Diskominfo Jatim dan KPID Jatim Gandeng Stikosa AWS Gelar Seminar Jelang Pilkada 2024

Reporter : Wildan Nanda
Perjanjian kerjasama antara Stikosa AWS, diwakili Ketua Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono,(kiri) dengan KPID Jatim, diwakili Ketua KPID Jatim, Emanuel Joshua M.Ikom (tengah), disaksikan Ketua Tim Kemitraan Komunikasi Publik, Eko Setyawan, M.Ikom

Optika.id - Hoaks tetap menjadi masalah utama yang dapat memicu konflik selama Pilkada 2024. Bagaimana media penyiaran bisa aktif menciptakan suasana kondusif menjelang Pilkada serentak pada 27 November 2024?

Topik ini menjadi fokus dalam Seminar bertajuk "Peran Media Penyiaran Dalam Menjaga Kondusifitas Wilayah Jelang Pilkada 2024," yang diadakan oleh Diskominfo Jatim dan KPID Jatim bekerja sama dengan Stikosa AWS. Seminar tersebut berlangsung pada Kamis, 17 Oktober 2024, di Ruang Multimedia Stikosa AWS.

Baca juga: Stikosa AWS Gelar MUNIO! Angkat Topik Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Seminar ini menghadirkan narasumber seperti Ketua Tim Kemitraan Komunikasi Publik Diskominfo Jatim, Eko Setyawan, M.Ikom; Koordinator Bidang Pengelolaan Kebijakan dan Sistem Penyiaran (PKSP) KPID Jatim, Ahmad Afif Amrullah, M.EI; serta Ketua Stikosa AWS, Dr. Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom. Acara ini diikuti oleh perwakilan berbagai organisasi penyiaran, media, mahasiswa, dan dosen.

Pada kesempatan tersebut, dilakukan pula penandatanganan perjanjian kerjasama antara Stikosa AWS dan KPID Jatim terkait Tri Dharma Pendidikan, meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Eko Setyawan memaparkan beberapa data penting tentang Pilkada 2024 di Jatim. Jawa Timur merupakan provinsi dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar kedua di Indonesia, mencapai 31.280.418 pemilih dengan 60.761 TPS di 39 kabupaten/kota dan satu provinsi. Selain itu, Jawa Timur juga menempati posisi kedua terkait jumlah daerah dengan calon tunggal, yaitu di lima wilayah kabupaten/kota.

Menurut Eko, yang juga dosen di Stikosa AWS, hoakstermasuk disinformasi dan misinformasimerupakan isu strategis utama yang dapat memicu konflik dalam Pilkada 2024. Isu ini diikuti oleh praktik politik uang, netralitas ASN, politik identitas, dan kampanye hitam. Sayangnya, kemampuan masyarakat dalam mengenali hoaks masih rendah; hanya 32% masyarakat Indonesia yang yakin mampu mengenali hoaks, sementara 23% tidak yakin dan 45% ragu-ragu.

Baca juga: Stikosa AWS Dapat Kepercayaan DRTPM Buat Literasi Digital Kader Kesehatan Preventif Stunting

Terkait kepercayaan masyarakat terhadap sumber berita, Eko menjelaskan bahwa media penyiaran, khususnya televisi nasional, masih menjadi sumber yang paling dipercaya dengan tingkat kepercayaan 43,5%, diikuti oleh media sosial (30,8%) dan situs pemerintah.

Media penyiaran memiliki tingkat validitas dan kepercayaan yang tinggi di kalangan masyarakat Jawa Timur, tambahnya.

Jokhanan, dalam sesi selanjutnya, memberikan data tambahan mengenai penyebaran hoaks di media sosial dan portal berita. Sepanjang tahun 2023, tercatat 2.330 hoaks, dan lebih dari 50% di antaranya terkait Pemilu 2024. Selain hoaks, terdapat dua ancaman negatif lain yang perlu diwaspadai dalam Pilkada 2024, yaitu meningkatnya penyebaran hoaks mendekati hari pemilihan yang menyasar masyarakat, terutama pemilih pemula, dengan narasi yang menyesatkan. Ancaman lainnya adalah isu SARA dan kampanye hitam yang bertujuan memecah belah masyarakat dan mendiskreditkan calon lain.

Baca juga: Alumni Stikosa AWS Bagikan 320 Makan Siang Gratis untuk Anak Yatim Piatu di Surabaya dan Sidoarjo

Jokhanan memberikan perhatian khusus kepada generasi muda atau milenial yang merupakan mayoritas pemilih. Ia menolak pandangan beberapa lembaga survei dan akademisi yang menyebutkan bahwa kaum muda kurang literasi, dengan alasan tingkat partisipasi mereka yang rendah dalam Pilpres dan Pileg 2024.

Menanggapi hal tersebut, Jokhanan merujuk pada data Pemilu 2024 yang menunjukkan dari 204,8 juta pemilih, 55alah generasi muda. Mereka mendominasi media sosial dan memiliki peran besar dalam membentuk opini publik. Ia mengajak generasi muda melalui media sosial untuk aktif memberikan informasi yang benar terkait Pilkada 2024 dan membantu mencegah penyebaran hoaks.

Menurutnya, generasi muda perlu diberikan ruang untuk menyatakan pendapat dan mengembangkan literasi secara bebas. Stikosa AWS telah memulainya dengan menyediakan panggung terbuka di kampus bagi mahasiswa untuk berdiskusi tentang berbagai topik. Salah satu contohnya adalah kegiatan komunitas Bang Bang Wetan yang menghadirkan Sabrang Letto dan Munio, yang mendapat sambutan baik dari mahasiswa.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru