Bakat “Ngamukan” Dalam Debat

Reporter : Danny

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Optika.id - Acara debat calon presiden itu adalah agenda rutin dan bagian dari demokrasi di negara-negara maju, salah satu contohnya adalah debat capres di pemilihan presiden di Amerika Serikat. Debat capres di Amerika Serikat itu dielu-elukan baik di negara Paman Sam sendiri maupun di seluruh dunia karena masyarakat bisa mengetahui gagasan dan ide-ide seorang calon pemimpin negara Adi Kuasa.

Baca juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!

Suasana debat di negara-negara maju itu seru karena pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan baik oleh moderator maupun antar calon presiden seringkali kritis dan dengan pernyataan yang blunt atau keras. Tidak semua peserta suatu debat itu memiliki kematangan atau pengetahuan aturan-aturan sebuah debat, karena itu kita bisa menyaksikan seorang calon pemimpin yang emosi dan meninggalkan acara debat di TV misalnya, atau menuangkan air ke wajah musuh debatnya bahkan ada yang meninjunya.

Di Indonesia memang acara debat calon presiden ini baru saja diadakan sejak jaman reformasi. Periode -periode sebelumnya misalnya di jaman Sukarno dan Suharto tidak ada namanya debat itu, sebab kekuasaan negara diatur secara otoriter. Namun di dunia pesantren atau organisasi Islam seperti di NU dan Muhammadyah acara debat itusebenarnya sudah biasa dilakukakan dan menjadikan tradisi.

Bahkan di pessantren debat itu termasuk kurikulum. Para ulama NU misalnya bisa sampai malam berdebat diantara ulama NU bila membahas current issues atau isu-isu yang sedang ramai dibicarakan di publik. Bedanya dengan debat yang ada di barat itu, acara debat dikalangan pesantren dan ulamatidak ada yang emosi kalau tidak setuju dengan musuh debatnya, apalagi sampai memukul lawan bicara bisa-bisa dikeluarkan dari organisasinya kalau seorang ulama melakukan pemukulan.Adab dalam suatu debat itu salah satunya adalah Willing to receive a blunt critic atau bersedia menerima kritikan keras dari lawan bicaranya.

Baru-baru ini ada video viral di media sosial yang menunjukkan calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto menyebut "ndasmu etik" di hadapan kader Partai Gerindra. Dia diduga menirukan pertanyaan calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan soal etik dalam debat capres perdana Selasa (12/12/2023). Dalam video itu, Prabowo terlihat berdiri di podium berlogo Partai Gerindra. "Bagaimana perasaan Mas Prabowo soal etik? Etik, etik," kata Prabowo. "Ndasmu etik (etik kepalamu)," sambung Prabowo, disambut teriakan dan tepuk tangan kader Gerindra. Juru bicara Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan ucapan Prabowo itu hanya candaan.

Saya yang asli dari Surabaya sudah sering mendengar bahkan mengucapkan kata ndasmu bahasa Jawa yang berarti kepala mu, karena memang orang Surabaya itu bahasa Jawa nya adalah ngoko atau kasar berbeda dengan bahasa Jawa di Jawa Timur bagian Mataraman dan Jawa Tengah yang menggunakan bahasa Jawa kromo atau halus.

Baca juga: Jokowi Presiden: Usai Dilantik, Pak Prabowo Milik Seluruh Indonesia!

Di Surabaya memang kalau ada orang mengatakan ndas mu itu bisa diucapkan ketika seseorang itu emosi atau bercanda. Misalkan saya bercanda dengan teman yang lama tidak berjumpa ndas mu nang endi ae kok gak ketok blas yang bermakna kamu selama ini kemana aja tidak pernah kelihatan.

Selain Ndas mu itu, orang Surabaya juga sering menggunakan kata Jancok yang diucapkan ketika marah atau bercanda.

Kembali ke soal pak Prabowo mengatakan ndasmu, kalau itu dikatakan didepan anggota partainya dalam suatu acara pertemuan, mungkin sah-sah saja, apalagi kalau tidak ada awak media yang diundang di pertemuan internal itu. Namun soalnya perkataan pak Prabowo itu menjadi viral di sosial media meskipun tidak ada awak media.

Baca juga: Prabowo Minta Kader Tak Jumawa Usai Menang Pilpres 2024

Saat ini didunia digital, mudah saja orang membocorkan suatu pertemuan internal, bahkan yang membocorkan itu peserta pertemuan itu sendiri, alias kader partainya sendiri.

Karena viral di publik, akibatnya pak Prabowo disebut-sebut sebagai orang atau tokoh selain Gemoy juga suka emosian, berkata keras sambil mengebarak-gebrak podium. Ada dua kemungkikan akibat dari viralnya video itu yaitu pertama ya tadi beliau didanggap seorang pemimpin yang suka emosi, tapi bisa juga menguntungkan beliau mengingat traditional voters behavior atau perilaku pemilih tradisional di Indonesia ini adalah semakin calon pemimpin dambaannya dicerca, dimaki-maki oleh pihak lain, maka semakin solid dukungan mereka.

Wallahu Alam.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru