Muhammadiyah: Musuh Terbesar Pers Saat Ini, Buzzer Tak Bertanggung Jawab

Reporter : Seno
images - 2022-02-11T111810.600

Optika.id - Ketua Umum PP (Pengurus Pusat) Muhammadiyah Prof. Dr. KH Haedar Nashir mengatakan, musuh terbesar pers saat ini adalah buzzer yang tidak bertanggung jawab. Hal ini disampaikan di peringatan Hari Pers Nasional beberapa hari yang lalu.

"Dalam usaha mencerdaskan bangsa, fungsi pers yaitu media cetak, televisi, radio, dan kini media online niscaya menjadi pranata sosial yang mengedukasi elite dan warga bangsa agar menjadi insan yang berpikir jernih, objektif, moderat, cerdas, beretika, dan berdaya kritis," kata Haedar seperti dikutip Optika.id dari situs resmi Muhammadiyah, Jumat (11/2/2022).

Baca juga: Kawal Putusan MK, Ini Sikap Muhammadiyah

Haedar menjelaskan pers bertanggung jawab atas informasi yang disuarakan ke ruang publik secara objektif dan profesional. Dia berharap pers tidak masuk dalam pusaran politik partisan maupun kepentingan lainnya.

"Pers Indonesia bersama-sama komponen bangsa dituntut hadir menegakkan kebenaran, keadilan, kedamaian, persatuan, dan kemajuan bagi bangsa dan negara. Seraya menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat meresahkan, memecah persatuan, dan konflik antarkomponen bangsa. Fungsi integrasi sosial sangat diharapkan dari pers Indonesia saat ini," tukasnya.

Haedar lantas menyebut musuh terbesar dunia pers saat ini, khususnya pers online melalui jalur media sosial, adalah para buzzer yang nirtanggungjawab kebangsaan yang cerdas dan berkeadaban mulia. Haedar mengatakan jangan sampai kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terbawa pada suasana yang kontroversial menjurus ke konflik sosial antarsesama anak bangsa.

"Pers Indonesia secara khusus dalam dinamika politik kebangsaan saat ini penting menjalankan fungsi checks and balances sebagaimana menjadi DNA media massa sepanjang sejarah di negeri manapun," tegasnya.

Baca juga: Muhammadiyah Ungkap DPR Tak Seharusnya Beda dengan Putusan MK, Ini Bisa Gaduh!

Selain itu, Haedar juga berpesan agar jangan sampai Indonesia timpang tanpa fungsi kritis pers yang konstruktif. Pers diharapkan lebih kritis demi masa depan Indonesia yang demokratis dan berkemajuan.

"Pers dituntut proaktif mengakselerasi dinamika kehidupan kebangsaan agar Indonesia menjadi negara maju di era dunia modern abad ke-21," pungkasnya.

Reporter: Pahlevi

Baca juga: Muhadjir Effendy Resmi Jadi Pengelola Tambang, Ditunjuk Muhammadiyah

Editor: Aribowo

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Sabtu, 14 Sep 2024 18:18 WIB
Jumat, 13 Sep 2024 08:24 WIB
Selasa, 10 Sep 2024 22:22 WIB
Rabu, 11 Sep 2024 16:30 WIB
Berita Terbaru