Optika.id - Pengamat ekonomi energi asal Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi menyebut Presiden Joko Widodo bisa memberi warisan luar biasa untuk akhir kepemimpinannya, yang merujuk pada tawaran kerja sama dari Presiden Rusia Vladimir Putin dalam bidang teknologi nuklir.
Radhi mengatakan, warisan luar biasa Presiden Jokowi akan dikenal secara luas, mulai dari masyarakat Indonesia hingga dunia internasional.
Baca juga: Indonesia Diproyeksikan Miliki PLTN di Tahun 2032
Untuk itu, Fahmy Rady meminta Presiden Jokowi menerima tawaran kerja sama dengan Presiden Rusia yang terkait pengembangan teknologi nuklir itu.
"Saya kira Jokowi akan meninggalkan 'legacy' yang luar biasa, tidak hanya di nasional tetapi di tingkat internasional khususnya dalam menjaga perdamaian dunia," katanya dalam keterangannya, Kamis (7/7/2022).
Menurut Fahmi, Indonesia mampu melakukan kerja sama luar biasa bersama Rusia untuk merealisasikan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).
"Menurut saya saat inilah momentum yang tepat (realisasikan PLTN)," katanya.
Fahmy, lantas menyebutkan sumber daya alam berupa Uranium yang akan membantu memperlancar kerja sama nuklir itu.
Terlebih, bahan baku uranium telah tersedia di Indonesia, yang berarti biaya produksi pengembangan PLTN menjadi lebih murah.
"Kita punya uranium, kita punya sumber daya tapi kita tidak punya teknologi karena untuk PLTN dibutuhkan teknologi tinggi," tukasnya.
Lewat kerja sama dengan Rusia, Indonesia akan mampu memiliki PLTN sendiri.
"Kemudian berikutnya, Indonesia juga akan mampu mencapai target nol emisi karbon pada 2060 nanti.
Dengan kemampuan Rusia yang cukup besar, kemudian juga kebutuhan Indonesia untuk mencapai 'zero carbon' dan kita punya uranium maka wajib menerima tawaran dari Putin," tandasnya.
Dengan demikian, Fahmy dalam kesempatan itu, juga meminta kebijakan energi nasional diubah, dengan menempatkan nuklir sebagai energi prioritas.
Baca juga: Aneh! Jelang Lengser Kepuasan Terhadap Jokowi Tinggi, tapi Negara Bakal Ambruk
"Pemerintah, DPR, dan DEN harus mengubah dulu kebijakan energi nasional yang menempatkan nuklir sebagai energi terakhir. Harus diubah menjadi energi yang prioritas sehingga memungkinkan kerja sama dengan Rusia melalui Putin," katanya.
Menurutnya, Rusia telah berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) melalui Rosatom State Corporation, sehingga ini yang harus diikuti Indonesia dengan menerima tawaran kerja sama dari Vladimir Putin.
Diakui Fahmy, masa depan pengembangan PLTN di Indonesia akan aman lewat kerja sama di bidang teknologi nuklir dengan Rusia itu, sebagaimana ditawarkan oleh Vladimir Putin.
Lebih lanjut, Fahmy memaparkan bagaimana Rosatom berhasil mengembangkan PLTN terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6 yang memiliki kapasitas 1.200 MW di Voronezh.
Kemudian berikutnya, Fahmy juga membeberkan kesuksesan lain dari Rosatom dengan PLTN terapung KLT-40S, yang dapat membawa kapasitas sebesar 80 MW untuk berlayar sejauh 5.000 km.
Fahmy menilai, Rosatom telah lebih sukses mengembangkan teknologi nuklir generasi terbaru, yang tercatat zero accident standard.
Diketahui, teknologi nuklir yang dimaksud generation 3 Plus, yang merupakan tipe reaktor VVER 1200 pertama di dunia dengan masa operasi selama 60 tahun.
Baca juga: Dosa-dosa Jokowi
"Saya pernah ke Rosatom, Rusia, dia menunjukkan simulasi, dari sisi keamanan sangat tinggi sekali bahkan dikatakan zero accident. Kalau Chernobyl yang dulu pernah meledak itu kan pakai teknologi lama ya," ucap Fahmy.
Dengan merujuk kesuksesan Rosatom di atas, Fahmy mendesak Presiden Jokowi untuk menerima tawaran kerja sama dengan Rusia itu.
"Dengan kemampuan Rusia yang cukup besar, kemudian juga kebutuhan Indonesia untuk mencapai zero carbon dan kita punya uranium, maka wajib menerima tawaran dari Putin," pungkasnya.
Reporter: Pahlevi
Editor: Aribowo
Editor : Pahlevi