Ini Pandangan Pakar Unair, Terhadap Kurikulum Prototipe

Reporter : Jenik Mauliddina
Ini Pandangan Pakar Unair, Terhadap Kurikulum Prototipe

Optika.id - Kementerian Pendidikan Budaya Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memperkenalkan kurikulum baru bernama prototipe di tahun 2022. Tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa untuk siswa kelas 11 dan 12 SMA. 

Penerapan kurikulum prototipe ini bersifat substansonal, artinya sekolah memiliki pilihan untuk menerapkan atau tidak. Nantinya, siswa diperbolehkan mengombinasikan mata pelajaran sesuai minatnya dengan bimbingan dari guru. Hal ini berarti bisa memberi kesempatan pada siswa untuk menekuni minatnya secara fleksibel. 

Baca juga: Peneliti Unair Ini Berhasil Temukan Senyawa Penghambat Kanker

Dosen psikologi Universitas Airlangga (Unair), Dewi Retno Suminar mengatakan penghapusan jurusan di SMA adalah langkah yang baik. Pasalnya dengan penghapusan jurusan juga akan mengurangi stigma kasta jurusan IPA dan IPS.

"Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS," ujar Dewi yang dikutip dari laman Unair, Sabtu (1/1/2022).

Selain itu juga dapat membantu anak-anak menemukan minatnya. Dewi juga mengatakan jika ilmu tidak terpisah secara murni. Selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat.

Penghapusan jurusan merupakan langkah awal untuk membuat kebijakan dan peminatan yang mengutamakan kebebasan para siswa. Namun hal tersebut perlu difasilitasi dengan menelusuri bakat dan minatnya.

Dewi beranggapan kebijakan penghapusan jurusan itu dapat direalisasikan di seluruh Indonesia. Hal itu dikarenakan pola pikir anak tidak terkotak-kotak.

"Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan," ujar Dewi.

Baca juga: 14 Ribu Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Unair

Dewi berharap dengan penghapusan jurusan di kurikulum 2022 tidak ada lagi kasta dalam jurusan di SMA. Menurutnya semua jurusan dan bidang ilmu baik dan saling berkaitan satu sama lain.

Menurut Dewi, alasan kurikulum yang selalu berubah-ubah  karena selalu mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan keilmuan. Perubahan kurikulum juga selalu diikuti dengan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat.

"Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan jaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA," terang Dewi. 

Baca juga: PT JIEP Buka Lowongan Posisi Site Operasional Manager

Reporter: Jenik Mauliddina

Editor: Amrizal

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru