Pimpinan Sidang: Tarik Balik Ucapan itu!!

Reporter : Seno
Screenshot_20220915-090553_Docs

[caption id="attachment_15157" align="aligncenter" width="150"] Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah[/caption]

Optika.id - Pimpinan sidang apapun acaranya termasuk acara sidang parlemen memiliki peran yang sangat penting tidak hanya menghantarkan suatu acara sidang namun juga bisa menenangkan situasi chaos yang terjadi. Saya rutin mengikuti sidang parlemen di Amerika Serikat, Inggris dan Malaysia lewat berita, tayangan TV dsb dan melihat bagaimana pimpinan sidang di ketiga parlemen itu berfungsi.

Baca juga: Percobaan Pembunuhan Ke 2 Terhadap Trump

Di Amerika Serikat, nampaknya pimpinan sidang dalam memimpin suatu acara misalkan Hearing atau Dengar Pendapat nampaknya lancar-lancar saja karena para anggota DPR yang mencecar pertanyaan tajam, detail sering dengan data statistik kepada pejabat pemerintah itu menggunakan bahasa yang appropriate atau pantas dan santun meskipun kadangkala dengan nada tinggi dalam penyampaiannya. Kalimat kritis yang diucapkan dengan nada tinggi misalnya apakah pantas anda sebagai menteri tidak mengetahui data ini. Dalam acara hearing di AS ini pimpinan sidang juga tenang karena tidak ada interupsi kalau ada angora DPR yang lagi bicara. Meskipun situasi sering tegang karena berbagai pertanyaan sangat tajam sehing kalau seorang pejabat negara yang ditanya itu tidak siap dan tidak menguasai materi, maka dia bisa terkencing-kencing. Tapi toh situasi jalannya sidang tenang.

Parlemen Inggris sejak ratusan tahun lalu lay out sidangnya dikanan kiri ruangan ada pihak pemerintah dan oposisi saling berhadapan dan ketua sidangnya atau Mr. Speaker duduk di ujung tengah ruangan itu. Anggota parlemen Inggris dalam menyuarakan pendapat nya menggunakan Queen Language sebuah frasa yang menunjukkan bahasa Inggris standar, elit, dan dengan gramatika yang bagus. Pihak oposisi diberi waktu untuk bertanya dan pihak pemerintah menjawab. Masing-masing pihak meskipun pernyataannya itu keras kadang dengan nada tinggi namun masih menggunakan kata-kata sopan. Tidak ada interupsi anggota parlemen yang menyela pembicaraan pihak lain. Menunggu pembicaraan selesai baru minta ijin ketua sidang untuk berpendapat. Kalau suasana gaduh, maka Mr. Speaker biasanya teriak Order-Order! untuk memerintahkan semua pihak tenang tidak gaduh.

Kalau saya mengamati jalannya sidang parlemen di negeri jiran Malaysia, saya kaget dan miris dengan kata-kata yang digunakan anggota parlemen maupun pihak kerajaan (pemerintah). Kata-kata keras yang digunakan itu misalkan Fuck You (= Jancook bahasa Surabayanya), Biadab, Kurang Ajar, Kamu Laknat, Shame on You, Kamu harus berhenti jadi Menteri, Saya tengok kamu pernah minum-minum dengan Pelacur dsb dsb. Saya kaget melihat suasana sidang yang kacau, masing-masing orang berdiri bicara dengan nada teriak-teriak, menunjuk-nunjuk. Pimpinan sidang pada mulanya tenang melihat suasana panas lalu berbicara dengan tegas bahwa sebagai pimpinan sidang (Tuan Speaker) mengingatkan hadirin bahwa dia memiliki kewenangan menurut undang-undang untuk menenangkan sidang. Pimpinan sidang juga mengatakan bahwa sesuai dengan undang-undang yang berlaku maka kata-kata yang kasar itu tidak boleh digunakan dan bagi yang mengeluarkan kata-kata buruk itu harus ditarik kembali atau Tarik Balik Ucapan itu. Lalu anggota parlemen berdiri dan berkata bahwa Saya sadar kata-kata saya itu tidak layak saya ucapkan, karena itu saya tarik balik ucapan itu. Menarik balik kata-kata yang tidak pantas itu membuat ketenangan di publik meskipun didalam ruang parlemen suasananya gaduh.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha Juga Dipecah – Belah Seperti Parpol

Sekarang di parlemen kita di Indonesia, saya pernah melihat anggota DPR yang mengatakan Kurang Ajar kepada seorang pimpinan perusahaan negara dan mengusirnya dari ruang sidang karena tidak siap dengan data yang diminta. Saya amati pimpinan sidang DPR kita itu tidak menegor anggota DPR Yang Terhormat yang menggunakan kata Kurang Ajar tadi. Terakhir ketika anggota DPR dari fraksi PDIP Effendi Simbolon menggunakan kata-kata keras kepada Panglima TNI Jendral Andhika bersama jajarannya bahwa terjadi perpecahan di tubuh TNI, dan TNI kayak gerombolan ormas pimpinan sidang diam dan tidak menegurnya. Saya bayangkan seandainya pimpinan sidang DPR kita seperti Tuan Speaker di Malaysia maka kata-kata yang tidak pantas yang diucapkan Yang Terhormat anggota DPR itu pasti diminta untuk ditarik.

Akibat dari tidak berfungsinya pimpinan sidang yang membiarkan kata-kata tidak pantas itu terjadi diruang sidang, maka kata-kata TNI seperti gerombolan itu keluar ke wilayah publik terutama ke jajaran TNI. Karena itu muncul perlawanan sangat keras dari para jenderal TNI, perwira, Bintara dan Tamtama TNI di berbagai wilayah kepada Effendi Simbolon. Kata-kata emosi yang penuh ketersinggungan itu diucapkan terus menerus oleh para petinggi TNI beserta jajarannya.

Para anggota DPR Yang Terhormat seperti para anggota parlemen di Amerika Serikat Inggris dan Malaysia itu memiliki hak imunitas yang melekat pada dirinya karena mereka itu dilindungi undang-undang untuk mengeluarkan hak politiknya berbicara. Namun perlu disadari bahwa mereka harus paham mana kata-kata yang pantas dan tidak pantas diucapkan. Khusus tentang TNI, semua pihak harus menyadari bahwa Esprit de Corps atau jiwa korsa TNI itu sangat kuat dan solid dan pada jiwa raga merekalah bangsa ini digantungkan dalam menghadapi ancaman.

Baca juga: Oh Ternyata Itu Hanya Analisa To …

Yang Terhormat Effendi Simbolon sudah meminta maaf kepada Panglima TNI atas ucapannya itu, namun the damage is already done atau kerusakan sudah terjadi dan itu perlu waktu lama untuk menghilangkan kerusakan itu.

Editor : Pahlevi

Politik
Trending Minggu Ini
Berita Terbaru