Optika.id - Situs website Pemerintah Federasi Rusia menerbitkan daftar negara-negara yang dianggap tidak bersabahat atau tidak ramah terhadap perusahaan dan warga Rusia.
Daftar negara tersebut dibuat sebagai bagian dari serangkaian Undang-Undang untuk mengikuti keputusan dari Presiden Rusia Vladimir Putin, seperti dikutip Optika.id dari Jerussalem Post, Selasa (8/3/2022).
Baca juga: Kelaparan Mengancam Gaza: Toko Roti Tutup Akibat Kekurangan Pasokan
Daftar ini juga sebagai langkah ekonomi sementara untuk memastikan stabilitas keuangan Rusia. Meskipun mengutuk invasi di Ukraina, Israel tidak masuk dalam daftar negara yang dianggap tidak bersahabat oleh Rusia.
Berikut ini daftar negara-negara yang dianggap tidak bersahabat bagi Rusia:
1. Australia
2. Albania
3. Andorra
4. Inggris Raya
5. Anguilla
6. Kepulauan Virgin Britania Raya
7. Gibraltar
8. Negara anggota Uni Eropa
9. Islandia
10. Kanada
11. Liechtenstein
12. Mikronesia
13. Monaco
14. Selandia Baru
15. Norwegia
16. Republik Korea
17. San Marino
18. Makedonia Utara
19. Singapura
20. Amerika Serikat
21. Taiwan
Baca juga: Hizbullah Deklarasikan 'Kemenangan Besar' atas Israel
22. Ukraina
23. Montenegro
24. Swiss
25. Jepang
Indonesia tidak termasuk dalam daftar oleh Rusia, Presiden Jokowi sebelumnya meminta Rusia dan Ukraina untuk menghentikan perang.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sebelumnya mengatakan kedua negara itu adalah bersahabat dan tetap memegang prinsip kebijakan luar negeri yang bebas aktif.
"Kita harus melihat situasi yang berkembang di Ukraina ini secara jernih. Ukraina dan Rusia adalah sahabat dekat Indonesia. Indonesia ingin membangun persahabatan yang lebih kuat dengan kedua negara tersebut," kata Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi, beberapa waktu yang lalu.
Menlu AS dan Menlu Israel Bertemu
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid telah mengadakan suatu pertemuan di ibu kota Latvia, Riga, pada Senin (7/3/2022).
Keduanya bertemu untuk membahas inisiatif diplomatik Israel untuk mengakhiri perang Rusia dengan Ukraina.i Blinken dan Lapid juga melakukan pembicaraan di Wina tentang kemungkinan kembalinya kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia.
Pertemuan tersebut terjadi setelah Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett mengadakan pembicaraan mendadak dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin di Moskow pekan lalu atas permintaan Ukraina.
"Israel adalah mitra dalam upaya global untuk memastikan dan mengklarifikasi bahwa perang ini harus dihentikan," kata Lapid dikutip Optika.id dari Reuters, Selasa (8/3/2022).
Lapid juga optimis, konflik yang sedang terjadi antara Rusia dengan Ukraina bisa dihentikan dengan cara negosiasi, seperti yang sebelumnya juga pernah dikatakan oleh Presiden China, Xi Jinping.
Baca juga: Kremlin: Rudal AS untuk Ukraina Picu Ketegangan Baru
"Cara menghentikan perang adalah dengan bernegosiasi, kata Lapid.
Sementara, Blinken mengatakan bahwa Amerika Serikat menghargai upaya Israel dalam mencari celah untuk mengakhiri perang tersebut dan bersikeras bahwa solusi apa pun harus memastikan kemerdekaan teritorial Ukraina.
Rusia menyebut serangannya sebagai operasi militer khusus untuk melucuti senjata militer Ukraina dan menyingkirkan para pemimpin yang digambarkannya sebagai neo-Nazi.
Namun, Ukraina dan sekutu Baratnya menilai tindakan Rusia sebagai dalih transparan untuk invasi dalam rangka menaklukan negara berpenduduk 44 juta orang.
Lapid mengatakan pertemuannya dengan Blinken terjadi pada saat ketika tatanan dunia berubah yang mengacu pada perang di Ukraina dan pembicaraan nuklir.
Pada Sabtu (5/3/2022), Rusia mengatakan, sanksi Barat yang dijatuhkan kepada mereka telah menjadi batu sandungan bagi kesepakatan Iran.
Sebagaimana diketahui, dalam kesepakatan 2015, yang dikenal secara resmi sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Iran setuju untuk membatasi program nuklir.
Meskipun tidak terlibat dalam negosiasi nuklir antara Iran dan kekuatan dunia di Wina, Israel telah berunding dengan pemerintah Amerika Serikat dengan harapan bisa berpengaruh banyak atas kebangkitan kembali kesepakatan 2015 dengan Iran.
"Bukan rahasia kami memiliki perbedaan dalam hal ini, tetapi ini adalah percakapan antara sekutu yang memiliki tujuan bersama yaitu untuk mencegah Iran menjadi negara ambang nuklir," pungkas Lapid.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi