Ngobrol Pintar Gelar History Class "Soekarno dan Supersemar"

author Seno

- Pewarta

Senin, 14 Mar 2022 14:21 WIB

Ngobrol Pintar Gelar History Class "Soekarno dan Supersemar"

i

IMG-20220314-WA0012

Optika.id, Surabaya - Komunitas Ngobrol Pintar gelar History Class dengan tema "Soekarno dan Supersemar" di Cafe Historisma, Kota Surabaya, Minggu (13/3/2022).

"History Class ini diselenggarakan terkait dengan momentum peristiwa 11 Maret 56 tahun lalu, yang dikenal dengan penyerahan Surat Perintah Sebelas Maret (supersemar, red), diikuti 50 peserta yang teregistrasi sejak dua minggu sebelumnya," beber Aven Januar, koordinator panitia kepada Optika.id, Senin (14/3/2022).

Baca Juga: Aliansi Biru Ceria 02 Jatim Siap Mengawal Pendaftaran Khofifah - Emil Dardak

Hadir sebagai pembicara yakni Eko Sulistyo, Sejarawan dan juga Komisaris PT PLN, Henky Kurniadi, budayawan Jawa Timur, dan Dr. Moch Mubarrok, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya.

Didampingi host Edward Dewaruci, advokat senior Surabaya dan Aven Januar, kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama Komunitas Ngobrol Pintar bersama PT PLN.

"Memahami sejarah masa lalu, merupakan cara yang paling efektif untuk mendapatkan perspektif baru tentang kehidupan masa kini dan masa depan," papar Eko Sulistyo dalam kesempatan pertama berbicara.

Eko yang juga mantan Deputi 4 Kantor Staf Kepresidenan (KSP) ini menambahkan bahwa ada beberapa sudut pandang dalam peristiwa sejarah supersemar. Sudut pandang pertama yang selalu dibahas banyak pengamat adalah polemik yang melingkari peristiwa bersejarah tersebut.

"Tapi bagi saya, sudut pandang yang lebih rasional adalah posisi Soekarno yang saat itu wajib dijatuhkan oleh dunia barat, mengapa begitu karena potensi sumberdaya alam Indonesia yang sedemikian besar, sehingga supersemar adalah bagian dari konspirasi besar negara-negara barat untuk mencoba merebut kembali potensi Indonesia tersebut," jelas Eko.

Pada kesempatan kedua, Henky Kurniadi memaparkan secara jelas bahwa Soekarno saat jelang 1966 itu, sebenarnya dengan ideologi nasionalisnya anti kolonialisme. Hal tersebut yang bagi negara barat dianggap mendukung komunisme atau kutub timur. Yang mana justru Soekarno berusaha tetap setia menolak ideologi timur maupun ideologi barat, dengan mengusung gerakan non blok.

"Di awal 1960an, blok barat memunculkan ide dasar pertama tentang Globalisasi dan free market (pasar bebas, red), tapi disaat bersamaan Soekarno berkampanye menolak ide dasar Globalisasi itu yang mana, Soekaeno melihat itu adalah bentuk baru dari penjajahan gaya baru atau neokolonialisme," papar Henky yang juga mantan anggota DPR RI Periode 2014-2019 ini.

Baca Juga: Viral! Relawan Prabowo Gibran Jatim Siap Cukur Gundul Jika Harun Masiku Tertangkap KPK RI

[caption id="attachment_18774" align="alignnone" width="300"] Peserta acara diskusi. (Aven for Optika)[/caption]

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan latar belakang itulah, Henky meyakini bahwa blok barat mulai menyusun skenario besar untuk konspirasi bersama. Beberapa pendukung utamanya di dalam pemerintahan Soekarno untuk menjatuhkan kekuasaan Soekarno di Indonesia.

"Terkait supersemar, selalu dikaitkan dengan adagium, bahwa sejarah adalah ditulis dan dikonstruksi hingga dinarasikan oleh para pemenang, padahal itu belum tentu kebenaran," papar Dr Mubarok pada kesempatan ketiga.

Mengapa begitu? Mubarok yang juga mantan Aktivis mahasiswa PMII ini menjelaskan, bahwa hal tersebut muncul dikarenakan banyaknya kepentingan yang melingkari narasi supersemar yang bagi orde baru dibawah kepemimpinan soeharto untuk memperkuat legitimasi kekuatannya sendiri.

Baca Juga: Relawan Prabowo-Gibran: Optimis Menang vs Koalisi PDIP-PKB di Jawa Timur

"Munculnya konspirasi Supersemar itu dikarenakan adanya dua faktor utama yakni intervensi kekuatan asing khususnya blok barat, dan yang kedua adalah peristiwa politik itu unpredictable (tidak terprediksi, red) waktu itu, termasuk soekarno yang begitu kuat bisa dengan cepat mengalami fase kejatuhannya," pungkas Mubarok.

Reporter: Pahlevi

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU