Budaya berjalan kaki masyarakat dianggap menjadi salah satu upaya untuk mengurangi tingkat polusi di DKI Jakarta, dan bisa ditumbuhkan di kota-kota lainnya di Indonesia. hal itu dikatakan oleh Guru Besar Teknologi Industri Institut Pertanian Bogor (IPB), Tajuddin Bantacut.
Baca Juga: Lansia Berpotensi Terkena TBC Imbas Polusi Udara
"Saya kira pemerintahan yang lalu sudah mulai banyak membangun taman, ya. Banyak tempat untuk orang berjalan kaki. Justru harusnya budaya jalan kakinya yang diperbanyak," kata Tajuddin dalam keterangannya, Kamis (14/9/2023).
Guru besar yang mendalami bidang Teknik dan Manajemen Lingkungan tersebut mengamati bahwa orang sering lebih memilih untuk naik motor atau angkot kendati menempuh jarak yang cukup dekat. Mengapa masyarakat memilih untuk tidak berjalan kaki saja? Menurut dia, salah satu faktornya adalah ketidaknyamanan.
Maka dari itu, untuk membuat orang merasa aman dan nyaman dalam berjalan kaki, maka program penghijauan atau taman perlu diperbanyak. Misalnya di Jepang yang menerapkan penghijauan dalam bangunan-bangunannya seperti motel, restoran, hotel dan lain sebagainya. Menurut Tajuddin, penghijauan akan membantu penyerapan CO2, nitrat dan nitrit.
"Saya kira itu harus, itu wajib. Karena kan tidak mungkin juga kita tidak menghasilkan polutan," kata dia.
Baca Juga: Olahraga di Tengah Polusi Udara, Apakah Sehat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain itu, perusahaan yang mengembangkan bangunan hijau perlu diberikan insentif. Pasalnya, pembangunan seperti itu perlu segera digencarkan.
Upaya lainnya adalah pemerintah juga perlu untuk menjamin kenyamanan serta keamanan transportasi publik. tujuannya adalah orang tertarik untuk naik transportasi publik.
Baca Juga: Atasi Polusi Udara, WFH Dinilai Bukan Kebijakan yang Efektif
Menurutnya, upaya untuk mengurangi tingkat polusi di ibu kota harus dilakukan secara menyeluruh. Upaya-upaya lain yang bisa dilakukan, kata dia, termasuk uji emisi serta menanam pohon.
Editor : Pahlevi