Presiden Seperti “Pesakitan”

Reporter : Seno
IMG-20220623-WA0003

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Beberapa hari yang lalu viral berita cetak maupun video Presiden Jokowi duduk dikursi kayu menghhadap ibu Megawati disatu ruangan dimana terlihat ada Ketua DPR Puan Maharani, putra Megawati Prananda Prabowo, Petinggi PDI-P Pramono Anung, Olly Dondo Kamnbey dan kepala BIN Budi Gunawan di sekolah partai PDI-P, Lenteng Agung Jakarta. Di momen itu terlihat mbak Puan sedang ngevlog dan sempat membelakangi (maaf bahasa Suroboyo nya Nyiliti) Presiden Jokowi sambil berputar-putar dengan HP nya.

Baca juga: Suriah Jatuh

Di seluruh dunia, pemimpin negara apakah Raja/Ratu, Presiden atau Perdana Menteri adalah symbol negara yang harus dijunjung tinggi marwahnya karena mewakili sebuah bangsa dan negara. Karena menjadi symbol institusi kenegaraan maka para pemimpin itu memiliki keistimewaan dibidang protokoler maupun penjagaan keamanannya. Kalau mereka melakukan kunjungan dinas ke luar negeri, maka mereka di terima dengan protokoler kenegaraan resmi misalnya ada pasukan penyambutan kepala negara, menyanyikan lagu kebangsaan, makan malam kenegaraan dsb. Seorang presiden misalnya, kediaman maupun kantornya dijaga pasukan pengawal presiden, makanannya pun di cek keamanannya oleh sebuah tim kesehatan termasuk berolah raga diluar jam kantor juga dikawal pasukan pengawal yang professional.

Di negara super power seperti Amerika Serikat, seorang presiden memiliki pesawat kenegaraan sendiri yang disebut Air Force One. Bahkan dinegeri Paman Sam ini jabatan-jabatan kenegaraan itu sangat bergengsi sampai-sampai yang bersangkutan sudah pensiunpun panggilan jabatannya itu masih melekat. Ada aturannya sendiri memanggil para pensiunan pejabat negara itu antara lain If a former official had a title that many people had at the same time, doctor, ambassador, military rank, judge or senator-they can continue to use it socially in retirement. Jadi mantan Presiden Obama masih dipangil, Mr. President, mantan Dubes Mr. Ambassador atau jabatan-jabatan lain seperti General, Colonel dsb. Dalam sebuah wawancara di TV Fox News bersama mantan Ketua DPR (House Speaker) Amerika Serikat Newt Gingrich tanggal 22 Juni 2022, anchor/penyiar TV nya menyapa Good Morning, Mr. Speaker. Itu semuanya menggambarkan betapa dijaga marwah sebuah jabatan resmi yang mewakili negara.

Saya seorang aktivis mahasiswa tahun 1970an dimana banyak junior saya yang saya training perkaderan atau sahabat saya - menjadi orang atau pejabat misalnya ada yang menjadi anggota DPR, ada politisi ternama, ada rektor, pengusaha terkenal dsb pernah saya panggil jambal (panggilan nama saja) seperti Nas (Anas), Ya (Yahya) atau Fiq (Taufiq) dsb, namun ketika mereka sudah membawa gelar jabatan negara maka saya didepan umum akan memanggil nya Pak atau Prof dsb. Hal itu harus saya lakukan karena saya harus memakai tatakrama dan menjaga marwah yang bersangutan dan marwah institusi kenegaraan dimana mereka berkiprah.

Baca juga: Lagi-Lagi Soal Komunikasi

Berita dan video mengenai Presiden Jokowi duduk dikursi kayu menghadap ibu Megawati itu terkesan tidak menjunjung marwah Presiden dan lembaga Kepresidenan dan malahan mendapat reaksi candaan netizen misalnya Presiden Jokowi seperti dininterogasi Ibu karena mencuri Tupperware; atau Pak Jokowi sebagai presiden negara besar yang populasinya terbesar keempat di dunia seperti seorang pesakitan yang diinterogasi Bareskrim Polri. Berbeda kalau misalnya para petinggi PDI-P itu menerima pak Presiden di kursi Sofa yang besar sehingga ada kesataraan. Perlu diingat bahwa meskpiun Pak Jokowi dikenal sebagai hanya Petugas Partai atau banyak orang yang tidak memilihnya, beliau itu Presiden yang marwah kelembagaannya sebagai simbol negara harus dijaga.

Di atas semua itu saya masih khusnudhon atau berbaik sangka bahwa video Pak Jokowi duduk di kursi kayu menghadap bu Megawati itu hanya untuk kepentingan pribadi bagi yang men-shooting nya dan bukan sengaja untuk maksud menjatuhkan marwah, nama baiknya di depan umum.

Baca juga: Kita Harus Paham DNA Media Barat

Wallahu alam.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru