Optika.id - Melihat peta perpolitikan Indonesia menjelang Pemilu 2024 memang seru karena berbagai maneuver politik yang dilakukan oleh elitnya masih tidak bisa diprediksi. Di satu sisi, gencarnya berbagai lembaga survei dalam memprediksi dan mengkurasi elektabilitas pasangan capres-cawapres pun kian mewarnai kontestasi politik negeri ini. Selama ini, opini publik dan pengambil kebijakan pun masih mengadopsi data-data dari lembaga survei ini untuk dipertimbangkan.
Salah satu tren survei belakangan ini adalah memburuknya elektabilitas Anies usai bersanding dengan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dan pecahnya Koalisi Perubahan yang ditandai dengan keluarnya Partai Demokrat lantaran tak puas dengan keputusan tersebut dan merasa dikhianati oleh Anies dan Partai Nasdem.
Baca Juga: Intip Hangatnya Pertemuan Anies, Pramono, dan Rano di Lebak Bulus
Menurut pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin, tren memburuknya elektabilitas Anies pasca berpasangan dengan Cak Imin masih belum bisa dijadikan indikasi gagalnya perjudian politik Surya Paloh. Pasalnya, dia menilai bahwa tingkat keterpilihan para kandidat masih sangat dinamis serta tidak hanya terpengaruh oleh satu faktor saja.
"Itu kita lihat nanti ke depannya seperti apa. Apakah elektabilitas Amin dapat naik atau tidak? Kalau bisa naik, berarti kan Surya Paloh bisa dianggap bagus. Kalau tidak, Surya Paloh dianggap melakukan perjudian yang tidak sukses," kata Ujang kepada Optika.id, Sabtu (21/10/2023).
Ujang mengamini bahwa elektabilitas pasangan AMIN (Anies-Muhaimin) sulit untuk dikerek lantaran pasangan tersebut menempatkan diri di kubu opisis. Apalagi, beberapa kali Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memanggil baik Anies maupun Cak Imin untuk dimintai keterangan dalam sejumlah kasus dugaan korupsi. Maka dari itu, pemanggilan oleh KPK tersebut secara tidak langsung memunculkan citra negatif terhadap pasangan itu.
Baca Juga: Tom Lembong Terjerat Kasus Impor Gula, Anies Buka Suara
"Ya, itu yang rugi dari pasangan Anies dan Cak Imin. Ya, digembosi dengan cara diperiksa oleh KPK. Ya, kan masyarakat itu tidak tahu benar atau tidak. Masyarakat tidak tahu terlibat atau tidak, yang jelas kalau diperiksa KPK, jelek saja. Padahal, belum tentu salah juga," ujar dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ujang menilai jika semua kandidat masih memiliki peluang untuk memenangkan kontestasi elektoral. Apalagi, saat ini masih belum dimulai masa kampanye Pilpres 2024. Sehingga, baik Prabowo dan Ganjar, selain Anies, sampai saat ini pun masih belum menjadi pasangan potensial yang bisa dinilai oleh publik dan pilihan publik pun masih bisa berubah.
Baca Juga: Anies dan Ganjar akan Hadir dalam Pelantikan Prabowo-Gibran Minggu Besok
Kemudian untuk pasangan AMIN, Ujang menyarankan untuk memasifkan sosialisasi terkait prestasi dan program yang bakal mereka usung untuk memperbaiki Indonesia ke depannya. Mereka harus pintar meyakinkan publik serta publik sendiri bisa merasakan perhatian dari pasangan AMIN terhadap segala macam persoalan yang mereka hadapi, khususnya dalam lingkup sehari-hari.
"Sehingga, masyarakat pun, ya, tentu akan merespon dengan positif pula. Jadi, intinya bagaimana pasangan Amin, Anies dan Cak Imin ini bisa membangun narasi-narasi positif yang baik dimata publik terkait dengan isu-isu program arah kebijakan ke depan, begitu. Yang bagus, yang positif untuk kepentingan masyarakat berbangsa dan bernegara. Itulah yang harus dilakukan," ujar dia.
Editor : Pahlevi