Optika.id - Beberapa hari terakhir, calon wakil presiden (cawapres), Gibran Rakabuming Raka menjadi bulan-bulanan warganet. Pasalnya, Gibran menjadi sorotan usai keliru menyebut istilah asam folat yang membentuk sel darah merah di tubuh menjadi asam sulfat untuk ibu hamil ketika dirinya menghadiri acara diskusi bertema ekonomi kreatif di kawasan Jakarta Selatan, Minggu (3/12/2023) lalu.
Gibran kala itu mengatakan bahwa asam sulfat penting untuk ibu hamil karena merupakan sumber nutrisi. Padahal, asam sulfat adalah senyawa berbahaya yang biasa digunakan untuk pemrosesan bijih mineral, pengilangan minyak dan air limbah.
Baca juga: Kader Muhammadiyah yang Masuk Kabinet Merah Putih, Siapa Saja?
Usai ramai dikomentari, Gibran berdalih kepada wartawan bahwa dia salah mengingat istilah. Dia pun meminta maaf bahwa kekeliruan salah sebutnya itu membuat gaduh masyarakat.
"Asam folat, sorry. Sorry ya. Maaf, mohon dikoreksi," ujar Gibran di media.
Menanggapi hal tersebut, Ardha Ranadireksa selaku Peneliti Charta Politika Indonesia menilai jika Gibran tidak begitu menguasai topik yang dibicarakan saat merekomendasikan asam sulfat bagi ibu hamil. Untuk itu, Ardha menyarankan agar Gibran menjauhi istilah-istilah teknis apabila Gibran merasa tidak memiliki kepakaran, atau pemahaman yang cukup ketika berada di forum publik.
"Jangan kemudian untuk tujuan boosting kapabilitas, justru menjadi bumerang ketika menggunakan istilah yang tidak tepat bahkan salah kaprah seperti kasus Gibran ini," ucap Ardha, kepada Optika.id, Kamis (7/12/2023).
Baca juga: Menteri Kabinet Merah Putih Prabowo Subianto, Siapa Saja?
Dengan polemik asam sulfat, sambung Ardha, Gibran seharusnya sudah mendapatkan pelajaran yang berharga. Dia berharap agar cawapres dari Prabowo Subianto itu bisa belajar lagi dengan tekun perihal isu-isu sosial kemasyarakatan yang menjadi perhatian publik menjelang debat Pilpres 2024. Agar salah sebut nya tidak berlarut-larut dan menyesatkan masyarakat yang masih belum tahu maksudnya apa.
"Jika dia tetap memaksakan untuk menggunakan istilah-istilah yang, menurut saya, hanya sebagai kosmetik saja, bukan tidak mungkin kesalahan atau blunder akan kembali terjadi," kata Ardha.
Kendati demikian, polemik salah ucap Gibran ini menurut Ardha tidak akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat elektabilitas dari paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Pasalnya, sebagian masyarakat menurut Ardha masih belum menjadikan tingkat intelektualitas sebagai penilaian utama mereka terhadap calon tertentu.
Baca juga: Ahmad Muzani: Megawati Dipastikan Tak Bisa Hadiri Pelantikan Prabowo-Gibran
Senada dengan Ardha, Saidiman Ahmad selaku Saiful Mujani Research and Consulting menegaskan jika publik akan memaklumi kekeliruan Gibran dalam kasus salah ucap asam sulfat tersebut. Dia sepakat bahwa level intelektual kandidat kurang dianggap penting oleh masyarakat.
"Saya belum punya data penelitian soal itu. Tetapi, dugaan saya, salah ucap begitu tidak akan punya pengaruh besar terhadap tingkat elektabilitas," ungkap Saidiman.
Editor : Pahlevi