Salah Kaprah terhadap Buaya

Reporter : optikaid
Salah Kaprah terhadap Buaya

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="142"] Ruby Kay[/caption]

Seharusnya bukan buaya yang menjadi simbol ketidaksetiaan seseorang terhadap pasangan, melainkan kelinci. Maka dari itu kelinci dijadikan icon majalah Playboy, karena menurut penelitian ilmiah, kelinci jantan bisa melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis hingga berjam-jam lamanya.

Justru buaya adalah hewan yang setia. Seumur hidupnya, seekor buaya jantan hanya akan kawin dengan seekor buaya betina. Buaya adalah binatang yang menganut mazhab monogami. Maka dari itu di pesta pernikahan orang Betawi selalu tersaji roti buaya berpasangan yang melambangkan kesetiaan.

Siapa mengira kalau membawa roti buaya sebagai bagian dari seserahan dalam pernikahan adat Betawi merupakan simbolisasi dari keinginan orang tua agar kedua mempelai bisa sakinah, mawadah, warahmah hingga ajal yang memisahkan. Namanya juga adat istiadat, cukup kiranya dihormati sebagai bagian dari tradisi yang berkembang dinegeri ini. Orang tua sudah susah payah membuat roti buaya, membawamya sebagai seserahan kepada pihak keluarga mempelai perempuan. Masak mau ditolak, dilaknat karena merasa hal itu tidak sesuai dengan syariat?

Adat dan tradisi menurut gue cukup kiranya dihargai, tapi tidak harus dipercayai. Gak bisa dinafikan, sebagai manusia kita hidup dengan berbagai macam simbolisasi. Roti buaya diharapkan bisa membuat pengantin langgeng hingga kakek nenek. Tapi semuanya kita kembalikan lagi dengan Allah SWT. Beberapa artis ada yang mengucap ijab qabul didepan Ka'bah, toh bercerai juga. Ada yang menyelenggarakan resepsi mewah yang menelan dana miliaran, belum sampai setahun bercerai juga. Adapula yang menikah hanya di KUA, lha kok malah langgeng hingga punya cucu dan cicit.

Biarlah adat istiadat menjadi legacy bangsa ini. Kekayaan budaya tak perlu kiranya selalu dibenturkan dengan syariat. Jika seperti itu terus, maka tradisi roti buaya akan terhapus dengan sendirinya. Karena membuat makanan berbentuk hewan sejatinya dilarang dalam Islam. Gak bakal ada ondel-ondel, karena topengnya dibuat menyerupai makhluk hidup. Gak bakal ada tari-tarian berpasangan laki dan perempuan, karena jelas syariat melarang. Gak bakal ada tradisi tepung tawar, melempar beras kuning kearah pengantin, karena bisa digolongkan sebagai perbuatan mubazir.

Biarlah orang betawi menjadikan roti buaya sebagai simbol kesetiaan. Kita sendiri yang akhirnya mengubah buaya menjadi simbol 'main gila'. Sejatinya kelinci yang suka bergonta-ganti pasangan, lha kok malah buaya yang disalahkan? Tapi tak mengapa, toh buaya diam saja. Kecuali kalau mereka berdemonstrasi menggugat manusia yang notabene telah merusak nama baik mereka. Buaya yang setia bermonogami hingga akhir hayatnya malah kita persepsikan negatif sebagai simbol dari perselingkuhan, pengkhianatan.

Kasihan buaya, nama kalian jadi tercoreng akibat manusia yang tidak memahami kesetiaan buaya jantan kepada buaya betina.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Kamis, 12 Sep 2024 00:47 WIB
Berita Terbaru