Coattail Effect Anies Baswedan dan Naiknya Elektabilitas NasDem

Reporter : Seno

Optika.id - Coattail effect (CE) Anies Rasyid Baswedan (Anies) mulai berpengaruh terhadap elektabilitas Partai NasDem. Hasil survei Litbang Kompas terbaru, dilakukan 25 Januari-4 Februari 2023 di 38 provinsi, menunjukkan pengaruh itu. Hasil survei litbang Kompas menghasilkan tingkat elektabilitas NasDem cenderung naik secara signifikan.

Baca juga: NasDem Tidak Mau Masuk Kabinet Prabowo, Meskipun Bukan Oposisi

Hasil survei Litbang Kompas sebelumnya elektabilitas NasDem sebesar 4,3 persen dan kali ini naik 3 persen sehingga menjadi 7,3 persen (Kompas, com, 21/2/2023).

Kalau menonton beberapa youtube kunjungan Anies dibeberapa daerah dengan NasDem menunjukkan antusiasme masyarakat menyongsong kedatangan Anies. Antusiasme itu luar biasa. Penuh emosional. Di Kalimantan Selatan para emak-emak yang jualan makanan dengan perahunya, di Pasar Apung, Sungai Martapura, Banjarmasin, memberikan makanan, bungkusan, oleh-oleh kepada Anies.

Bukan Anies yang memberi uang transport kepada mereka, malahan sebaliknya para emak-emak itu memberi bungkusan dan minta foto selfi dengan Anies. Mereka berebutan (youtube, Langkah Anies, 17 Februari 2023).

Pesona Anies sebagai bacapres 2024 (bakal calon presiden 2024) itu talah diperkirakan berbagai pengamat politik. Pesona itu diperkirakan berpengaruh terhadap elektabilitas NasDem.

Dalam teori ilmu politik pengaruh kandidat presiden terhadap parpol (partai politik) pengusungnya pada pilpres (pemilihan umum presiden) dan pileg (pemilihan legislatif) serentak disebut coattail effect (CE) atau efek ekor jas. Lihat grafis Kompas di bawah ini

Fenomena naiknya elektabilitas NasDem akibat CE Anies itu juga didapatkan dari survei SMRC (Saiful Mujani Researh and Counsulting). Bahkan SMRC mendapat fenomena menarik, besar sekali kecenderungan suara Prabowo dalam pilpres 2019 lari ke Anies. Bahkan suara orang yang bakal memilih Prabowo lagi dalam pilpres 2024 sekitar 37 persen dari 44,5 persen pemilih Prabowo- Sandiaga dalam pilpres 2019.

Sementara yang akan memilih Anies sebanyak 44 persen dan yang bakal memilih Ganjar hanya sebesar 13 persen, (Liputan6.com, 12/1/2023). Jika pilpres dilakukan hari ini.

Kecenderungan naiknya elektabilitas Anies mulai tampak diberbagai Lembaga survei. Kita bisa saksikan grafis di bawah ini

Apa Itu Coattail?

Coattail adalah ekor jas atau mantel (buntut kecil di belakang bawah baju jas atau mantel. Model jas lama biasanya ada coattailnya). CE adalah istilah yang merujuk pada tindakan menimbulkan pengaruh pada tindakan lain. Dalam terjemahan bebas diartikan sebagai efek kibasan buntut atau kerah jas.

Elite-elite lokal yang memiliki pengaruh di daerahnya, dapat berupa pengaruh kekuasaan, kekayaan, dan kharisma mampu memberikan efek buntut jas terhadap elektabilitas partai politik dan juga legislatif dalam pemilu.

Secara demikian terminologi CE dipergunakan untuk menjelaskan adanya efek tambahan suara dari seorang tokoh politik tatkala menjadi kandidat presiden atau kepala daerah. Efek tambah suara itu biasanya dinikmati oleh parpol yang mengusungnya.

Baca juga: NasDem Jatim Gelar Rakorwil: Panaskan Mesin untuk Kemenangan Khofifah-Emil

Menurut dictionary Efek coattail adalah fenomena di mana popularitas kandidat politik atau pemimpin mengarah pada peningkatan total suara untuk calon rekan partai lebih jauh di bawah surat suara. Coattail mengacu pada bagian mantel yang memanjang di bawah pinggang yang memberikan perlindungan ekstra. Efek coattail atau frase alternatif "mengendarai coattails seseorang" adalah pendatang yang relatif baru ke dalam leksikon politik.

Fenomena coattail effect (CE) bukan merupakan hal yang baru di dalam kontestasi politik. CE merupakan istilah politik Amerika Serikat yang digunakan untuk menggambarkan dampak dari kandidat yang sangat populer atau tidak populer terhadap kandidat lain dalam pemilihan yang sama.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan dampak kandidat yang membantu meningkatkan jumlah pemilih, dan lebih banyak pemilih cenderung memilih partai yang popular. Dalam pelaksanaan pemilihan umum, khususnya pemilihan legislatif, elite nasional memanfaatkan CE dari elite-elite lokal untuk kemenangan partai politiknya (Dictionary, 2020).

Menurut Galina Zudenkovaa CE adalah kecenderungan kandidat populer untuk satu tingkat pemerintahan untuk menarik suara kepada kandidat dari partai politik yang sama untuk tingkat pemerintahan lainnya (Zudenkova, 2011: 2).

Efek buntut kepresidenan, yakni keputusan pemungutan suara Kongres (di Amerika Serikat) dipengaruhi oleh kinerja eksekutif, telah menjadi topik yang sering dipelajari dalam literatur empiris (lihat Miller 1955, Press 1958, Kaplowitz 1971, Calvert dan Ferejohn 1983, Campbell 1986, Campbell dan Sumners 1990, Flemming 1995, Cohen et al.2000, Mattei dan Glasgow 2005, GÈlineau dan Remmer 2006, dan Golder 2006, di antara banyak lainnya).

Studi-studi lain telah melaporkan bukti efek coattail terbalik, yakni kandidat-kandidat lapisan bawah yang populer menopang kandidat-kandidat partai mereka untuk tingkat pemerintahan yang lebih tinggi (Ames 1994, Samuels 2000a, Samuels 2000b).

Jika kita kembali pada relasi antara Anies dan NasDem maka CEnya saat ini banyak dinikmati oleh NasDem. Sama seperti CE Joko Widodo (Jokowi) dalam pileg 2014 banyak dinikmati oleh PDIP.

Elektabilitas Jokowi dalam pilpres 2014 berpengaruh terhadap kenaikan suara PDIP. Karena CE Jokowi itu maka suara PDIP dalam pileg 2009 sebesar 14, 03 persen menjadi 18, 95 persen di pileg 2014.

Baca juga: Surya Paloh Kembali Jadi Ketum, Ingin Kader Tak Ganggu Parpol Lain!

PDIP Masih Teratas

Survei Litbang Kompas terbaru itu masih menempatkan elektabilitas PDI-P berada di atas semua parpol kontestan pemilu 2024. PDI-P bertengger di angka 22,9 persen. Menurut hasil survei Litbang Kompas elektabilitas PDIP naik sebesar 1,8 persen jika dibandingkan survei pada Oktober 2022, di mana PDIP elektabilitasnya 21,1 persen.

Sementara itu, Partai Gerindra memperoleh elektabilitas 14,3 persen. Jumlah itu menurun 1,9 persen ketimbang jajak pendapat Oktober 2022, yaitu sebesar 16,2 persen. Kemudian Partai Golkar memiliki elektabilitas 9 persen, naik 1,9 persen dibandingkan survei sebelumnya, yaitu 7,9 persen.

Berlanjut elktabilitas parpol di peringkat keempat, diduduki Partai Demokrat yang memperoleh 8,7 persen. Jumlah itu turun 5,3 persen dari 14 persen pada survei sebelumnya. Sementara itu, Partai Nasdem berada di urutan kelima dengan raihan elektoral senilai 7,3 persen. Angka itu meningkat 3 persen. Dalam survei sebelumnya, parpol yang dipimpin Surya Paloh itu memperoleh elektabilitas 4,3 persen.

Adapun elektabilitas parpol di peringkat ke enam hingga sepuluh adalah sebagai berikut: (6) PKB: 6,1 persen, (7) PKS: 4,8 persen, (8) Perindo: 4,1 persen, (9) PPP: 2,3 persen, dan (10). PAN: 1,6 persen

Survei Litbang Kompas dilakukan pada 25 Januari hingga 4 Februari 2023, dengan melibatkan 1.202 responden dari 38 provinsi di Tanah Air. Sampel dipilih secara acak dengan metode sistematis bertingkat, dan survei dilakukan dengan wawancara tatap muka. Menggunakan metode tersebut, jajak pendapat memiliki tingkat kepercayaan 95 persen, serta margin of error kurang lebih 2,83 persen.

Tulisan: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru