[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]
Baca juga: Megawati: Saya Bela Bung Karno Bukan Karena Ayah, Tapi Pejuang!
Sejarah Indonesia memang perlu di pelajari oleh generasi muda, terutama untuk mengetahui bagaimana posisi dan peran Indonesia. Termasuk peran para tokoh bangsa pada era sebelum dan pasca kemerdekaan tahun 1945. Kali ini tulisan saya mengangkat kedekatan tokoh Indonesia, Presiden pertama Sukarno dan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser.
Perlu diketahui bahwa setelah Perang Dunia ke dua Tahun 1945 negara-negara terbelah menjadi dua poros kekuatan, Poros Barat dikomandani Amerika Serikat dan negara sekutunya dan Poros Komunis atau Blok Timur dikomandani Uni Sovyet dan sekutunya. Indonesia di bawah kepeminpinan presiden pertama Ahmad Soekarno menghimpun kekuatan negara-negara yang tidak berpihak kedua kekuatan itu dengan membentuk negara-negara Non-Blok dan menyelenggarakan Konsferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung.
Sejak itu Bung Karno begitu dia dipanggilnya sangat dekat dengan para pemimpin negara yang memiliki kesamaan pandangan dengan Soekarno yaitu melepaskan negara-negara mereka dari belenggu penjajahan. Sukarno waktu itu dekat dengan Perdana Menteri India Nehru, Jendral Tito dari Yugoslavia, dan Gamal Abdel Nasser Presiden Mesir serta banyak para pemimpin negara-negara lainnya (kebanyakan miskin dan berkembang).
Khusus Gamal Abdel Nasser dari Mesir itu Presiden Sukarno memiliki hubungan yang sangat erat, sering melakukan diskusi masalah-masalah penting dunia.
Nasser pertama kali ke Indonesia pada saat Konferensi Asia Afrika itu, tapi sebelumnya hubungan Mesir dan Indonesia sangatlah erat, karena negara Mesirlah yang pertama kali secara resmi mengakui kemerdekaan Indonesia. Saking dekatnya hubungan keduanya, presiden Gamal Abdel Nasser menghadiahkan sebuah gedung besar kepada Soekarno untuk negara Indonesia.
Gedung itu sekarang berada didalam komplek Kedutaan Besar RI di Kairo Mesir; kebetulan dua tahun yang lalu saya sempat diperlihatkan gedung itu oleh Bapak Atase Kebudayaan Kedubes Indonesia itu ketika saya dan soerang dosen dan peneliti dari UNUSA Surabaya berkunjung ke kantor Kedubes RI itu.
Foto Latar Belakang gedung hadiah dari Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser kepada Presiden Soekarno yang terletak di dalam Kedutaan Besar RI di Kairo Mesir. Sumber: Foto dokumen pribadi.
Setiap kali saya berjumpa orang-orang Mesir yang seusia saya (69 tahun) atau di atas saya baik di Hotel, restoran, kedai kopi, taxi maupun di Universitas Al-Azhar di kota Kairo, mereka selalu berteriak dengan gembiranya menyebut Ahmad Soekarno !!! ketika mereka tahu saya dari Indonesia.
Baca juga: Ganjar Ungkap Anak Muda Harus Belajar Kepemimpinan Soekarno, Apa Itu?
Orang-orang ini kemudian menceritakan kepada generasi mudanya yang sedang berada dalam satu ruangan, tentang begitu hebatnya presiden RI pertama ini, tentang begitu eratnya hubungannya dengan pemimpin mereka masa lalu Gamal Abdel Nasser, serta betapa pentingya peranan Soekarno dan Nasser dalam memperjuangkan kemerdekaan negara-negara miskin dan berkembang dari cengekeraman penjajahan.
Gamal Abdel Nasser juga sangat dikagumi oleh rakyatnya. Pada tahun-tahun 1950 an itu ada tiga tokoh yang selalu di idolakan rakyat Mesir, yaitu Gamal Abdel Nasser sang presiden, Umi Kulsum penyanyi terkenal dan Abdul Bassith qoriah kondang. Mereka tidak hanya terkenal di Mesir tapi juga di dunia Arab dan masyarakat Muslim dunia termasuk di Indonesia (sekarang di Mesir ada tokoh idola kaum muda yaitu Mohammad Salah pemain legendaris sepak bola yang saat ini memperkuat tim sepak bola Inggris Liverpool).
Yang menarik dalam hubungan Indonesia dengan Mesir itu, adalah peran Presiden Soekarno dalam penyelamatan Universitas Al-Azhar di Kairo, salah satu Universitas tertua di dunia (didirikan tahun 972 atau lebih dari 1.000 tahun lalu). Yang menceritakan hal ini adalah ulama terkenal dari Al-Azhar University Maulana Syaikh Ali Jumah dalam wawancara di TV Mesir CBCTwo tahun 2014.
Beliau menjelaskan bahwa presiden Mesir Nasser pernah mengatakan rencananya kepada Presiden Soekarno menutup Al-Azhar dan menggantinya dengan yang baru. Ada yang mengatakan rencana itu berkaitan dengan politik tuduhan Al-Azhar terlalu dekat dengan gerakan Ihwanul Muslimin.
Maulana Syaikh menyebut ada presiden yang gagah berani menentang rencana Nasser itu, presiden ini adalah Ahmad Soekarno, padahal dia bukanlah orang yang dekat dengan politik Islam, malah terkenal sebagai seorang sosialis.
Soekarno mengatakan kepada sahabat dekatnya ini apakah Nasser juga akan menghilangkan sungai Nil dan Piramida yang terkenal itu?. Soekarno menjelaskan dampak negatifnya bila Al- Azhar tidak ada di Mesir. Maulana Syaikh Ali Jumah menyebutkan bahwa Soekarno menasihati Nasser: Ya Gamal, Al Azhar itu terlalu penting untuk dunia Islam. Kami mengenal Mesir itu justru karena ada Al Azhar'."
Baca juga: Starbucks Mesir Tawarkan Diskon Hampir 80 Persen Setelah Maraknya Aksi Boikot
Nasser kemudian menuruti nasihat sahabat karibnya dari Indonesia ini dengan membuat Undang Undang yang malah memperkuat keberadaan Al-Azhar. Shaikh Ali Jumah mengatakan dalam wawancara itu bahwa apa yang dia jelaskan itu menjadi Tarikh atau sejarah Mesir.
Penyiar TV yang mewancarai Syaikh Ali Jumah ini terheran-heran dengan cerita sejarah itu dengan menanyakan antara lain jadi ide untuk tidak menutup Al-Azhar itu bukan dari Mesir, tapi dari Indonesia?... Syaikh Ali Jumah dengan tegas mengatakan Min Indunisia (= Dari Indonesia). Soekarno berharap Al-Azhar University bisa menjadi rujukan Islam bukan hanya untuk Mesir tapi untuk dunia. Dengan demikian Presiden pertama RI ini menyelamatkan Perguruan Tinggi yang terkenal didunia ini.
Ya Ahmad Soekarno sangat dekat di hati orang-orang Mesir.
[removed][removed]
Editor : Pahlevi