radityo, itu kerugian material yang diterima Indonesia.
Tidak hanya itu, kerugian dalam konteksimageIndonesia di mata dunia bahwa Indonesia ternyata tidak mampu menyelenggarakan event olahraga tanpa ada problem-problem politik domestik. Jadi ini tentu yang rugi adalah nama Indonesia di mata dunia, katanya kepada Optika.id, Senin (3/4/2023).
Keikutsertaan Timnas Israel dalam Piala Dunia U-20 tak dapat disalahkan. Sebab itu kewenangan FIFA sebagai penyelenggara.
Sedangkan Indonesia hanya sebatas tuan rumah. Dengan demikian, seluruh konsekuensi seharusnya sudah dipertimbangkan pemerintah.
Baca Juga: PKB Sebut Erick Thohir Hilang Kecanggihannya
Kalau sudah tau FIFA punya standar ganda dan kita tidak sepakat dengan standar ganda tersebut sejak awal tidak menawarkan diri sebagai tuan rumah, sejak awal kita tidak perlu terlibat di situ, kalau perlu sejak awal kita tarik diri dari FIFA kalau mau konsisten, tegasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Terkait dinamika dalam negeri dan luar negeri Indonesia, Radityo menyebut dalam politik domestik, tema agama khususnya Israel-Palestina masih menjadi isu sentral yang bisa mempengaruhi pilihan dan dukungan masyarakat pada Pemilu 2024 mendatang.
Dalam konteks politik dalam negeri, masyarakat akan menilai orang-orang dan partai yang bersuara keras ini bisa jadi tidak akan mendapatkan dukungan dari masyarakat, entah dia tidak dipilih atau partainya hilang dukungan, ujar Radityo.
Baca Juga: Hasto Sebut Kualifikasi Capres yang Baik adalah yang Menolak Israel
Sedangkan dalam konteks politik luar negeri, peristiwa ini menunjukkan inkonsistensi Indonesia dalam upaya diplomasi. Selain itu, peristiwa ini juga akan menjatuhkan nama baik Indonesia dalam politik global sehingga akan sulit bagi Indonesia mengembalikan kepercayaan dunia.
Nah sudah terlihat ketidakkonsistenan Indonesia dan itu menghilangkan modal besar bagi kita sebagai negara dalam konteks politik luar negeri untuk mendamaikan Israel dan Palestina. Kita tidak pernah mencoba menggunakan piala dunia ini untuk menjadi modal diplomasi, tapi tidak mungkin dilakukan karena kita sudah mengambil posisi yang sejak awal keliru, ungkapnya.
Image Indonesia sebagai negara yang katanya sudah mulai menjadi negara-negara terbesar di dunia yang mampu menjadi tuan rumah itu menjadi berkurang. Biasanya, tuan rumah event olahraga besar itu adalah sinyal bahwa negara tersebut siap menjadi kekuatan besar dunia, pungkasnya.
Editor : Pahlevi