Optika.id - Nilai rupiah terus merosot atas dollar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Jumat (28/03/2025), di Jakarta anjlok sebesar 14 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.676 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.562 per dolar AS.8 jam yang lalu.
Nilai tukar rupiah yang terus melemah hingga mendekati level terendah sejak krisis moneter 1998 disebut bakal membuat ruang fiskal Indonesia "compang-camping", menurut sejumlah pengamat ekonomi.
Mereka menilai Indonesia rentan tergelincir pada krisis jika tidak ada kebijakan yang bisa mengembalikan kepercayaan investor dan menstabilkan anggaran.
Meskipun melemah Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro, menyebut kondisi saat ini berbeda dengan situasi 1998. Pelemahan rupiah yang sekarang, katanya, terjadi secara bertahap dan tidak seperti krisis 1998 ketika rupiah anjlok tajam dalam waktu singkat.
Anomali Ekonomi
Gelapnya Indonesia tidak hanya dilihat dari merosotnya nilai rupiah atas dollar USA, CNBC Indonesia juga melihat ada fenomena anomali ekonomi Indonesia menjelang lebaran April 2025.
Lembaga think tank Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia mengungkapkan sejumlah data yang menunjukkan kejanggalan atau anomali ekonomi Indonesia menjelang Lebaran 2025, CNBC Indonesia, 27 March 2025 10:00.
Kondisi ekonomi ini dititikberatkan pada data konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 54-5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, menjelang periode Ramadan dan IdulFitri 1446 Hijriyah.
Data anomali ini, oleh lembaga tersebut dituangkan dalam laporan berjudul "Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025", yang dipublikasikan pada 26 Maret 2025.
"Ramadhan dan hari raya 2025 agaknya tidak banyak membawa berkah bagi konsumsi rumah tangga. Sebaliknya, muncul sinyal kuat adanya anomali pada daya beli masyarakat Indonesia," dikutip dari bagian Temuan Utama, Kamis (27/3/2025).
Gejala anomali konsumsi rumah tangga menjelang lebaran menurut CORE Indonesia tertangkap dari tren deflasi pada awal 2025. BPS kembali mencatat deflasi pada Februari 2025, baik secara tahunan (-0,09%), bulanan (-0,48%) maupun year to date (-1,24%). Meski, secara agregat, inflasi inti masih cukup baik 0,25% (bulanan) dan 2,48% (tahunan).
Menurut lembaga itu, faktor terbesar penyumbang deflasi memang berasal dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga, yang dipicu oleh insentif diskon tarif listrik 50% yang diberikan pemerintah untuk rumah tangga kelas menengah sejak dari Januari hingga Februari 2025 lalu.
Namun, janggalnya, deflasi pada Februari 2025 tidak hanya terjadi pada kelompok pengeluaran tersebut, melainkan juga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, dengan andil sebesar -0,12% secara bulanan.
Pada 2024, kelompok pengeluaran ini memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,29% pada Februari dan 0,41% pada bulan Maret. Sedangkan pada 2023, kelompok ini memberikan andil inflasi secara bulanan sebesar 0,13% (Februari) dan 0,09% (Maret).
"Padahal, menjelang bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya, kelompok makanan, minuman dan tembakau selalu menyumbang inflasi, meskipun dorongan kenaikan harga biasanya tertahan oleh musim panen yang sudah dimulai pada bulan Februari di beberapa daerah di Indonesia," menurut CORE Indonesia.
Selain itu, CORE juga memuat data Bank Indonesia terkait Indeks penjualan riil (IPR) pada Februari 2025 berpotensi merosot sebesar 0,5% (yoy), dipengaruhi jatuhnya penjualan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (-1,7%).
Dengan mengesampingkan kasus Covid-19 pada 2020-2021, pertumbuhan IPR menurut CORE sebetulnya telah melambat sejak 2017. Sebelum 2017, pertumbuhan IPR selalu double digits, tetapi sejak 2017 pertumbuhan IPR stagnan di bawah 5%.
"Perlambatan pertumbuhan IPR sejak 2017 mencerminkan adanya tekanan yang semakin mengeras terhadap konsumsi rumah tangga. Puncaknya adalah anomali pada Ramadhan dan lebaran 2025," tulis CORE dalam laporannya itu.
Melemahnya pertumbuhan penjualan beberapa ritel menguatkan hasil survei IPR yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Misalnya, pertumbuhan penjualan Indomaret melambat signifikan dari 44,7% pada 2022- 2023, menjadi hanya 4% pada 2024. Alfamart, dari 13,9% pada 2022 terpangkas menjadi 10% pada 2024. Pun juga Ramayana, dari 8.1% pada 2022, menjadi hanya 0.1% pada 2024.
Perlambatan juga terjadi pada ritel kelas menengah atas, seperti Hypermarket. Pertumbuhan penjualannya tergunting setengah, dari 4,8% pada 2022 menjadi hanya 2,3% pada 2024. Matahari bahkan penjualannya terjun bebas (-2,6%) pada 2024.
Di sisi lain, BPS juga mencatat impor barang konsumsi pada Februari 2025 menyentuh US$ 1,47 miliar. Angka ini 10,61% lebih rendah jika dibandingkan impor pada Januari 2025, yang mencapai US$ 1,64 miliar. Jika disandingkan dengan periode Februari 2024, impor menjelang Ramadhan 2025 jatuh lebih dalam, sebesar -21,05%.
Kecenderungan masyarakat untuk tidak mudik saat Lebaran 2025 juga menurut CORE menjadi salah satu sinyal anomali yang menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat. Survei Potensi Pergerakan
Masyarakat Angkutan Lebaran 2025 Kementerian Perhubungan hanya mencatat 146,48 juta pemudik, jauh di bawah jumlah pemudik pada 2024 yang mencapai 193,6 juta, atau turun 24%.
"Penurunan jumlah pemudik pada lebaran 2025 juga mengindikasikan adanya penurunan pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh rumah tangga kelompok menengah ke bawah. Alhasil, banyak dari rumah tangga mengurungkan niat untuk mudik ke kampung halaman," kata CORE.
Dalam laporan itu, CORE Indonesia juga mengungkap penyebab anomali ya data konsumsi jelang Lebaran 2025, mulai dari maraknya PHK, hingga sulitnya mencari kerja di sektor formal. Permasalahan itu menjadi akumulasi dari deindustrialisasi dini yang terjadi di Indonesia.
"Jika melemahnya daya beli masyarakat menjelang Ramadhan dan lebaran 2025 dibiarkan terus menerus, bisa jadi akan menggerus kinerja ekonomi domestik dan menurunkan kualitas hidup masyarakat pada umumnya. Rendahnya pendapatan, secara sosial, juga dapat memicu konflik horizontal di tengah tekanan kebutuhan ekonomi yang semakin mahal," tulis CORE
(Diambil dari CNBC Indonesia, 27/03/2025)
Baca Juga: Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat Dukung Gerakan #IndonesiaGelap
Tulisan: Aribowo
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Baca Juga: Seruan Salemba Kedua: Bebaskan Indonesia dari Gelap
Editor : Pahlevi