Disabilitas Surabaya Berkarya Dari Hati di Bidang Seni

Reporter : Ade Resty Ramadhani
IMG-20210824-WA0002

Optika.id Surabaya- Komunitas Mata Hati, merupakan komunitas disabilitas di Surabaya yang berlokasi di jalan Rungkut Asri. Tanpa menyerah mereka terus berkaya dari hati lewat dunia seni.

Hampir setiap hari para Mereka berkumpul untuk berlatih alat musik, maupun berlatih tari, dan drama bersama.

Baca juga: Pelatihan Pengenalan Komputer Bagi Disabilitas SMA LB Sidoarjo Diikuti 29 Siswa

Rutinitas sehari-hari mereka dituntun oleh para relawan Komunitas Mata Hati yang selalu sabar melatih hingga mereka mampu menyelesaikan banyak aktivitas secara mandiri. Seperti, memasak, makan, belajar, dan berinteraksi dengan banyak orang.

Salah satu relawan Komunitas Mata Hati, Dian Ika Riani mengatakan, bahwa konsep mengasihani para penyandang disabilitas harus mulai dihindari. Hal ini bisa berakibat pada situasi saling tidak menghargai.

Prinsipnya hidup mereka tidak hanya di sekitar teman-teman difabel saja, tapi juga membaur bersama masyarakat lainnya. Kita harus melihat mereka dari sisi yang lain, artinya, memang mereka difabel yang memiliki perbedaan kemampuan, tapi bukan ketidakmampuan, jelas Dian Ika saat ditemui optika, Selasa (24/8).

Selain itu, kata dia, bahwa penyandang disabilitas atau difabel seperti tunanetra juga tidak melulu beraktifitas sebagai tukang pijit, melainkan juga kegiatan lainnya, seperti konten kreator.

Baca juga: Eri Anggap Film Tegar, Inspirasi Bagi Anak-Anak Penyandang Disabilitas

Sebetulnya mereka ini sudah melek teknologi. Untuk tunanetra misalnya, mereka sudah paham dengan IT friendly. Tunanetra melalui teknologi handphonenya mereka sudah bisa mandiri, dengan screen reader yaitu membaca apapun yang ada di layar, ucapnya.

Kemudian untuk Kawan-kawan tunarungu, lanjut dia, bahwa kecanggihan teknologi juga bisa membuat mereka berkomunikasi dengan mudah, sama halnya dengan tunadaksa yang juga dimudahkan dengan alat bantu.

Tunarungu juga bisa video call bisa juga text , ada fitur enkripsi ya mengubah suara menjadi teks. Teman-teman tunadaksa kan sudah ada tongkat atau kaki palsu atau lainnya, mereka sudah kita anggap tidak memiliki dis (disabilitas, red) tapi sudah able (mampu), melalui teknologi, jelasnya.

Baca juga: Organisasi Tunas Hijau Dorong Pelajar Lestarikan Lingkungan

Dari kemampuan ini lah, Dian Ika bersama relawan yang lainnya membantu untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang edukasi dan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh para penyandang disabilitas lewat dunia seni.

Kita butuh untuk menyuarakan ini. Sosialisasi difabel ini harus terus-terusan. Kami menyuarakan itu dengan berbagai bentuk, tapi karena kita di seni, jadi kita mengarahkan melalui musik, tari, dan drama untuk menyampaikan pesan, tambahnya. (Ramadhani)

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru