Optika.id Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan adanya video viral yang menunjukkan anak perempuan kejang-kejang dan tidak mau minum air. Diduga anak tersebut terinfeksi rabies pasca digigit anjing peliharanya, Jumat (23/06/2023).
Sebagai salah satu penyakit zoonosis yang dekat dengan masyarakat, sangat penting bagi kita semua untuk mengetahui apa itu rabies, hewan apa saja yang dapat menularkannya, hingga bagaimana gejala dan pencegahan rabies. Rabies dikenal juga sebagai penyakit anjing gila. Rabies merupakan penyakit infeksi pada sistem syaraf pusat (otak) yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini dapat ditularkan melalui gigitan hewan yang terkena rabies.
Hewan yang dapat menularkan penyakit rabies pada manusia antara lain adalah anjing, kucing, kera, rubah, musang, dan anjing liar. Di Indonesia, hewan yang paling sering menularkan rabies pada manusia adalah anjing (98%) dan sisanya adalah kucing dan kera (2%).
Terdapat gejala klinis dalam empat stadium yang patut diwaspadai. Pertama, stadium prodomal atau awal terlihat seperti infeksi virus lainnya, seperti demam, sakit kepala, anoreksia, dan mual. Kedua, stadium sensoris, biasanya terdapat nyeri di daerah luka gigitan, kesemutan, kebas, panas, gugup, gelisah, keringat berlebih, air liur berlebih, dan keluar air mata berlebih. Ketiga, stadium eksitasi memerlihatkan penderita gelisah, kaget-kaget, setiap ada rangsangan dari luar kejang-kejang, sehingga terjadi takut air, takut angin hingga takut cahaya. Keempat, stadium paralitik, terjadi ketika ketiga stadium sudah dialui. Gejalanya kelumpuhan dari bawah ke atas yang sangat cepat.
Anggota Unit Kerja Koordinasi Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)Dr. dr. Novie Homenta Rampengan, Sp. A (K), DTM&H, MCTM(TP) menyebut alasan pasien rabies takut air adalah merupakan gejala lanjutan dari efek rabies pada tubuh manusia.
Gigitan rabies akan berkembang bahkan langsung menuju sistem saraf otak, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Ketika sudah kena otak, hal itulah yang bisa menimbulkan gejala hydrophobia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Rabies itu akan menyebar dari lokasi gigitan, dia akan berkembang, kemudian masuk ke sistem saraf, yaitu otak. Begitu naik ke otak, dia kemudian akan menyebar ke seluruh tubuh," terang dr. Novie.
Jika terkena air, pasien rabies akan merasa seperti tercekik. Akibatnya dia tidak mau minum air. Jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, seseorang yang sudah mengalami gejala hydrophobia, risikonya bisa parah. Tingkat kematiannya bisa mencapai 99,9%.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, Andi Khomeini Takdir mengatakan bahwa virus rabies dapat menyerang sistem saraf. Virus rabies itu akan membuat neuron menjadiinflamasi yang kemudian secara perlahan virus tersebut sampai ke susunan saraf pusat.
Apabila virus rabies sudah mulai menyebar dan menjangkiti sistem saraf, maka terjadilahinflamasi di susunan saraf pusat. Neuron dikenal juga sebagai sel saraf yang bertugas untuk mengirim dan menerima sinyal dari otak. Beberapa saraf pusat yang terganggu fungsinya, termasuk bagaimana mereka (saraf) dalam mempersepsikan cahaya dan juga bagaimana responsnya dengan sentuhan terhadap air yang berakibat pada hydrophobia.
Apabila virus sudah menyebar, maka cepat atau lambat dapat membuat otot menjadi lumpuh. Hal ini juga akan berpengaruh pada rasa sakit yang dirasakan penderita saat menelan cairan, termasuk air liur. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan otot yang bertanggung jawab untuk mengontrol aktivitas menelan.
Editor : Pahlevi