Optika.id - Parlemen Israel baru saja menyetujui rancangan undang-undang (RUU) yang melarang badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, beroperasi di Israel dan Yerusalem Timur yang diduduki.
Langkah ini menuai kritik dari berbagai pihak, termasuk sejumlah negara Eropa, yang memperingatkan bahwa larangan tersebut bisa memicu penderitaan besar bagi para pengungsi Palestina. RUU ini disahkan dengan 92 suara mendukung dan 10 menolak, menyusul meningkatnya kritik Israel terhadap UNRWA, terutama setelah konflik terbaru di Gaza yang diawali serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: Kelaparan Mengancam Gaza: Toko Roti Tutup Akibat Kekurangan Pasokan
Pelaksanaan larangan terhadap UNRWAyang selama lebih dari tujuh dekade telah menyediakan bantuan vital bagi pengungsi Palestina di berbagai wilayahdiperkirakan akan berdampak buruk pada operasi kemanusiaan di Gaza.
"Sungguh mengkhawatirkan bahwa negara anggota PBB berupaya menyingkirkan lembaga PBB yang menjadi penyedia utama bantuan kemanusiaan di Gaza," ujar juru bicara UNRWA, Juliette Touma, dalam wawancaranya dengan AFP pada Selasa (29/10/2024).
Kelompok Hamas menyatakan bahwa RUU ini merupakan "agresi Zionis" terhadap rakyat Palestina, sementara sekutu Hamas, Jihad Islam Palestina, menyebutnya sebagai "eskalasi dalam upaya genosida" terhadap warga Palestina.
Baca juga: Hizbullah Deklarasikan 'Kemenangan Besar' atas Israel
Pemerintah Spanyol, Slovenia, Irlandia, dan Norwegia pun mengeluarkan pernyataan bersama yang mengkritik langkah Israel tersebut, menekankan bahwa layanan UNRWA sangat penting bagi jutaan pengungsi Palestina di kawasan tersebut.
"Pekerjaan badan PBB ini sangat penting dan tak tergantikan bagi jutaan pengungsi Palestina," ungkap pernyataan bersama mereka.
"Kami akan terus bekerja dengan negara donor dan negara tuan rumah untuk memastikan UNRWA dapat melanjutkan misi kemanusiaannya," tambah mereka.
Baca juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah
Di sisi lain, Israel meningkatkan serangannya terhadap Lebanon. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, sedikitnya 60 orang tewas pada Senin dalam sejumlah penggerebekan di kawasan Baalbek, Lembah Bekaa timur.
Gubernur Baalbek, Bachir Khodr, menyebut serangan ini sebagai "penggerebekan paling brutal" sejak perang Israel dengan Hizbullah meletus pada akhir bulan lalu.
Editor : Pahlevi