[caption id="attachment_14568" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Ruby Kay[/caption]
Tadi malam gue nonton film ini. Bagus banget bray. Dari film ini jadi paham kenapa ada yahudi berkulit hitam.
The Red Sea Diving Resort diangkat dari kisah nyata tentang penyelamatan orang-orang Yahudi Ethiopia. Israel mengirimkan lima orang agen Mossad yang berpura-pura menyamar jadi pengusaha yang membeli sebuah resort ditepi laut merah dari pemerintah Sudan.
Misi penyelamatan yang tidak mudah, mengingat Israel sama sekali tidak ada hubungan bilateral dengan Sudan. Lima orang agen Mossad bertaruh nyawa, bila penyamaran mereka terbongkar, sudah pasti akan digantung tentara Sudan ditiang listrik.
Strategi Mossad adalah menyelundupkan imigran Yahudi Ethiopia ke Sudan. Dari Sudan, mereka dibawa melalui jalur udara dan laut untuk masuk ke Israel. November 1984 hingga Januari 1985, Mossad melancarkan Operasi Musa yang berhasil mengangkut 6.500 Yahudi Ethiopia dari kamp-kamp pengungsi di Sudan. Namun Israel akhirnya menghentikan sementara Operasi Musa ini lantaran tercium publik.
Setelah menonton film ini, gue mencoba telusuri sejarah yahudi kulit hitam. Mereka mengklaim sebagai keturunan Ratu Sheeba yang 2700 tahun sebelum masehi menjadi penguasa Ethiopia (Abysinna). Legenda tentang Ratu Sheeba ini dalam mitologi Islam dikenal dengan nama Ratu Bilqis yang usut punya usut pernah menikah dengan Nabi Sulaiman (king Solomon) di Yerusalem. Pernikahan itu menghasilkan anak yang secara genetis lebih mengikuti ibunya, berkulit gelap.
Yang gue salut dari orang Yahudi itu adalah mereka diajari untuk memahami silsilah bangsanya. "Yahudi Ethiopia itu saudara kita. Mereka juga keturunan raja Solomon (Nabi Sulaiman). Maka sekonyong-konyong pemerintah Israel mengucurkan dana puluhan juta dollar hanya untuk menyelamatkan puluhan ribu yahudi Ethiopia yang terusir dari tanahnya sendiri. Motto penyelamatan itu sederhana, "no one left behind". Semua yahudi kulit hitam mesti diselamatkan!
Populasi Yahudi di dunia ini gak sebanyak orang china atau arab. Tapi mereka bisa kompak semata-mata hanya mengacu pada pertalian darah. Melihat yahudi Ethiopia disiksa oleh penguasa, yahudi kulit putih langsung pasang strategi penyelamatan. Mereka merasa senasib sepenanggungan, sama-sama berawal sebagai imigran dari negara konflik.
Rasa senasib sebagai sebuah bangsa yang sama-sama pernah merasa penjajahan Belanda dan Jepang itulah yang mempersatukan pemuda-pemudi Indonesia ditahun 1928. Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes berikrar satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Lumajang dilanda bencana, orang minang kompak mengirimkan rendang. Sederhana, namun itulah bukti bahwa semangat persatuan kita sebagai sebuah bangsa masih bertahan hingga sekarang.
Ruby Kay
Editor : Pahlevi