5 Gangguan Mental yang Kerap Dialami Anak Muda

Reporter : Mei Nurkholifah
5 Gangguan Mental yang Kerap Dialami Anak Muda

Optika.id - Manusia tak hanya memiliki fisik atau raga, melainkan juga properti lainnya, yakni mental. 

Menurut sains, mental bisa diartikan sebagai segala macam unsur yang berkaitan dengan pikiran, batin, watak, dan perasaan manusia. Nah, karena mental merupakan sebuah elemen yang tak terlihat oleh mata, ada banyak orang yang meremehkan penyakit atau gangguan mental.

Baca juga: Kesehatan dan Alkohol: Apa yang Harus Anda Ketahui?

Dalam dunia medis, terdapat beberapa jenis gangguan mental yang dianggap cukup berbahaya jika tidak ditangani dengan benar. Dengan artikel ini, kita sama-sama belajar untuk mengenal sekaligus berempati pada mereka yang tengah mengalami gangguan mental. Yuk, simak artikel ini!

Anoreksia

Dilansir Mental Health Foundation, Rabu (2/2/2022), anoreksia atau anoreksia nervosa merupakan gangguan mental serius yang menyebabkan seseorang akan mengalami gangguan makan. 

Orang dengan anoreksia akan memiliki perasaan takut yang luar biasa terhadap makanan karena ia beranggapan bahwa dengan mengkonsumsi sesuatu, berat badannya akan bertambah.

Ahli medis menyatakan bahwa gangguan mental ini sangat berbahaya dan ini bukanlah diet. Anoreksia berhubungan dengan pola pikir yang salah dan rumit ditambah sindrom rendah diri akut. 

Seseorang yang menderita anoreksia wajib memeriksakan dirinya ke dokter atau psikiater. Jika tidak, berat badan dan nutrisi yang jauh di bawah normal justru akan berdampak fatal bagi penderitanya.

Bipolar

Mengatasi bipolar memang sangat tidak mudah. Gangguan mental ini sering dikorelasikan dengan perubahan perasaan atau mood yang timpang alias ekstrem. 

Orang dengan gangguan bipolar bisa memiliki perubahan suasana hati yang tadinya positif ke arah negatif dengan cepat, dalam, dan tidak bisa dikontrol. Tak jarang, setiap gejalanya datang, penderita akan merasakan kesedihan dan luka batin yang sangat dalam.

Nature melansir fakta bahwa tingkat kematian akibat bunuh diri pada orang-orang bipolar memiliki risiko 30 kali lebih besar dibandingkan populasi umum.

 Artinya, saat perubahan perasaan tersebut terjadi secara ekstrem, penderita bipolar harus segera mendapatkan pertolongan dari orang terdekat atau profesional. Jika diabaikan, ada sebuah klimaks yang membuat mereka sangat rentan dengan bunuh diri.

Skizofrenia

Jurnal yang diterbitkan pada 2014 oleh Pharmacy and Therapeutics dengan judul Schizophrenia: Overview and Treatment Options telah menyimpulkan apa itu skizofrenia dalam kaitannya dengan medis. 

Secara umum, gangguan mental ini mengacu pada beberapa gejala yang khas, seperti delusi, halusinasi, dan perilaku yang tidak teratur di luar kebiasaan orang normal pada umumnya.

Dalam kasus yang parah, skizofrenia bahkan digolongkan sebagai gangguan kejiwaan yang berat dan sulit disembuhkan. Itu sebabnya, penderita skizofrenia harus mendapatkan perawatan medis seumur hidupnya, misalnya dengan mengonsumsi obat-obatan dari dokter.

 Kasus dan risiko bunuh diri pada penderita skizofrenia juga dianggap lebih tinggi ketimbang gangguan mental yang lain.

Faktor Risiko Skizofrenia

Setiap orang bisa saja terkena penyakit ini tetapi umumnya kalangan remaja dan orang yang baru menginjak usia 20 tahun awal berisiko lebih tinggi mengalami kondisi ini.

Selain itu, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko skizofrenia:

Baca juga: Kenali Penyebab Kesemutan pada Wajah dan Waktu yang Tepat untuk Konsultasi

  • Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
  • Beberapa komplikasi kehamilan dan kelahiran, seperti malnutrisi, kekurangan oksigen atau paparan racun atau virus yang dapat mempengaruhi perkembangan otak.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia.
  • Kelahiran prematur.
  • Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh.
  • Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin.
  • Mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengubah pikiran (psikoaktif atau psikotropika) selama masa remaja dan dewasa muda.

Depresi

Meskipun termasuk umum, depresi tetap digolongkan sebagai gangguan mental yang berbahaya jika tak ditangani dengan benar. 

Our World in Data memuat fakta bahwa ada lebih dari 750 juta orang di dunia mengalami gangguan mental dan 264 juta di antaranya merupakan depresi. Bahkan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa nyaris 4 persen penduduk dunia tengah mengalami depresi pada 2021.

Depresi sendiri merupakan kondisi saat seseorang mengalami gangguan suasana hati dan kejatuhan mental yang dalam. Sedih, putus asa, trauma, rasa bersalah, cemas, ketakutan, dan hampa adalah sederet perasaan yang dialami oleh penderita depresi. 

Kendati demikian, diagnosis depresi hanya boleh dan bisa dilakukan oleh dokter atau psikiater karena tidak semua gejala negatif tersebut termasuk depresi.

Depresi bisa menyerang siapa saja, termasuk wanita. Depresi pada wanita sering dikaitkan dengan perubahan hormonal, termasuk menstruasi, kehamilan, setelah kehamilan, atau menopause. Namun, sampai saat ini belum ada penelitian yang memastikan penyebab lebih seringnya depresi terjadi pada wanita.

Ada ciri-ciri psikologi dan fisik yang menunjukkan seseorang terkena depresi. Ciri-ciri psikologi seseorang yang mengalami depresi adalah:

  • Mengalami kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan
  • Tidak stabil secara emosional
  • Merasa putus asa atau frustasi

Ciri-ciri fisik dari seseorang mengalami depresi adalah:

  • selalu merasa lelah dan tak bertenaga
  • Mengalami pusing dan rasa nyeri tanpa penyebab yang jelas
  • Menurunnya selera makan

PTSD

PTSD atau post traumatic stress disorder adalah akumulasi tekanan mental berat yang muncul akibat kejadian traumatis di masa lalu. 

Ada banyak hal yang bisa menimbulkan trauma mendalam, seperti perundungan, pelecehan seksual, pemerkosaan, kehilangan, menyaksikan bunuh diri, bencana alam, dan masalah-masalah lain yang terjadi di masa lalu.

Baca juga: 5 Perubahan Warna Lidah yang Mengungkap Kondisi Kesehatan Anda

Laman American Psychiatric Association menerangkan bahwa orang dengan PTSD kerap mengalami mimpi buruk dan gangguan suasana hati berkaitan dengan traumatis nya pada masa lalu. 

Biasanya, beberapa terapi bisa membantu meringankan gejala. Namun, perasaan traumatis tentang masa lalu memang sangat sulit untuk dihilangkan. Langkah-langkah medis akan menggiring penderita untuk menjalani hidup dengan pikiran positif.

PTSD atau Gangguan Stres Pasca Trauma adalah kondisi medis yang dapat terjadi pada siapa saja. Ya, betul, kepada diri kita, orang di sekitar kita pun PTSD dapat terjadi.

Karena berjalannya dunia memang tak dapat ditebak, dalam hidup kita pasti akan mengalami satu, dua atau bahkan lebih dari beberapa kali kejadian yang berpotensi membuat kita trauma berat.

Secara statistik, dua puluh persen yaitu satu dari lima orang yang mengalami peristiwa traumatis dapat terkena gejala PTSD dengan berbagai tingkatan, mulai yang ringan hingga yang sangat serius.

PTSD adalah salah satu penyebab utama orang depresi hingga melakukan aksi bunuh diri. Inilah pentingnya kenali gejala PTSD sehingga bisa memberikan pertolongan yang tepat bagi orang yang mengalaminya baik itu diri kita sendiri maupun teman dan keluarga terdekat.

Reporter: Mei Nurkholifah

Editor: Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Senin, 16 Sep 2024 11:12 WIB
Berita Terbaru