Fenomena di Balik Event Olahraga. Jor-joran Sesaat, kemudian Melarat

Reporter : optikaid
Suasana MotoGP Mandalika, Sumber Foto CNN

[caption id="attachment_14301" align="alignnone" width="159"] Ruby Kay[/caption]

Dua tahun lalu, gue sering wara-wiri Samarinda - Balikpapan untuk urusan pekerjaan. Apalagi saat jalan tol baru diresmikan, ketika itu masih gratis, otomatis memangkas jarak dan waktu tempuh, gak perlu lewat bukit Soeharto lagi. Yang semula bisa 3 jam lebih, menjadi hanya 2 jam.

Baca juga: Roy Suryo Takut Sirkuit Mandalika Akan Mangkrak Seperti Proyek-proyek Sebelumnya

Jika kita masuk jalan tol dari arah kota Samarinda, pastinya akan melewati kompleks stadion Palaran. Karena gue bukan warga lokal Kalimantan Timur, awalnya gak mengerti kalau dikawasan itu pernah berdiri kompleks stadion megah tempat perhelatan PON tahun 2008. Gimana ya, sama sekali gak tampak sisa-sisa kemegahan. Kondisi jalan saat mau memasuki pintu gerbang tol Palaran becek, berlubang, bergelombang. Kalau bawa mobil jenis sedan atau city car dipastikan gardan bisa nyangkut di lubang.

Pernah jam 1 malam melintasi kawasan stadion Palaran, nuansa horornya berasa banget. Kanan kiri gelap ditumbuhi semak belukar. Gak bisa ngebut karena jalannya berlubang. Setelah beberapa kali melewati daerah itu, baru tersadar kalau ada penampakan stadion. Kondisinya benar-benar memprihatinkan. Berlumut, ditumbuhi semak belukar, dipastikan penghuninya biawak dan ular.

Stadion Palaran terletak agak jauh dari kota Samarinda. Menurut gue posisinya kurang strategis, sehingga kaum urban perkotaan rada males-malesan mau berkunjung kesana. Tak seperti Gelora Bung Karno di Jakarta yang walaupun tak sedang menghelat event akbar, selalu ramai dikunjungi warga untuk sekedar rekreasi atau berolahraga.

Membangun memang lebih gampang daripada merawat. Kondisi seperti ini juga terjadi dibeberapa daerah lainnya. Di Riau, kompleks stadion yang dibangun untuk menggelar PON tahun 2012, kini kondisinya memprihatinkan, hampir sama dengan stadion Palaran di Samarinda.

Di luar negeri, ada Yunani yang jor-joran menggelontorkan dana 124 trilyun rupiah demi membangun berbagai fasilitas olahraga yang dipersiapkan untuk menggelar Olimpiade tahun 2004. Namun saat event akbar itu selesai, Yunani malah dilanda krisis keuangan. Para pejabatnya baru sadar saat semuanya sudah terlambat, ternyata Olimpiade tak bisa menciptakan multiplier effect bagi perekonomian warga sekitar.

Baca juga: Ketahui Sejarah Pawang Hujan di Indonesia Hingga Viral saat MotoGP Mandalika 

Adapula Brazil yang di tengah krisis ekonomi memaksakan diri menjadi tuan rumah Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016. Stadion Maracana yang menjadi saksi saat Jerman mengalahkan Argentina di final piala dunia 2014, kini kehilangan kemegahannya. Bahkan stadion itu tak lagi dialiri listrik, kursinya banyak yang copot karena dicuri warga sekitar.

Seremonial dan hura-hura sesaat itu, ternyata seringkali harus dibayar mahal dan tak mendatangkan manfaat apa-apa. Seperti halnya moto GP di pulau Lombok seminggu yang lalu. Beberapa pelaku UMKM malah rugi besar. Biaya untuk menyewa booth tak sebanding dengan profit yang diperoleh. Boro-boro mau untung, alhasil cuma dapat capeknya doang.

Kisah tragis di balik perhelatan event olahraga ini semoga dibaca oleh Anies Baswedan. Akankah pagelaran Formula E nanti bisa berimbas positif bagi pelaku UMKM di Jakarta? Apalagi event balapan mobil ramah lingkungan masih terasa asing ditelinga masyarakat Indonesia. Namanya tak semegah Formula 1 atau WRC.

Baca juga: Bawa 2 Poin Pada Gelaran Moto3 Mandalika, Gubernur Khofifah Bangga Pada Mario Aji

Apakah ratusan miliar uang rakyat harus kembali menguap begitu saja hanya untuk gagah-gagahan? Kalau gue sih mending buat ngaspal jalan, membenahi PKL, mengeruk kali yang dangkal, menata taman kota dan lain sebagainya. Karena Jakarta tak cuma sekitaran Thamrin dan Sudirman. Masih banyak area lain yang membutuhkan perhatian.

Ruby Kay

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru