Optika.id - Politisi Gerindra Arief Poyuono menduga Presiden Joko Widodo tengah menguji loyalitas parpol (partai politik) koalisi pendukung pemerintah melalui wacana perpanjangan masa jabatan presiden dan penundaan Pemilihan Umum 2024.
Politisi yang juga aktivis buruh itu menyampaikan dugaannya setelah Presiden Jokowi meminta para menterinya berhenti bicara tentang isu tersebut.
Baca juga: Adian Napitulu Bicara Kans Anies di Pilgub Jakarta!
"Wacana tiga periode, perpanjangan jabatan, dan penundaan pemilu sepertinya hanya test on the water untuk memastikan loyalitas parpol koalisi terhadap Kangmas Jokowi loh, ujar Arief seperti dilansir jpnn, Sabtu (9/4/2022).
Hasilnya, kata mantan wakil ketua umum Partai Gerindra itu, kini parpol yang loyal maupun tidak setia kepada Presiden ke-7 RI itu sudah terbaca.
Arief juga mengatakan masalah loyalitas parpol koalisi pemerintah ini berkaitan dengan posisi Jokowi sebagai kepala negara.
"Ini menyangkut posisi Jokowi apakah sampai 2024 atau tidak, tukasnya.
Melalui isu Jokowi 3 periode, perpanjangan masa jabatan presiden, dan penundaan pemilu tersebut, lanjutnya, mantan gubernur DKI itu bisa melihat mana parpol yang betul-betul loyal kepada mantan Wali Kota Surakarta ini.
"Dari sini parpol koalisi yang loyal untuk mengawal Jokowi hingga akhir masa jabatannya hingga 2024 sudah jelas, yaitu PKB dan Golkar, sedangkan yang lainnya boleh dikatakan kurang loyal, tuturnya.
Arief menilai parpol selain PKB dan Golkar tidak berani mendukung wacana penundaan pemilu maupun perpanjangan masa jabatan presiden.
"Perlu dicatat, Jokowi itu sangat cerdas dan mengerti banget dan sangat patut pada konstitusi. Dia tahu benar bahwa penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden itu sangat inkonstitusional, jelasnya.
Arief juga menyinggung soal posisi Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) dalam wacana Jokowi 3 periode maupun penundaan Pemilu 2024.
"Dalam test on the water ini yang menjadi komandan lapangan, yaitu menteri paling loyal, LBP, tegasnya.
Adian Merasa Aneh Ada Rencana Demo Besar-besaran
Sementara itu, politisi PDIP Adian Napitupulu merasa aneh dan heran dengan rencana demo besar-besaran menolak penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden 3 periode.
Melainkan tiga menteri, tiga ketua umum partai dan sebuah lembaga survei. Lebih aneh lagi, di media sosial isu demo besar-besaran ini kemudian bergeser.
"Sekarang bahkan ada poster atas nama Mahasiswa yang isinya menuntut agar Jokowi mundur dari jabatan Presiden, ungkap Adian dalam keterangannya , Jumat (8/4/2022).
Akan tetapi, tuntutan Jokowi mundur itu buru-buru dibantah para mahasiswa yang menyebut poster tuntutan Jokowi mundur itu adalah hoax.
"Nah lho, lalu tuntutan Jokowi mundur itu tuntutan siapa dong? Lalu yang membuat poster hoax itu siapa dong? heran Adian.
Sekjen Persatuan Nasional Aktivis 98 (PENA98) itu lantas teringat pada pepatah lempar batu sembunyi tangan.
Baca juga: Rocky Gerung Jelang Putusan MK, Tangan Tuhan Ada Disana!
Fenomena itu yang tengah terjadi saat ini. Baik para menteri dan ketum parpol maupun di dalam rencana demo besar-besaran pada Senin (11/4/2022) mendatang.
Pepatah itu juga disebut Adian mungkin akan selalu ada dan dilakukan orang berbeda tapi motif yang sama, yakni duduk di lingkaran kekuasaan.
Ada yang ingin kekuasaan melalui perpanjangan masa jabatan, ada juga yang melalui penggulingan kekuasaan, ungkapnya.
Adian lantas bertanya-tanya, jika benar pepatah tersebut, bisa jadi Presiden Jokowi dan mahasiswa sama-sama sedang menjadi korban klaim.
"Kalau benar begitu, mungkin ada baiknya Presiden Jokowi dan Mahasiswa duduk ngopi bareng di tepi Danau Lebak Wangi sambil bakar ikan dan main gitar di bawah rembulan. Kopi mungkin tidak menjanjikan apa-apa, tapi semoga bisa membuat kita duduk bersama, gitar juga tak bisa menyelesaikan masalah tapi setidaknya bisa membuat kita bernyanyi bersama tentang cinta kita pada Indonesia, tandasnya.
Jokowi Jadi Sorotan Media Internasional
Presiden Joko Widodo kini juga menjadi sorotan media internasional. Mereka menilai ambisi Jokowi bakal merusak Indonesia. Hal ini dikatakan oleh pengamat politik Rocky Gerung.
Menurutnya, ambisi tersebut berkaitan dengan kampanye sejumlah relawan Jokowi yang mengusung orang nomor satu di Indonesia itu untuk memperpanjang masa jabatannya.
Media internasional menyebutkan bahwa Jokowi sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang masa jabatannya.
Dari usulan tersebut, media internasional berujar bahwa ambisi Jokowi merusak demokrasi di Indonesia.
Baca juga: Rocky Gerung: Jokowi Rakus Akan Kekuasaan
Merunut pada UUD 1945, Jokowi sudah tidak bisa lagi memperpanjang masa jabatannya yang sudah memimpin Indonesia selama dua periode.
Dalam UUD 1945, kepala negara dibatasi hanya bisa memimpin maksimal dua periode dengan masing-masing periode menjabat selama lima tahun.
Tulisan dari media internasional mengenai ambisi Jokowi, dinilai Rocky Gerung bahwa bahasa yang digunakan cerdas.
Jadi sebetulnya itu suatu bahasa yang biasa dipakai oleh wartawan yang cerdas untuk membuat sinopsi dari keadaan Indonesia. Artinya, dia sudah menguping segala macam posisi partai dan ambil kesimpulan Indonesia sudah gagal dan Presidennya masih berambisi, kata Rocky Gerung seperti dikutip Optika.id dari channel YouTube-nya, Sabtu (9/4/2022).
Ambisi Jokowi tersebut dianggap menjadi tanda bahwa kepala negara tidak memiliki kemampuan lagi untuk menyeberangkan Indonesia.
"Apalagi kalau edisi berikut dia lihat Presiden memarahi anak buahnya di depan publik. Bukan sekadar jadi sinyal buruk bagi peradaban manajemen kekuasaan, tapi sinyal buruk di luar negeri. Kita diintai terus kelemahannya di mana. Economist (media internasional) sudah membocorkan kelemahan Presiden. Presiden tetap berambisi walaupun tidak mampu, pungkasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi