Sirikit Syah, Jurnalis Serba Bisa Itu Wafat

Reporter : Aribowo
IMG-20220426-WA0026

Optika.id. Sirikit Syah, jurnalis senior dan sastrawan, wafat pagi tadi pukul 06.30, Selasa, 26/4/2022, di Rumah Sakit Haji, Surabaya (RS Haji). Sirikit wafat di usia 62 tahun, lahir 1960. Almarhumah meninggalkan suami, dua orang anak, dan 3 orang cucu. Diakui oleh Choirul Anam, suaminya, kalau Sirikit cukup lama menderita sakit kanker payudara. Beberapa kali Sirikit berobat di rumah sakit (RS) untuk menyembuhkan penyakitnya itu dan puncaknya seminggu lalu opname di RS Haji Surabaya.

Berita mengagetkan itu diterima secara tiba-tiba oleh para pegiat seni, jurnalis, seniman, akademisi, dan aktivis perempuan Surabaya. Saat opname di RS Haji memang tidak banyak orang tahu sebab dalam kondisi sakit Sirikit masih mengajar, menulis, dan merespon peristiwa kekinian di facebook, WhatsApp, dan twitter.

Beliau sudah diagendakan mengajar di Baca Sastra Bengkel. Mestinya 2 jumat lalu, kata Heroe Budiarto, Ketua Bengkel Muda Surabaya saat dihubungi Optika.id. Sirikit, menurut Heroe, adalah senior Bengkel Muda Surabaya (BMS), yang sangat tinggi dedikasinya. Sirikit sejak muda hingga akhir hayatnya selalu aktif di BMS. "Bersama Cak Anam, panggilan Choirul Anam, suaminya, dia aktif di BMS. Bahkan mendapat jodoh suami di BMS," tutur Heroe. Karena itu BMS dengan segenap anggota dan aktivitasnya adalah bagian penting dari hidup Sirikit.

Dalam kondisi sakit beliau masih memikirkan sastra, jusnalis, dan hal kekinian yang aktual. Beliau adalah tipe orang yang responsif terhadap berbagai hal sehingga terkesan tidak bisa diam, imbuh Heroe. Kami merasa kehilangan tokoh besar, baik bagi dunia sastra maupun jurnalistik, urai Heroe.

Kami tidak menyangka secepat itu Sirikit meninggalkan kita. Kami masih berkutat di program BSB bersamanya, kata Ndindy Indiyati, tokoh teater senior Surabaya dan juga penasihat BMS. Nindy adalah sahabat dekat Sirikit. Sejak muda mereka berkiprah di BMS. Ndindy merasa terpukul mendengar wafatnya Sirikit.

Program BSB adalah program sekolah sastra dan jurnalis dari BMS untuk masyarakat. Di program BSB itu Sirikit menjadi koordinator mentor. Sirikit selalu aktif memanaj dan beri pengarahan sebelum opname di RS Haji. BSB dimulai 4 Februari 2022 dan akan berakhir 29 April 2022. Sirikit wafat 4 hari sebelum program BSB berakhir.

Aktivis Perempuan

Sebagian besar masyarakat Surabaya, nasional, dan internasional mengenal Sirikit dengan nama Sirikit Syah. Sebenarnya nama asli Sirikit adalah Hernani Sirikit. Setelah aktif di Bengkel Muda Surabaya dan aktif menulis sastra dan jurnalistik kemudian dia lengkapi namanya dengan Sirikit Syah.

Sejak usia muda Sirikit bercita-cita menjadi guru. Itulah yang mendorongnya masuk kuliah di di IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekarang menjadi Universitas Negeri Surabaya) di Tahun 1984. Karena aktif menulis artikel dan berpuisi maka setelah lulus dari IKIP dia justru menekuni kariernya sebagai wartawati di Surabaya Post (1984-1990). Setelah itu aktif jadi jurnalis televisi seperti RCTI/SCTV (1990-1996), CNN, dan The Jakarta Post (1996-2000). Sirikit pernah 1 tahun menjadi pimpinan redaksi The Brunei Times.

Sirikit pernah memperoleh fellowship mengenai media dan jurnalistik ke luar negeri. Beberapa negara yang pernah menjadi tempat pelatihan jurnalistik adalah Jepang (1986 dan 1988). Lalu Perancis (1993), dan ketiga adalah Amerika Serikat (1994-1995). Kemudian dia memperoleh kesempatan untuk studi banding lagi di Amerika Serikat ditahun 2004 dan 2008.

Pengalaman jurnalistik internasional itulah yang menyebabkan Sirikit pernah menjadi Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Jawa Timur (KPID Jatim). Setelah itu Sirikit Bersama tokoh akademik, seperarti Prof Dr Muhammad Zaidun, S.H, M.Si, mendirikan Lembaga Konsumen Media (Media Watch) pada tahun 1999. Dia aktif mengembangkan penulisan jurnalistik yang professional.

Di samping itu dia aktif di dunia pendidikan dengan mengajar di Universitas Dr. Soetomo (1996-2001) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (sebagai dosen luar biasa). Sepulang dari London dengan gelar Master Komunikasi (2001-2002), Sirikit dipercaya mengelola Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya (STIKOSA), sekolah Pendidikan jurnalistik tertua dan paling kuat di Surabaya. Di luar aktivitasnya sebagai pengajar dan wartawan, dia juga menjadi pengamat media yang cukup kritis.

Sirikit akhirnya meraih gelar doktor pendidikan bahasa dan sastra di Universitas Negeri Surabaya (2018). Sejak itulah Sirikit banyak mencurahkan perhatiannya pada dunia Pendidikan jurnalistik. Kemudian dia memperkuat minatnya di bidang sastra sehingga banyak karya cerpen, puisi, dan esei sastra dan seni yang lahir dari Sirikit. Bahkan Sirikit sangat aktif sebagai penggiat gender. Sirikit salah seorang jurnalis senior yang sangat peduli terhadap masalah gender.

Sampai akhir hayatnya Sirikit telah menerbitkan 18 buku, di antaranya tiga kumpulan cerpen Harga Perempuan, Sensasi Selebriti, Lelaki dari Masa lalu. Tahun 2010 Sirikit menerima penghargaan dari Gubernur Jawa Timur sebagai seniman berdedikasi.

Sirikit seorang tokoh perempuan yang lengkap: ibu rumah tangga bahagia dengan suami yang baik, dua orang anak yang sudah mentas, dan 3 orang cucu. Sirikit juga aktivis jurnalistik, akademisi, seniman, sastrawan, dan pejuang hak-hak perempuan. Bahkan diselah-selah aktivitasnya yang padat itu Sirikit pernah menjadi Ketua BMS dan Ketua Dewan Kesenian Surabaya. Selamat jalan ibu yang gesit.

Tulisan Aribowo

Editor Amrizal Ananda Pahlevi

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru