Alarm Bahaya Aspartam, Si Pemanis Buatan yang Membunuh Perlahan

author Uswatun Hasanah

- Pewarta

Selasa, 25 Jul 2023 14:14 WIB

Alarm Bahaya Aspartam, Si Pemanis Buatan yang Membunuh Perlahan

Optika.id - Zat pemanis buatan atau aspartam adalah senyawa yang terbuat dari fenilalanin dan asam aspartate yang berfungsi untuk menggantikan gula atau pemanis pada produk makanan dan minuman. Berdasarkan penelitian dalam jurnal Nutrients, diketahui aspartame mempunyai tingkat kemanisan sebesar 180 200 kali lebih manis dibandingkan dengan sukrosa, zat pemanis lainnya yang menggantikan gula juga.

Baca Juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Kendati demikian, konsumsi pemanis buatan pengganti gula ini perlu diwaspadai serta dibatasi agar tidak menimbulkan risiko kesehatan. menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu pembatasan konsumsi aspartame sudah diatur oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada makanan dan minuman yakni maksimal 40 mg per kg bobot tubuh per harinya supaya mencegah risiko efek buruk pada kesehatan.

Dampak negatif aspartame pada kesehatan antara lain bisa meningkatkan berat badan apabila dikonsumsi secara berlebihan sehingga menyebabkan obesitas atau kegemukan.

"Kondisi itu berisiko mengganggu metabolisme di dalam tubuh yang memicu peningkatan berat badan. Selain itu, makanan yang mengandung aspartam sering kali terbuat dari bahan lain yang memiliki kalori tinggi," kata Maxi dalam keterangannya, Selasa (25/7/2023).

Di sisi lain, aspartame juga bisa memperburuk sakit kepala sebelah atau migraine. Pasalnya, aspartame bsia menghasilkan produk sampingan berupa glutamate saat diolah metabolism tubuh manusia. Kondisi tersebut bisa menyebabkan sakit kepala dan memperburuk gejala migraine apabila kadar glutamate dikonsumsi melebihi batas normal.

Efek samping konsumsi aspartame secara berlebihan yakni memicu gangguan perilaku. Pasalnya, kandungan asam yang ada dalam aspartame dan fenilalanin bisa diubah oleh tubuh menjadi methanol yang mana senyawa tersebut mempengaruhi fungsi kognitif, aktivitas motoric, pola tidur, gangguan suasana hati, serta mempengaruhi nafsu makan seseorang.

Lebih lanjut efek negatif lain yang disebabkan oleh aspartame yakni komplikasi fenilketonuria yang berupa kelainan genetic. Akibat dari komplikasi tersebut adalah penderitanya tidak mampu mengurai fenilalanin dengan baik.

Baca Juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

"Maka dari itu, penderita fenilketonuria perlu menghindari konsumsi produk yang mengandung fenilalanin, seperti aspartam, karena berisiko menimbulkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah kerusakan otak," ujar Maxi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dampak negatif yang mengancam ketika mengonsumsi aspartame secara berlebihan yakni diabetes. Kendati aspartame kerap digunakan sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes, namun konsumsi aspartame secara berlebihan bisa meningkatkan kadar gula darah sehingga merusak pancreas.

"Akibatnya, produksi hormon insulin dalam tubuh menjadi terganggu, sehingga berisiko menyebabkan diabetes," jelasnya.

Maxi menjelaskan jika methanol yang dihasilkan melalui metabolism aspartame juga berisiko meningkatkan kadar radikal bebas sehingga memicu kerusakan berbagai sel dalam tubuh, termasuk merusak sel pada sistem saraf krusial bagi tubuh.

Baca Juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Maka dari itu, sambungnya, aspartame yang dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka waktu panjang bisa memperburuk kerusakan sistem saraf yang meningkatkan risiko penyakit degeneratif progresif seperti Alzheimer.

Lebih lanjut, Maxi menjelaskan apabila mengacu pada penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal PLOS Medicine pada tahun 2022 silam, konsumsi zat pemanis buatan, seperti aspartame secara berlebihan bisa memicu meningkatkan risiko terjadinya penyakit kanker. Khususnya kanker darah dan payudara.

"Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak konsumsi aspartam terhadap risiko penyakit kanker," pungkasnya.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU