Partai Demokrat AS Panik Melihat Performa Biden

author Pahlevi

- Pewarta

Jumat, 28 Jun 2024 18:04 WIB

Partai Demokrat AS Panik Melihat Performa Biden

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Surabaya (optika.id) - Saya melepas kedongkolan saya tentang kenyataan bagaimana mudahnya data rahasia negara dari 50 lebih kementrian dan lembaga negara kita jatuh ketangan hacker dengan melihat tayangan dan berita media Amerika Serikat tentang debat Donald Trump dengan Joe Biden.

Baca Juga: Pendiri WikiLeaks Itu Bebas

Seperti diketahui calon partai Demokrat dan Republik melakukan debat di Atlanta, Georgia pada Kamis malamtanggal 27 Juni 2024, kurang dari lima bulan sebelum pemungutan suara pada 5 November. Debat itu menurut Caleb Maupin seorang aktivis kiri di New York merupakan debat diuiar kebiasaan karena dilakukan lebih awal dari jadwal debat dan sebenarnya kedua partai besar Amerika Serikat itu belum mengumumkan secara resmi baik Trump maupun Biden sebagai capres mereka. Debat itu diselenggarakan di markasnya CNN tanpa adanya pengunjung dan moderator me -mute speaker kedua nya agar tidak terjadi interupsi.

Tapi berita yang ramai di media mainstream Amerika Serikat adalah – disamping materi debat – juga tentang performa Joe Biden yang usia 81 tahun (ada yang menyebut “diaper Joe”). Presiden Biden oleh banyak kalangan terutama dari pesaingnya pendukung partai Republik mengatakan bahwa Biden “is too old or mentally unfit enough for the job. “ atau terlalu tua dan kejiwaannya tidak cocok untuk mengemban tugas nya sebagai presiden.

Hal itu dikarenakan banyak orang Amerika Serikat sendiri dan warga dunia yang menyaksikan presiden Joe Biden sering terpleset baik secara fisik maupun verbal. Beberapa kali terpleset waktu naik tangga pesawat, habis pidato memberi jabat tangan kepada orang “imajiner” alias tidak ada orang di panggung, di acara G7 di Italia terlihat Biden pergi menjauh dari para pemimpin negara dan ditarik balik ke kerumunan oleh pemimpin negara Italia, tidak ingat nama tamu pemimpin negara dalam konferensi pers. Tidak ingat menyebut nama negara dsb. Ada yang melaporkan Biden kalau bicara dengan stafnya di Gedung Putih sering berhenti lama bicara – seperti sedang berfikir atau pikirannya “blank”.

Karena itu seluruh media di Amerika Serikat menulis berita dengan judul Joe Biden “fumbling and mumbling” yang maknanya kalau bicara gak jelas suaranya, bergetar, hanya “cumik-cumik” saja. Media itu juga menyebutkan pihak “Democrat in panic mode” – demokrat  panik melihat capresnya performanya seperti itu.

Baca Juga: Madura Dilawan..

Cara bicara yang tidak jelas dengan kedua bibir yang bergetar terlihat dalam acara debat hari Kamis malam itu. Suaranya serak dan sulit didengar. Pada satu titik dia tampak kehilangan jalan pikirannya dan meninggalkan keheningan yang canggung ketika dia mencapai akhir waktunya. Donald Trump kelihatan melirik dengan sinis bagaimana lawannya menjawab pertanyaan moderator dari CNN dengan suara lirih, dengan tatapan kosong, muka pucat pasi. Waktu Trump diberi kesempatan moderator untuk menanggapi dengan wajah sinis mengatakan “saya tidak faham apa yang dibicarakan tadi dan saya yakin dia sendiri tidak faham apa yang dia ucapkan”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Daniel J. Stone seorangi ahli geriatric – (geriatri merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari keadaan-keadaan fisiologis dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan orang-orang lanjut usia dengan fokus pada penuaan dini dan tatalaksana penyakit terkait usia lanjut) menulis di Los Angeles Time pada tanggal 7 Maret 2024 lalu menjelaskan efek penuaan yang menyangkut kebugaran Presiden Biden untuk pekerjaannya; misalnya soal memori atau ingatan yang lambat, ada kata yang tidak muncul dalam pikirannya.

Isi debat Kamis malam itu hampir sama dengan pernyataan-pernyataan keduanya sebelum debat yakni soal imigrasi, aborsi, ekonomi, perang di Ukraina. Tentang isu Palestina Trump mengkritik Biden sebagai pemimpin yang lemah dan tidak mau membela Israel menyelesaikan “tugas nya” di Gaza.

Baca Juga: Pilkada Rasa Pilpres

Debat itu juga diwarnai saling tuding tentang urusan pribadi, misalnya Biden menyebut Trump sebagai “a felon” atau penjahat (merujuk pada keputusan pengadilan New York) “yang bermain sex dengan bintang porno ketika istrinya sedang hamil”.

Bagi kita di Indonesia jangan mengharap terlalu berlebihan Pilpres di Amerika Serikat karena siapapun presidennya, kebijakan luar negerinya akan tetap tidak berubah terutama soal pembelaannya terhadap Israel.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU