Prediksi Anis Matta: Ada Fenomena Saling Bongkar Kasus Jelang Pilpres 2024

author Eka Ratna Sari

- Pewarta

Selasa, 18 Jul 2023 10:37 WIB

Prediksi Anis Matta: Ada Fenomena Saling Bongkar Kasus Jelang Pilpres 2024

Optika.id - Fenomena saling mengungkap kasus diperkirakan akan menjadi perhatian utama dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bahkan, fenomena tersebut diprediksi akan mendominasi berita politik di media selama enam bulan ke depan hingga Pilpres dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2024.

Baca Juga: Yusril Buktikan Sengketa Pilpres AMIN Hanya Asumsi, Bukan Bukti

Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Anis Matta, menyatakan, "Dalam enam bulan ke depan menjelang Pilpres, kita akan melihat terus-menerus terjadinya fenomena saling mengungkap kasus. Hal ini akan mendominasi berita politik secara keseluruhan, dan itu menjadi indikator yang sangat kuat."

Menurut Anis Matta, fenomena pengungkapan kasus menjelang Pilpres 2024 terjadi karena bakal calon presiden (Bacapres) yang akan berpartisipasi dalam kontestasi menghadapi krisis ideologi, narasi, dan kepemimpinan.

"Dalam hal ini, saya memiliki empat perspektif untuk memahami mengapa fenomena saling mengungkap kasus terjadi menjelang Pilpres. Pertama, terdapat efek dosa; kedua, terdapat konflik elit; ketiga, terjadi krisis narasi; dan keempat, teori Tumit Achilles," papar Anis Matta dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa (18/7/2023).

Menurut Anis Matta, perspektif efek dosa sebenarnya tidak berkaitan dengan proses politik atau Pilpres 2024. Hal ini karena dalam Islam diajarkan bahwa seseorang yang melakukan dosa akan membuat cahaya di hatinya memudar, hati menjadi gelap dan keras, dan menjadi seseorang yang kasar, kesepian, dan ketakutan.

Baca Juga: Tok!, Prabowo-Gibran Capai Angka Tertinggi Sebanyak 96.214.691 Suara

"Coba bayangkan jika dosa itu dilakukan secara berjamaah. Ada satu titik dosa yang tidak bisa ditutupi dan auratnya akan terbuka. Ketika Allah SWT ingin menghinakan seseorang, tidak ada yang dapat mencegahnya. Jadi, mari kita keluarkan dulu dari proses politik, bahwa orang yang melakukan dosa pasti akan dihinakan, cepat atau lambat," jelas Anis Matta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Anis kemudian mengibaratkan hal ini dengan jenazah yang ditutupi dengan kain kafan. Ternyata, jenazah tersebut tidak dapat ditutupi dengan kain kafan karena telah dihinakan oleh Allah SWT, sebagai akibat dari efek perbuatan dosa yang telah dilakukan.

"Dalam konteks politik, maksudnya adalah satu dosa yang ditutupi dengan perlindungan politik atau hukum, memiliki batas waktu atau batas kumulatif dosanya, pasti akan terungkap," ungkapnya.

Baca Juga: Demokrasi Tergerus, LaNyalla: Sistem Pilpres Liberal Penyebab Penurunan Kualitas Demokrasi

Dalam politik, lanjut Anis, seseorang seharusnya memiliki kesadaran untuk takut kepada Allah SWT agar tidak melakukan perbuatan dosa, bukan takut dikejar oleh penegak hukum.

"Jadi, jika kita membicarakan efek dosa ini, dosa tersebut bukanlah sesuatu yang dibuat-buat, tetapi dosanya sudah ada, tetapi dieksploitasi secara politik. Jika kita takut dikejar hukum, maka janganlah kita melakukan dosa, dan kita harus lebih takut kepada Allah SWT," tutupnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU