Optika.id - Jika mendengar Metaverse, apa yang pertama kali terbesit dalam benak Anda? Bisa jadi, salah satunya adalah film Sci-fi dengan teknologi canggih yang seperti pergi ke masa depan dengan teknologi yang luar biasa.
Sekarang, metaverse bukan lagi soal Sci-fi saja, tetapi memang sudah ada di kehidupan nyata. Bagusnya lagi, kita tidak perlu menunggu berpuluh tahun ke depan karena mateverse kini sudah ada di sekitar kita sekarang.
Baca juga: Wakil Bupati Alor Meninggal Dunia, Kemendagri Ucapkan Belasungkawa
Metaverse juga erat kaitannya dengan kemajuan internet dan kehidupan virtual yang semakin sering kita alami, terutama semenjak adanya pandemi Covid-19.
Hal ini tampaknya ditangkap oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), yang melakukan uji coba penerapan identitas digital di sejumlah kabupaten/kota. Direktur Jenderal (Dirjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Zudan Arif Fakrullah mengatakan uji coba ini dilakukan di 50 kabupaten/kota.
Masih uji coba tahun ini. Misal yang saya ingat itu Salatiga, Dompu, Kota Bima, Kota Bandung, katanya dalam keterangannya beberapa waktu yang lalu.
Dia mengatakan, identitas digital ini berlaku baik yang sudah memegang e-KTP maupun baru wajib KTP. Dengan adanya identitas digital ini tidak ada pencetakan fisik e-KTP tapi hanya akan ada kode verifikasi dan QR code.
Bukan cetak fisik, e-KTPnya dikirim ke HP. (Jadi nanti dikirim) Foto e-KTP dan QR code. Kode verifikasi untuk bisa membuka di HP masing-masing, ungkapnya.
Zudan mengatakan dengan adanya identitas digital maka tidak akan ada lagi konsep KTP hilang.
Tidak ada lagi konsep e-KTP hilang. E-KTPnya didigitalkan dalam HP dan ada QR codenya. Kalau HP hilang, ikut hilang itu identitas digitalnya. Nanti minta lagi ke Dukcapil dikirim ke no HP yang baru. Nah, ini juga bagi kantor-kantor untuk tidak lagi minta fotocopy dokumen kependudukan dari masyarakat. Tetapi menggunakan akses verifikasi data dari Dukcapil karena dokumennya sudah menjadi data digital, tuturnya.
Zudan menyebut, identitas digital diterbitkan oleh Menteri, melalui Ditjen Dukcapil. Dan diintegrasikan dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan diterbitkan oleh melalui pelayanan adminduk dan pelayanan pengguna secara daring.
Jika menggunakan identitas digital nantinya dapat melakukan tracking penduduk non permanen berdasarkan pergerakan HP nya yang berisi digital id tersebut. Misalnya HP itu dalam satu tahun bertempat tinggal di wilayah Sumedang, namun e-KTP beralamat di Sukabumi. Ini bisa disimpulkan bahwa penduduk tersebut menjadi penduduk non permanen di Sumedang. Secara agregat dan makro hal ini bisa dilakukan untuk mengetahui perbedaan jumlah penduduk Sumedang secara de facto dan de jure, paparnya.
Zudan mengakui selama ini setiap lembaga penyedia layanan publik memang memiliki data kependudukannya sendiri-sendiri. Hal ini karena setiap lembaga memerlukan data dari penggunanya sebagai basis data operasional. Dia berharap rencana satu data Indonesia dapat segera terealisasi. Pasalnya hal itu untuk mempermudah akses masyarakat terhadap berbagai layanan publik. Dengan satu data kependudukan, semua platform layanan publik akan dapat menggunakan satu nomor yang sama terlepas dari beragamnya jenis layanan publik.
Jadi, baik data ijazah, data paspor, data KTP-el, data NPWP, data rekening bank, dll semua sama karena sudah menggunakan satu data kependudukan. Ini yang sedang kami kerjakan, pungkasnya.
Metaverse: Ruang Bersama Virtual
Diketahui, Metaverse diartikan sebagai ruang bersama virtual yang diciptakan oleh konvergensi realitas fisik yang ditingkatkan secara virtual, internet, dan augmented.
Snow Crash merupakan istilah ini pertama kali yang diciptakan dalam novel fiksi ilmiah, Neal Stephenson, pada tahun 1992 , bercerita sepasang pengemudi melakukan perjalanan metaverse untuk menyelamatkan diri dari distopia kapitalis.
Baca juga: Alasan Lebih Lanjut Larangan Buka Puasa Bersama, Gaya Hidup ASN Terlalu Hedon?
Meski tidak ada yang tahu pasti seperti apa metaverse itu sendiri, namun karakteristik dasarnya telah ditetapkan yang mencakup dunia nyata atau fisik dan virtual 3D, berpusat di sekitar ekonomi yang berfungsi penuh, dan memungkinkan users untuk melakukan perjalanan melalui tempat yang berbeda dengan relatif mudah, serta mempertahankan avatar dan barang yang mereka beli.
Salah satu alasan yang membuat metaverse menjadi penting bagi umat manusia saat ini adalah karena secara fundamental dapat mengubah cara kita berinteraksi dengan dunia digital yang semakin berkembang.
Pengalaman virtual kolektif dapat menghadirkan peluang baru bagi creator, gamers, dan artis melalui cara yang sama seperti yang dimiliki oleh NFT (Non-Fungible Token). Hebatnya lagi, dunia maya metaverse bisa menjadi industri triliunan dolarnya sendiri.
Sejatinya, metaverse tidak digambarkan sebagai perpanjangan dari internet tetapi penerus dari kemajuan internet, di mana semuanya sedang dibangun menggunakan blockchain dan aplikasi terdesentralisasi.
Matthew Ball, kapitalis ventura dan penulis esai, menuliskan tentang metaverse yang akan berubah menjadi 'pintu gerbang ke sebagian besar pengalaman digital, platform tenaga kerja hebat berikutnya, dan komponen kunci dari semua pengalaman fisik'.
Sejauh ini, masa depan dunia virtual ini terbilang cerah dan cukup menjanjikan namun masih belum jelas berapa lama waktu yang dibutuhkan metaverse untuk bisa digunakan oleh berbagai kalangan.
Banyak platform di dunia virtual berbasis blockchain masih mengembangkan teknologi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR) yang akan memungkinkan users untuk sepenuhnya berinteraksi di ruang angkasa.
Selain itu, banyak futuris yang memperkirakan bahwa teknologi VR dan AR akan memberikan peningkatan $1,5 triliun ke ekonomi global pada tahun 2030, dibandingkan dengan $46,5 miliar pada tahun 2019.
Baca juga: Kemendagri Imbau Jajarannya Segera Tinggalkan E-KTP
Mark Zuckerberg, pendiri dan CEO Facebook memberitahu ambisinya soal metaverse saat wawancara bersama The Verge pada Juli 2021 silam. Mark mengatakan bahwa perusahaan telah mengumpulkan tim eksekutifnya untuk mempelopori proyek tersebut, termasuk kepala produk Instagram Vishal Shah dan Vivek Sharma dan Jason Rubin dari Facebook Gaming.
Facebook sendiri diketahui telah mengenalakan Horizon Workrooms sebagai langkah pertama menuju metaverse VR, dengan rencananya yaitu melompat langsung dari smartphone dan laptop ke headset VR.
Menurut Mark, dengan adanya metaverse, bekerja di virtual reality atau VR akan memberikan kesempatan multitasking yang besar dan pertemuaan yang lebih menarik hingga kolaboratif yang akan mendorong produktifitas para pekerjanya.
Selain Facebook, ada juga beberapa perusahaan besar yang akan menjelajahi metaverse, seperti Google, Microsoft, Samsung dan Sony telah bergabung dengan Facebook di XR Association, sebuah konsorsium perusahaan teknologi yang bertujuan untuk membentuk masa depan 'experiential reality'.
Reporter: Amrizal
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi