Hidup Bersama Muhammadiyah

Reporter : optikaid
Hidup Bersama Muhammadiyah

[caption id="attachment_16556" align="alignnone" width="183"] Hasbullah
Dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung[/caption]

Berdirinya Muhammadiyah oleh seorang KH. Ahmad Dahlan, memiliki catatan besar dalam tumpukan buku sejarah. Pendirian Muhammadiyah merupakan proses dari dealektika kehidupan seorang Muhammad Darwis dalam memahami dan menikmati pergulatan keagamaan dan sosial saat itu. Dengan sumber kesadaran teologis dalam dimensi keagamaan, kemanusiaan, keumatan dan kemasyarakatan menjadikan magnet kuat menarik Dahlan muda saat itu untuk melakukan sebuah perubahan.

Baca juga: 112 Tahun Muhammadiyah dan Harapan Masyarakat

Ditambah dengan kesadaran akan nasib dan keadaan umat Islam saat itu, di mana umat Islam diindentikan sebagai manusia yang keterbelakangan, miskin, kolot dan bodoh. Padahal secara subtasi Islam merupakan agama yang memajukan, mencerahkan, dan mencerdaskan. Maka umat Islam yang mengamalakan Islam secara otentik sudah semestinya menjadi umat yang terangkat derajatnya dan nilai-nilai kemanusiaannya. Potret ini, sudah semestinya menjadi gambaran bahwa darimana dan berarah kemana Muhammadiyah itu.

Keberadaan orang-orang di Muhammadiyah, di manapun tempatnya baik itu di persyarikatan, amal usaha ataupun organisasi otonom. Bertanggung jawab untuk mempelopori, melangsungkan dan menyempurnakan atas segala pemikiran, ketaatan dan usaha yang telah dilahirkan oleh seorang Ahmad Dahlan. Sebab Muhammadiyah merupakan pesyarikatan yang memiliki ciri sebagai gerakan (Islam, Dakwah dan Tajdid). Hal ini, yang menjadikan sebab keberadaan Muhammadiyah terjaga jati diri sebagai organisasi dakwah Islam.

Harus juga difahami bahwa berada dan mengabdi bersama Muhammadiyah merupakan bentuk amal soleh. Karena segala bentuk kegiatan dari persyarikatan ini merupakan bagian dari pekerjaan keumatan dan kemanusiaan. Selian itu Muhammadiyah juga dengan segala bentuk kebijakan dan aturan yang dikeluarkan dalam rangkan menghidupakan warganya bukan saja persoalan dunia namun memurnikan urusan akhirat.

Di Muhammadiyah itu bukan saja tempat untuk berfikir dan menjalakan perintah agama secara formal dan kehidupan dunia saja. Berada dan bersama Muhammadiyah sudah dipastikan, harus mampu merespon cepat tentang persoalan kemanusiaan, keumatan, kemasyarakatan bahkan kebangsaan. Abduk Munir Mulkan menyampaikan bahwa pimpinan Muhammadiyah itu akan memiliki tampilan kearifan sosial. Artinya bersama Muhammadiyah sudah dipastikan akan banyak berkorban dan merasakan getirnya perjuangan. Jikalah ada keuntungan bersama Muhammadiyah, itu adalah bagian dari kenikmatan sebagai ganti amal sholeh yang telah dikerjakan berasama Muhammadiyah.

Baca juga: Khofifah: Muhammadiyah adalah Pilar Kemajuan Bangsa dan Kemanusiaan

Mulkhan, lebih lanjut merinci kearifan sosial dimiliki orang Muhammadiyah itu, pertama, menjadi panutan umat dan bangsa, kedua, mampu berdialog dnegan seluruh lapisan masyarakat. Ketiga, bersedia dan mampu memhami pesoalan yang dihadapai oleh umat dan bangsa. Keempat, bersedia dan mampu mengakomodasi kecendrungan pluralitas uma, masyarakat dan bangsa. Kelima, mencerminkan ketundukan dan ketawaduan yang dalam terhadap norma agama. Keenam, memiliki wawasan yang lua dan keterbukaan jiwa seluas lautan.

Jelas, bagaimana hidup besama Muhamamdiyah bukan saja menkonsepsikan ketundukan kepada segala aturan yang telah diperintahkan oleh Islam. Melainkan mampu memfungsikan dirinya untuk melakukan kerja-kerja sosial yang berorientasi kepada hidupanya keadilan sosial dan kemanusiaan. Bersama Muhammadiyah harus mampu membaca dan peka terhadap keadaan semesta. Muhamamadiyah tidak akan membiarkan orang miskin kelaparan, kebodohan merajalela dan membiarkan penindasan di depan mata. Maka sesungguh bersama Muhammadiyah itu menghidupakan hubungan manusia dangan Allah dan juga mengembangkan hubungan manusia dengan alam semesta.

Oleh karena itu harus disadari, bekerja di Muhammadiyah bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja melainkan bentuk dari ibadah, amanah dan rahmah dari sang pencipta. Artinya bahwa bekerja bersama Muhammadiyah merupakan kemuliaan yang tidak semua akan merasakan dan mendapatinya. Maka konsekwensi logis adalah meluasan medan dakwah Muhammadiyah dan keberadan harus lebih besar berperan dalam memajukan dan meningkatakan kualitas hidup sumber daya manusia.

Baca juga: Paus Fransiskus Desak Penyelidikan Genosida Israel di Gaza, Ini Tanggapan Muhammadiyah

Dengan keadaan umat Islam hari ini, segala pesoalan umat ini sangat komplek dan tidak mudah untuk diselesaikan. Pesoalan yang lahir dan terhegemoni kekuasaan serta pihak asing sehingga terasa sering menyudutkan umat Islam. Terlihat jelas adanya penjajahan pemikiran, rendahnya adab berfikir dan berbicara serta kebengkuan dan ketakuatan dalam menjalankan syariat Islam. Oleh karena itu bersama Muhammadiyah baik yang ada dipersyarikatan maupun amal usaha, untuk segara menata agar apa yang di hasilkan itu berkualitas dan mampu berdaya guna di tengah kehidupan umat manusia sebagai wujud eksistensi*.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru